Ringgo Agus Rahman Soroti Isu Fatherless, Ungkap Ketakutan Terbesarnya

- Menurut Ringgo, fenomena fatherless bisa terjadi di keluarga mana pun tanpa memandang status sosial ekonomi. Ia menilai budaya patriarki yang kuat menjadi salah satu penyebab utamanya.
- Ringgo mengakui bahwa isu fatherless adalah hal yang paling ia takutkan dalam hidupnya. Ia mengaku banyak mengulik soal ini karena tak ingin anak-anaknya merasa fatherless.
- Sebagai ayah, Ringgo mengakui kalau hubungannya dengan anak-anaknya bukanlah sesuatu yang "romantis" seperti di film-film yang dib
Jakarta, IDN Times – Visinema kembali menghadirkan film drama keluarga bertajuk Panggil Aku Ayah (2025). Disutradarai Benni Setiawan, film ini angkat isu penting seputar peran ayah dalam keluarga Indonesia. Ringgo Agus Rahman, yang memerankan sosok "ayah" bernama Dedi, ikut menyoroti fenomena fatherless yang belakangan marak dibicarakan di masyarakat.
Ringgo tak cuma membagikan pandangannya yang mendalam sebagai sosok ayah. Ia juga mengungkap ketakutan terbesarnya sebagai orang tua, dan keinginannya untuk menjadi sosok yang bisa dipercaya sepenuhnya oleh anak-anaknya.
1. Ringgo tekankan pentingnya figur ayah dalam rumah tangga

Menurut Ringgo, fenomena fatherless bisa terjadi di keluarga mana pun tanpa memandang status sosial ekonomi. Ia menilai budaya patriarki yang kuat menjadi salah satu penyebab utamanya.
"Bapaknya yang emang gak mau ribet ngurus anak karena budaya patriarki. Dimana semua urusan anak dianggap tanggung jawab ibu, itu masih kuat banget," ungkapnya setelah acara konferensi pers di XXI Senayan City, Jakarta, Jumat (4/7/2025).
Ia menegaskan, absennya figur ayah bisa berdampak serius pada perkembangan anak. Bahkan di Amerika Serikat, ketidakhadiran sosok ayah dapat memperlebar potensi anak menjadi kriminal.
"Masalahnya adalah, kalau tidak ada yang menggantikan sosok peran ayah, itu yang jadi bahaya. Makanya gue lumayan baca-baca soal ini karena ini hal yang paling gue takutin, kalau anak gue merasa fatherless," ujar Ringgo.
Tak jarang, ibu lah yang menggantikan sosok ayah yang hilang dalam keluarga alias menjalani peran ganda. Namun bagi Ringgo, itu belum cukup.
"Apakah cukup seorang ibu berperan ganda? Nggak cukup. Bisa dari paman, bisa dari kakek. Harus ada yang menggantikan peran ayah," lanjutnya dengan raut muka serius.
2. Ungkap ketakutan terbesarnya sebagai seorang ayah

Ringgo mengakui bahwa isu fatherless adalah hal yang paling ia takutkan dalam hidupnya. Ia mengaku banyak mengulik soal ini karena tak ingin anak-anaknya merasa fatherless.
"Gue masih mencari tahu arti (versi terbaik ayah untuk anak) itu sampai sekarang, setiap harinya. Apakah cukup dengan seorang bapak yang jemput anak sekolah, atau enggak. Gue mau lakukan itu terus, tapi siapa tahu anak gue merasa bukan itu yang dia mau," tuturnya.
Kesibukannya sebagai aktor kadang membuatnya merasa khawatir, apakah waktunya cukup untuk anak-anaknya atau tidak. Bahkan ketika ia berhasil memenangkan penghargaan bergengsi seperti Piala Citra.
"Jadi yang gue lakukan adalah hanya berusaha setiap harinya, jangan sampai anakku merasa seperti itu (fatherless), karena apapun yang gue lakukan di luar itu hanya sampingan. Gue menjadi aktor di film ini, itu sampingan, yang utama adalah gue adalah ayah dari mereka. Itu reputasi gue yang paling keren," katanya.
3. Ingin dipercaya seutuhnya oleh anak-anaknya

Sebagai ayah, Ringgo mengakui kalau hubungannya dengan anak-anaknya bukanlah sesuatu yang "romantis" seperti di film-film yang dibintanginya. Caranya menunjukkan cinta pun berbeda dari yang sering dibayangkan orang.
"Hubungan gue tuh bukan kayak di layar-layar kaca, 'I love you.' Anak gue bisa bilang, 'Nggak sayang sama bapak.' Kalau Bjorka (anak Ringgo) bilang dia lebih sayang sama kaos kaki dia yang paling bau daripada bapak, sama bapak juga lebih sayang sama celana dalam bapak yang paling bau daripada kamu. Nah hubungan gue tuh kayak gitu sama anak gue," ujar Ringgo sambil bergurau.
Meski begitu, Ringgo tetap berusaha sebaik mungkin untuk terus hadir dan mendapatkan kepercayaan dari anak-anaknya. Ia mengaku ingin menjadi orang yang dipercaya untuk diajak berbagi cerita, bahkan hal-hal terkecil seperti jatuh cinta pertama.
"Sekarang gue lagi nunggu, gue ingin banget dengar anak cerita dia lagi suka sama siapa. Kalau dia sampai cerita sama gue, berarti akhirnya gue dipercaya sama anak karena bisa cerita sampai hal terkecil kayak itu," akunya.