Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review Film Heretic, Sebuah Kisah Thriller dengan Balutan Agama

Heretic (dok. A24/Heretic)

Film terbaru A24, Heretic (2024), berhasil menggabungkan elemen horor thriller psikologis dan agama dalam satu balutan cerita yang apik. Menghadirkan aktor ikonik Hugh Grant sebagai Mr. Reed, serta Sophie Thatcher dan Chloe East sebagai dua misionaris Mormon, film ini sajikan pengalaman yang memikat sekaligus mencekam.

Heretic tidak hanya membuat kita berpikir, tetapi juga menantang kita untuk menelusuri relasi antara iman, ketakutan, dan kendali. Lantas, apa saja kelebihan dan kekurangan film ini? Berikut review Heretic dari sudut pandang IDN Times, simak!

1. Sajikan plot yang thought-provoking

Heretic (do. A24/Heretic)

Pada awalnya, cerita Heretic tampak sederhana: dua misionaris dari Gereja Mormon mengetuk pintu rumah Mr. Reed untuk berdiskusi mengenai ajaran agama mereka. Namun, dialog yang awalnya ringan perlahan berubah menjadi adu argumen filosofis dengan satu pertanyaan besar: agama mana yang paling benar?

Mr. Reed tidak hanya membahas kepercayaan mereka, tetapi juga memanipulasi emosi dan keyakinan keduanya, membuat mereka meragukan segalanya. Plot film yang penuh intrik ini mengajak penonton untuk mempertanyakan batasan antara iman dan logika, serta sejauh mana keyakinan bisa diuji di tengah ancaman nyata.

2. Akting yang solid dari ketiga pemeran utama

Heretic (do. A24/Heretic)

Salah satu kekuatan terbesar Heretic adalah akting para pemerannya yang sangat memukau, terutama Hugh Grant sebagai Mr. Reed. Biasa bermain di film rom-com, kali ini Grant berhasil menjadi sosok antagonis yang necis tapi jahat, dengan kombinasi humor dan kebengisan yang membuat penonton terpesona dan merinding.

Di sisi lain, Sophie Thatcher dan Chloe East juga berhasil memberikan performa yang mengesankan sebagai misionaris muda. Dari yang awalnya percaya diri, hingga mulai ragu dan ketakutan, akting mereka ikut memperkuat intensitas film ini. Tak ayal, penonton ikut terikat dalam perjalanan emosi dan penderitaan mereka.

3. Tampilkan sinematografi dan scoring yang mencekam

Heretic (do. A24/Heretic)

Atmosfer Heretic yang mencekam tidak hanya berasal dari akting ketiga pemerannya, tetapi juga dari sinematografinya yang memukau. Semua berkat kehadiran Chung Chung Hoon, sinematografer terkenal dari film-film seperti Oldboy (2003) dan The Handmaiden (2016).

Berfokus pada ruang yang terbatas, Chung berhasil menciptakan suasana penuh ketegangan dan klaustrofobia dengan menggunakan sudut-sudut kamera sempit dan cahaya redup. Kengerian ini diperkuat dengan pilihan musik yang tepat, khususnya lagu "The Air That I Breathe" dari The Hollies yang menjadi soundtrack film ini.

4. Ending yang membuat penonton bertanya-tanya

Heretic (do. A24/Heretic)

Akhir dari Heretic memuncak dalam sebuah konfrontasi yang mengguncang emosi dan pikiran. Pertanyaan-pertanyaan tentang iman, kebenaran, dan kontrol dibawa hingga ke titik klimaks. Penonton pun dibuat bertanya-tanya tentang motivasi sebenarnya dari Mr. Reed, sembari merenungkan kembali semua percakapan filosofis yang terjadi sepanjang cerita.

Meskipun beberapa kritikus menilai akhir film ini terlalu berlebihan, unsur emosional dan konflik moral yang dihadirkan memberi kesan mendalam yang bertahan lama setelah film usai. Heretic sukses menjadi film yang tak hanya apik secara visual tetapi juga memikat secara intelektual.

Pada akhirnya, horor terbaik adalah horor psikologis; karena manusia, dengan segala kompleksitasnya, jauh lebih menakutkan dari hantu. Heretic tayang 20 November 2024.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Shandy Pradana
Triadanti
Shandy Pradana
EditorShandy Pradana
Triadanti
EditorTriadanti
Follow Us