Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sutradara Jelaskan Makna Kucing di Film Dia Bukan Ibu

Sutradara Jelaskan Simbolisme Kucing di Film Dia Bukan Ibu.jpg
Randolph Zaini di acara press conference film Dia Bukan Ibu di XXI Epicentrum, Jakarta, Jumat (12/9/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Jakarta, IDN Times – MVP Pictures kembali menghadirkan film horor terbaru berjudul Dia Bukan Ibu (2025). Diadaptasi dari thread viral Jeropoint di X/Twitter, film arahan sutradara Randolph Zaini ini menyoroti teror dalam keluarga broken home lewat karakter ibu.

Uniknya, ada satu bagian "improvisasi" yang tidak ada di kisah aslinya, yakni kemunculan kucing putih di sepanjang film. Randolph pun menjelaskan alasan dan makna simbolis yang terkandung di dalamnya.

1. Makna kucing di film Dia Bukan Ibu

Makna kucing di film Dia Bukan Ibu.jpg
Randolph Zaini di acara press conference film Dia Bukan Ibu di XXI Epicentrum, Jakarta, Jumat (12/9/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Randolph menceritakan kalau kehadiran kucing tidak ada dalam thread asli, melainkan ditambahkan sendiri. Menurutnya, kucing dipilih karena punya keterkaitan erat dengan trauma masa lalu karakter utama, Vira, serta konsep motherhood.

"Tentang kucing, yes itu bukan bagian dari thread-nya. Itu yang kita tampakkan sendiri. Tapi itu sesuatu yang sangat dekat dengan tema (film) juga. Karakter utama kita yang benar-benar nge-drive story-nya forward adalah si Vira. Dan dia punya, dia pernah ada trauma masa lalu. And that's something to do with motherhood," jelas Randolph.

Lalu, mengapa harus kucing? Itu berkaitan dengan fakta biologis bahwa beberapa spesises hewan, salah satunya kucing, bisa melukai atau bahkan memakan anaknya sendiri ketika terancam.

"Now, simbolisme kucing itu adalah kucing adalah suatu spesies yang bisa memakan anaknya sendiri, atau melukai anaknya sendiri. Ada beberapa spesies lain seperti kelinci juga. Kalau lagi dikejar predator, itu bisa melukai anak sendiri dan meninggalkannya. Dan semuanya, semua simbolisme-simbolisme ini harus kembali lagi ke konsep motherhood," tambahnya.

Kucing sendiri terikat dengan kenangan Vira (Aurora Ribero), yang berkaitan dengan ibunya (Artika Sari Devi). Normalnya, ibu akan membantu, melindungi, menyayangi, dan berkorban untuk anaknya. Namun, apa yang terjadi jika sebaliknya?

"Itu waktu kecil si Vira melihat ada sesuatu yang going against that concept of motherhood. Dan itu yang selalu lingering di Vira. Makanya itu kita pakai simbolisme kucing," lanjut Randolph.

2. Kucing bukan satu-satunya simbolisme

Kucing bukan satu-satunya simbolisme.jpg
Randolph Zaini di acara press conference film Dia Bukan Ibu di XXI Epicentrum, Jakarta, Jumat (12/9/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Tak cuma kucing, Randolph menekankan bahwa Dia Bukan Ibu sarat dengan simbolisme lain. Ada gestur, senyum, hingga penggunaan elemen susu yang turut memperkuat tema besar film.

“Tapi, itu (kucing) bukan satu saja simbolisme dalam cerita ini. Tentang susu, yes. Dan banyak pula tadi pertanyaannya yang tentang senyumannya ibu, tentang kreasinya itu juga bukan sekadar kita bikin creepy," tuturnya.

Randolph juga menyinggung diskusinya dengan sosok ibu, Artika, untuk bagian senyum dan gestur menyeramkan. "Itu hasil dari deep discussion dengan Artika Sari Devi."

Detail-detail simbolik ini dirancang untuk memberi lapisan emosional lebih dalam. Bukan hanya menghadirkan kengerian visual, tapi juga menyisipkan makna tersembunyi yang bisa ditangkap penonton jika memperhatikan dengan seksama.

3. Randolph singgung masalah motherhood di tengah masyarakat

Randolph singgung masalah motherhood di tengah masyarakat.jpg
Randolph Zaini di acara press conference film Dia Bukan Ibu di XXI Epicentrum, Jakarta, Jumat (12/9/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Pada akhirnya, Dia Bukan Ibu adalah film tentang hal-hal yang jarang dibicarakan di tengah masyarakat.

"Kalau seorang ibu ditanya, 'Gimana, sih, rasanya punya anak?' Jawaban yang di-expect itu apa? 'Aduh, agak ini, beratlah bebannya segala. Tapi it's a blessing, it's a blessing.' Tapi dari proses kita me-research, meng-interview, mencari tahu, ada certain level of regret atau grief malah yang tumbuh dalam mengalami proses motherhood ini," tutur Randolph.

Lebih lanjut, Randolph menyoroti hal ini sebagai isu sosial yang sering dianggap tabu. Menurutnya, masyarakat kerap menuntut seorang ibu untuk selalu bahagia, tanpa boleh menunjukkan keluh kesah atau perasaan negatif di hadapan orang lain.

"Padahal sebetulnya itu tidak tabu. Itu hanya something yang manusiawi. Tapi ekspektasi masyarakat kita atau ekspektasi dunia itu, seorang ibu kayak gak boleh ngeluh lah, ya. 'Itu memang pekerjaannya kamu, tanggung jawabnya kamu.' Padahal ya, bagian itu kalau diakui, adanya perasaan-perasaan yang negatif itu, itu mungkin bisa lebih sehat untuk di-deal with juga," paparnya.

Randolph pun menegaskan bahwa senyum Ibu Yanti dalam film bukan cuma elemen seram, melainkan representasi dari tekanan sosial itu. "Jadi itulah akar dari senyumnya itu. Sembunyikan lah semuanya di dalam senyum. Gak peduli sakitnya segimana pun."

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us

Latest in Hype

See More

Sutradara Jelaskan Makna Kucing di Film Dia Bukan Ibu

13 Sep 2025, 13:08 WIBHype