Review Film Air Mata di Ujung Sajadah 2, Beneran Bikin Sedih?

- Menurut penulis, konflik di Air Mata Di Ujung Sajadah 2 kurang kuat dan menyentuh seperti bagian pertamanya.
- Kendati begitu, akting Titi Kamal dan Citra Kirana patut diacungi jempol. Emosi yang meraka hadirkan, menguatkan momen emosional konflik di bagian kedua ini.
- Bagi yang penasaran dengan kelanjutan bagian pertama, menonton Air Mata Di Ujung Sajadah 2 adalah keharusan. Kamu gak perlu nonton yang pertama dulu kok untuk memahami film keduanya.
Film Air Mata di Ujung Sajadah 2 (AMDUS 2) kembali menghadirkan kisah drama keluarga yang penuh emosi, khususnya tentang hubungan ibu dan anak. Sang sutradara, Key Mangunsong, berharap sekuel ini menyuguhkan cerita yang lebih haru dan menyentuh dibanding film pertamanya, dengan konflik yang semakin mengerucut dan menusuk perasaan penonton.
Meski film pertamanya rilis dua tahun lalu, para pemain berhasil menghidupkan kembali karakter mereka dengan kuat. Pergulatan batin dan emosi yang ditampilkan pun sukses membius penonton di bioskop. Lalu, apa saja kelebihan dan kekurangan dari AMDUS 2? Yuk, simak review film ini di bawah!
1. Konfliknya terasa kurang kuat dan menyentuh
Key menjelaskan bahwa konflik Air Mata di Ujung Sajadah 2 dikembangkan dari peristiwa sedih dalam keluarga Arief dan Yumna. Ia mencoba mengandaikan bagaimana jika kepala keluarga, Arief, meninggal dunia, lalu apa yang terjadi pada Yumna. Pertanyaan besar pun muncul, apakah Aqilla akan mengambil alih dan mengasuh Baskara?
Sayangnya, konflik yang seharusnya menyajikan emosi berlapis, justru terasa kurang kuat menurut penulis. Grafik emosi yang dihadirkan di film kedua ini terasa datar dari awal hingga akhir, tanpa momen yang benar-benar menonjol. Menurut pengamantan penulis, bahkan tidak ada adegan yang bisa menandingi kesedihan mendalam di film pertama, saat Baskara menyanyikan lagu "Cinta untuk Mama".
2. Akting Titi Kamal dan Citra Kirana menguatkan momen-momen emosional dalam film
Meski begitu, akting Titi Kamal dan Citra Kirana justru menjadi penyelamat di tengah konflik yang datar. Keduanya mampu menghadirkan ekspresi dan bahasa tubuh yang meyakinkan, seolah benar-benar membawa pergulatan batin dalam diri Aqilla dan Yumna.
Sayangnya, kekuatan akting mereka terasa tidak mendapat ruang yang maksimal karena naskah dan konflik utama yang kurang tajam. Alhasil, emosi yang seharusnya bisa lebih menggedor hati penonton justru sering kali teredam.
Di sisi lain, absennya Fedi Nuril cukup terasa dalam AMDUS 2. Sosoknya yang dulu memberi bobot emosional kuat lewat karakter Arief, kini digantikan oleh Daffa Wardhana dengan peran baru bernama Fathan. Sayangnya, karakter baru ini justru terasa sebagai pelengkap tanpa bobot sekuat Arief di film pertama.
3. Apakah harus nonton film pertama sebelum menyaksikan AMDUS 2?

Bagi kamu yang sudah menonton film pertamanya dan masih penasaran dengan konflik antara Aqilla dan Yumna, AMDUS 2 tentu tidak boleh dilewatkan. Film ini akan mengajak penonton mencari jawaban atas pertanyaan besar selama ini, pada akhirnya, Baskara akan memilih bersama ibu kandung atau ibu asuhnya?
Selain itu, penonton tetap bisa menyaksikan AMDUS 2 meskipun tidak menonton film pertamanya. Ceritanya cukup jelas sehingga tidak menimbulkan banyak pertanyaan, meski tetap ada detail yang akan lebih terasa jika sudah mengikuti kisah awalnya.