Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Lagu Taylor Swift yang Relevan dengan Kondisi Politik saat Ini

Taylor Swift
potret Taylor Swift (instagram.com/taylorswift)
Intinya sih...
  • “Eyes Open” mengajak untuk tetap waspada dan kritis terhadap manipulasi politik.
  • “The Man” membahas ketimpangan gender dalam politik dengan nada pahit.
  • “I Hate It Here” menjadi lagu pelarian dari kelelahan emosional akibat kondisi politik yang berat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah situasi politik global yang makin panas dan penuh ketidakpastian, banyak orang merasa lelah secara mental dan emosional. Berita datang tanpa henti, perdebatan tak pernah usai, dan rasa cemas seolah jadi bagian dari keseharian. Dalam kondisi seperti ini, musik sering kali menjadi tempat berlindung yang bukan sekadar hiburan, tapi juga ruang refleksi.

Taylor Swift dikenal piawai menulis lagu yang terasa sangat personal, namun anehnya juga sangat universal. Beberapa karyanya berikut bahkan terasa relevan ketika dikaitkan dengan dinamika politik, isu keadilan sosial, dan perasaan frustrasi masyarakat. Tanpa harus menyebut politik secara gamblang, lirik-liriknya mampu menangkap kegelisahan zaman dengan sangat tajam. Berikut lagu Taylor Swift yang relevan dengan kondisi politik saat ini.

1. “Eyes Open”

“Eyes Open” dari soundtrack The Hunger Games membawa nuansa waspada dan penuh kewaspadaan. Lagu ini berbicara tentang dunia yang keras, penuh manipulasi, dan tidak selalu adil. Tema ini sangat mudah dikaitkan dengan kondisi politik di mana kebenaran sering dipelintir dan kepentingan tersembunyi bermain di balik layar.

Lagu ini mengajak pendengarnya untuk tetap membuka mata dan tidak lengah. Ada pesan bahwa bertahan hidup membutuhkan kesadaran penuh. “Eyes Open” terasa seperti peringatan agar tidak mudah percaya dan selalu kritis terhadap apa yang disajikan.

2. “The Man”

“The Man” adalah salah satu lagu Taylor Swift yang paling terang-terangan membahas ketimpangan gender. Lagu ini membayangkan bagaimana hidup dan kariernya akan dipandang jika ia adalah seorang pria, dan betapa berbeda perlakuan publik terhadap pencapaian yang sama. Ini terasa sangat relevan dalam politik, di mana kepemimpinan perempuan masih sering dipertanyakan.

Dalam kondisi politik saat ini, lagu ini terdengar lebih pahit daripada sekadar anthem pop feminis. Lirik seperti “If I was a man, I’d be the man” terasa seperti kritik langsung terhadap batas tak kasat mata yang masih menghalangi perempuan. Lagu ini menjadi pengingat bahwa kesetaraan belum sepenuhnya tercapai, meski sering diklaim sebaliknya.

3. “The Albatross”

“The Albatross” adalah lagu yang lebih sunyi, gelap, dan penuh simbol. Lagu ini berbicara tentang sosok yang dipersalahkan, dijadikan kambing hitam, dan dituduh membawa bencana. Dalam politik, lagu ini sangat relevan dengan bagaimana kelompok tertentu sering disalahkan demi menutupi kesalahan sistemik.

Liriknya terasa seperti kisah tentang propaganda dan ketakutan kolektif. Ada perasaan mencoba memperingatkan bahaya, namun justru dihukum karena dianggap mengganggu kenyamanan. “The Albatross” menggambarkan bagaimana kebenaran sering dianggap ancaman, bukan penyelamat.

4. “Miss Americana & The Heartbreak Prince”

Lagu ini mungkin adalah metafora politik paling jelas dalam diskografi Taylor Swift. Ia menggambarkan dunia politik seperti lingkungan sekolah menengah, penuh kubu, intrik, dan permainan kekuasaan. Kekalahan, kekecewaan, dan rasa tak berdaya diekspresikan lewat simbol-simbol yang terasa familiar.

Namun di balik kesedihannya, lagu ini juga menyimpan semangat perlawanan. Seruan untuk terus bertarung meski kalah menjadi pesan utama yang relevan hingga sekarang. Lagu ini terasa katarsis bagi siapa pun yang merasa suaranya tenggelam dalam hiruk-pikuk politik.

5. “Cassandra”

Terinspirasi dari mitologi Yunani, “Cassandra” membahas tentang seseorang yang melihat bahaya lebih awal namun tidak pernah dipercaya. Tema ini terasa sangat relevan dengan kondisi politik saat banyak peringatan diabaikan hingga semuanya terlambat. Lagu ini penuh kemarahan yang tertahan dan kekecewaan yang mendalam.

Taylor Swift menggunakan figur Cassandra untuk menggambarkan bagaimana kebenaran sering kali ditolak karena tidak nyaman. Ketika prediksi buruk akhirnya menjadi kenyataan, yang tersisa hanyalah keheningan. Lagu ini terasa seperti jeritan bagi mereka yang sudah lama memperingatkan, tapi dianggap berlebihan atau paranoid.

6. “Only The Young”

“Only The Young” adalah lagu tentang harapan yang lahir dari kekecewaan. Lagu ini menyoroti generasi muda sebagai pihak yang masih punya tenaga untuk memperbaiki keadaan, meski berkali-kali dikecewakan oleh sistem. Nada lagunya sederhana, tapi pesannya sangat kuat.

Lirik-liriknya menggambarkan rasa hancur setelah kekalahan, sekaligus dorongan untuk tidak menyerah. Lagu ini cocok didengarkan saat rasa putus asa datang, karena ia mengakui rasa sakit tanpa menghilangkan harapan. Dalam kondisi politik hari ini, “Only The Young” terasa seperti pengingat bahwa perubahan memang lambat, tapi tetap mungkin.

7. “I Hate It Here”

“I Hate It Here” dari album The Tortured Poets Department terasa seperti lagu pelarian bagi banyak orang yang sudah terlalu lelah menghadapi realitas. Liriknya menggambarkan keinginan untuk kabur ke dunia imajinasi karena dunia nyata terasa terlalu berat untuk ditanggung. Perasaan ini sangat mudah dikaitkan dengan kondisi politik yang penuh konflik dan berita buruk.

Lagu ini tidak mengajak pendengarnya untuk apatis, melainkan mengakui bahwa kelelahan emosional itu nyata. Ada dilema antara tetap sadar secara politik dan menjaga kesehatan mental. Taylor Swift menangkap konflik batin ini dengan lembut, seolah berkata bahwa mengambil jeda bukanlah bentuk kekalahan, melainkan cara bertahan. 

Taylor Swift mungkin dikenal lewat lagu-lagu cinta, tapi banyak karyanya juga menjadi cermin kegelisahan sosial dan politik. Dari ketujuh lagu Taylor Swift yang relevan dengan kondisi politik saat ini, mana yang paling menggambarkan perasaanmu terhadap situasi politik sekarang?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Hype

See More

Sinopsis Drama China The Company, Dibintang Zhang Miao Yi

18 Des 2025, 21:48 WIBHype