Review Film Kitab Sijjin dan Illiyyin, Gore dan Jumpscare Intens!

Jakarta, IDN Times - Bagaimana jadinya jika seseorang yang tulus berubah menjadi psikopat yang penuh dendam karena tak tahan terus-menerus diperlakukan tidak adil oleh keluarga tirinya? Hal ini lah yang dijalani oleh Yuli (Yunita Siregar) di film terbaru Kitab Sijjin dan Illiyyin.
Menyelaraskan antara amarah balas dendam yang membara, drama keluarga yang kompleks, serta teror santet yang mematikan, film ini siap menyenggol psikologis penontonnya lewat berbagai adegan gore dan jumpscare yang intens. Tayang perdana di bioskop mulai 17 Juli 2025, berikut review film Kitab Sijjin dan Illiyyin.
Perhatian, artikel ini mengandung spoiler!
1. Gore dan jumpscare-nya intens

Tanpa basa-basi, film reuni sutradara Hadrah Daeng Ratu dan penulis naskah Lele Laila ini langsung menyuguhkan visual horor yang mencekam sejak menit pertama. Film ini seolah enggan membiarkan penonton untuk bernapas dengan lega karena terus-menerus menyerang psikologis lewat teror gore yang penuh darah dan jumpscare yang bikin merinding.
Dalam press screening yang berlangsung di XXI Epicentrum, Jakarta, Rabu (9/7/2025), terpantau tak sedikit penonton yang tampak gelisah hingga memutuskan menutup mata untuk meredakan rasa ngilu dan takut akibat adegan gore serta jumpcare yang disajikan secara intens.
Namun bagi penonton penyuka genre ini, justru akan lebih tertantang untuk menyaksikan setiap adegan demi adegannya. Apalagi, Kitab Sijjin dan Illiyyin ini juga dibungkus dengan music scoring dan sudut pengambilan gambar yang semakin memperkuat atmosfer horornya.
Bumbu-bumbu drama yang dibangun di atas trauma dan konflik keluarga yang dipenuhi dendam, disajikan dengan sangat jelas, sehingga penonton bisa dengan mudah mengikuti kisahnya, tanpa harus berpikir keras.
2. Akting pemainnya juara!

Selanjutnya, hal yang gak kalah menonjol dan patut diapresiasi adalah performa akting dari para aktornya yang luar biasa, bahkan melebihi ekspektasi. Berbagai lapisan emosi yang dilepaskan, mulai dari putus asa, cemas, hingga murka siap membuat perasaan penonton jadi bercampur aduk di tengah kegelisahan adegan gore dan jumpscare-nya yang intens.
Yunita Siregar, pemeran Yuli, menunjukkan akting yang semakin matang dengan menghadirkan transisi emosi yang mulus untuk memvisualisasikan karakter dualismenya dari gadis yang tulus, lalu kemudian bertransformasi menjadi sosok psikopat yang penuh dendam.
Walapun Kitab Sijjin dan Illiyyin merupakan film horor pertamanya, Kawai Labiba sudah langsung mencuri spotlight. Akting frustasinya berasa menembus layar! Di sisi lain, kemunculan Djenar Maesa Ayu dan Dinda Kanya Dewi sebagai karakter antagonis juga semakin memperkaya layer emosi film ini.
3. Plotnya terasa sedikit goyah

Film yang juga dibintangi oleh Tarra Budiman dan Sulthan Hamonangan ini fokus mengeksplorasi cerita horornya dengan ritual santet yang mematikan. Ritual tersebut mengharuskan Yuli untuk memasukkan nama-nama korbannya ke tubuh jenazah yang baru meninggal dunia.
Dalam hal ini, Yuli harus menyelesaikan prosesi ritual santet tersebut sebelum mayat yang digunakannya sebagai medium santet membusuk. Jika lalai, maka teror santet yang mematikan ini akan berbalik sendiri padanya. Ngeri!
Awalnya, ritual santet yang dilakukan oleh Yuli untuk korban pertamanya terkesan seram dan tak jarang bikin ngilu hingga mual. Namun karena treatment untuk korban-korban selanjutnya juga sama, adegan ritual pun ini jadi terkesan klise dan tak menutup kemungkinan malah menimbulkan rasa bosan dalam sesaat.
Di sisi lain, plot film ini juga terasa sedikit goyah karena menggunakan beberapa formula yang sudah cukup sering digunakan di berbagai film horor lokal. Contohnya seperti gangguan-gangguan jin yang muncul saat sedang beribadah, hingga kemunculan ustaz yang kemudian menjadi tokoh sentral.
Kendati demikian, secara keseluruhan, film Kitab Sijjin dan Illiyyin tetap layak ditonton, terutama bagi penyuka film horor lokal yang intens menampilkan adegan-adegan jumpscare dan gore penuh darah.