Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review Film Cinta Tak Seindah Drama Korea, Gemesin Tanpa Harus Lebay

Cinta Tak Seindah Drama Korea (dok. Imajinari/Cinta Tak Seindah Drama Korea)

Cinta Tak Seindah Drama Korea (CTSDK) menawarkan sentuhan romansa realistis dengan cita rasa khas drama Korea. Dibintangi Lutesha, Ganindra Bimo, dan Jerome Kurnia, film ini membawa kita ke perjalanan emosional yang penuh dilema, tapi tetap ringan dan menghibur.

Menyajikan kisah cinta segitiga yang klasik tapi relatable, CTSDK menghidupkan warna baru dalam perfilman Indonesia dengan pendekatan sinematografi, karakterisasi, dan penceritaan yang sangat terinspirasi oleh KDrama. Namun, apakah film ini berhasil memadukan elemen-elemen tersebut dengan cerita khas Indonesia?

1. Hadirkan kisah romansa yang realistis

Cinta Tak Seindah Drama Korea (dok. Imajinari/Cinta Tak Seindah Drama Korea)

Judulnya saja sudah memberi petunjuk bahwa film ini tak menawarkan fantasi romansa sempurna ala drakor. Plotnya berfokus pada Dhea (Lutesha), yang awalnya bahagia bersama kekasihnya, Bimo (Ganindra Bimo). Namun, ia menghadapi dilema besar saat bertemu kembali dengan cinta pertamanya, Julian (Jerome Kurnia), di Seoul.

Alih-alih fokus pada cinta ideal, film ini mengeksplorasi kompleksitas hubungan manusia. Ketidaksempurnaan para karakternya membuat cerita terasa lebih dekat dengan kenyataan. Konflik cinta segitiga Dhea juga tak hanya menyoal "siapa yang akan dipilih," tetapi juga refleksi tentang harapan dan apa yang benar-benar ia inginkan dalam hidupnya.

2. Penampilan para aktor yang memukau

Cinta Tak Seindah Drama Korea (dok. Imajinari/Cinta Tak Seindah Drama Korea)

Para pemain CTSDK juga berhasil menghidupkan karakter mereka dengan luar biasa. Lutesha, yang biasanya dikenal lewat karakter "emo," memberikan transformasi sempurna sebagai Dhea, protagonis drama Korea modern yang menggemaskan tapi lugas. Ganindra Bimo yang tampil sebagai pria matang soft spoken juga kontras dari citranya sebagai aktor laga.

Sementara itu, Jerome Kurnia memukau dengan kemampuan berbahasa Korea yang autentik, menambah dimensi baru pada karakternya sebagai Julian yang memang sudah lama tinggal di Korea Selatan. Tak ketinggalan, Dea Panendra sebagai Kikan sukses menjadi scene stealer yang menyeimbangkan porsi drama dan komedi di beberapa adegan.

3. Sinematografi penuh warna khas drakor

Cinta Tak Seindah Drama Korea (dok. Imajinari/Cinta Tak Seindah Drama Korea)

Mengambil latar di Seoul dan Jakarta, CTSDK memanfaatkan keindahan visual kedua kota untuk menciptakan kontras yang menawan. Adegan-adegan di Seoul, seperti di Namsan Tower dan Sungai Han, menawarkan suasana romantis yang familier bagi penggemar KDrama.

Meira Anastasia juga berhasil menghadirkan visual Jakarta dengan cara yang lebih segar, menampilkan sudut-sudut perkampungan yang jarang tereksplorasi di film-film lain. Sedangkan penggunaan warna cerah semakin memperkuat nuansa drakor dalam film ini.

4. Plot padat, durasi terlalu singkat

Cinta Tak Seindah Drama Korea (dok. Imajinari/Cinta Tak Seindah Drama Korea)

Dengan durasi 118 menit, CTSDK mencoba merangkum berbagai konflik, mulai dari cinta segitiga hingga masalah persahabatan dan isu-isu perempuan. Sayangnya, beberapa subplot terasa kurang tereksplorasi secara mendalam, karena durasi yang terbatas.

Meski alurnya lumayan padat, film ini tetap menjaga emosi penonton hingga babak ketiganya. Plot twist dramatis khas drakor makjang berhasil memberikan sentuhan emosional yang memuaskan dan menempatkan cerita pada kesimpulan yang kuat.

Itulah ulasan kelebihan dan kekurangan Cinta Tak Seindah Drama Korea. Bagaimana, tertarik menontonnya di bioskop terdekat? 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Shandy Pradana
Zahrotustianah
Shandy Pradana
EditorShandy Pradana
Follow Us