Genre serial bencana sering kali mengikuti formula yang sama: pengenalan karakter, datangnya bencana, dan perjuangan untuk bertahan hidup. Namun La Palma (2024) menawarkan pendekatan yang berbeda dari kebanyakan tayangan serupa.
Dengan hanya empat episode, serial ini memberikan pengalaman yang intens tanpa banyak bertele-tele. Inilah ulasan mengenai series La Palma di Netflix.
Dari episode pertama, La Palma sudah menghadirkan intensitas tinggi. Tanpa terlalu banyak pengenalan panjang lebar, kita langsung disuguhkan ancaman letusan gunung berapi dan potensi tsunami yang bisa menghancurkan pulau tersebut.
Miniseri Netflix ini tidak memberikan banyak ruang untuk bernapas; alurnya bergerak cepat dan penuh dengan momen-momen menegangkan. Fokus pada aksi penyelamatan dan ketidakpastian yang dihadapi para karakter berhasil membuat kita terus terpaku hingga akhir.
Salah satu hal yang membedakan La Palma dari serial bencana lainnya adalah minimnya unsur melodrama. Jika biasanya genre ini dipenuhi kilas balik, konflik pribadi yang rumit, dan drama berlebihan, La Palma memilih untuk fokus pada bencana itu sendiri.
Konflik yang dihadirkan realistis sehingga kita bisa merasakan urgensi dari situasi nyata di depan kita. Alih-alih memaksa untuk terhubung secara emosional dengan karakter utamanya, serial ini membiarkan kita merasakan ketegangan dari bencana itu sendiri.
Berbeda dengan High Water (2022) atau Chernobyl (2019) yang diangkat dari kejadian nyata, La Palma merupakan kisah fiksi. Meski demikian, film ini berlatar di tempat serupa yang pernah mengalami bencana gunung berapi pada tahun 2021.
Kesimpulannya, La Palma adalah pilihan yang tepat bagi kamu yang ingin menikmati ketegangan tanpa drama berlebihan. Dengan hanya empat episode (total durasinya sekitar tiga jam), serial ini berhasil menawarkan pengalaman yang menegangkan dan memuaskan.
Bagaimana, tertarik menontonnya akhir pekan ini?