Sejarah Pixar, Studio yang Memelopori Film Animasi 3D

Selama lebih dari 2 dekade, Pixar identik dengan studio animasi yang menciptakan kartun-kartun hiburan menyentuh hati, lucu dan berkualitas tinggi. Studio animasi ini mendapatkan rating 95 persen di Rotten Tomatoes dan meraih 8 Academy Awards untuk Fitur Animasi Terbaik.
Sebelum Pixar memukau para kritikus dan penonton dengan Toy Story (1995), ternyata tidak ada yang menduga, bahwa film animasi panjang setara film bisa dibuat di komputer. Ide untuk melahirkan studio animasi ini sebenarnya ada lebih dari 2 dekade sebelumnya. Pencetusnya memiliki kendali penuh atas hal yang kita lihat di film-film Pixar saat ini.
Di sisi lain, Pixar telah menciptakan banyak film animasi populer, mulai dari hewan pengerat yang bisa masak, hingga mainan yang bisa bicara. Yuk, kita bahas tentang sejarah Pixar Animation Studio.
1. Terobosan yang dimulai di Institut Teknologi New York

Pada awal 1970-an, komputer hanya mampu menghasilkan grafik 2 Dimensi (2D). Di samping itu, pada 1974, seorang laki-laki bernama Dr. Alexander Schure mendirikan Computer Graphics Lab di Institut Teknologi New York. Tak terasa, 10 tahun berikutnya, Schure menggelontorkan banyak dana untuk laboratorium komputernya ini demi menciptakan terobosan terbaru.
Seorang programmer muda bernama Ed Catmull, yang nantinya menjadi calon presiden Pixar dan Walt Disney Animation Studios, ditunjuk bertanggung jawab di Computer Graphics Lab. Dengan pendanaan yang tidak terbatas, Catmull diberikan mandat untuk mengembangkan teknologi komputer sejauh mungkin. Hebatnya, terobosan ini terjadi lebih cepat dari perkiraan mereka.
Pemrogram Computer Graphics Lab yang bernama Alvy Ray Smith—yang kemudian menjadi salah satu pendiri Pixar bersama Ed Catmull, mengatakan, "Tidak ada di antara kami yang cukup tidur. Semua yang Anda lihat adalah sesuatu yang baru. Kami memperkenalkan grafik komputer ke dunia. Itu seperti menjelajahi benua baru."
Terobosan ini merupakan sebuah karya animasi 3 Dimensi (3D), dan menjadi puncak dari inovasi Computer Graphics Lab, yang diberi judul The Works. Karya ini dikerjakan dari 1979 hingga 1986. Berkat karya ini, animator semakin dekat dengan fitur CGI berdurasi panjang.
2. Lucasfilm dan keterlibatan Steve Jobs membentuk Pixar Inc

Computer Graphics Lab mendapatkan terobosannya di Hollywood. Saat itu, Ed Catmul dipekerjakan oleh Lucasfilm untuk mengepalai Graphics Group, yang merupakan sepertiga dari divisi komputer studio.
Sekitar 20 anggotanya mulai mengerjakan proyek utama mereka, yakni membuat perangkat lunak (software) bernama Motion Doctor (yang kemudian diganti namanya menjadi RenderMan). RenderMan adalah sebuah software untuk mempermudah animator merender gambar animasi.
Tim ini juga mulai bekerja dengan perusahaan yang kemudian menjadi rumah untuk visual efek bernama Industrial Light and Magic. Dua tim ini akhirnya bekerja sama dengan menerapkan terobosan teknologi mereka pada film. Mereka menggunakan efek Computer Generated Imagery (CGI) awal untuk adegan di Star Trek II: The Wrath of Khan (1982) dan Young Sherlock Holmes (1985).
Tim animator beserta terobosannya ini ternyata mampu menarik perhatian Steve Jobs. Jadi pada 1985, Steve Jobs meengundurkan diri dari Apple Computer. Pada 1986, Jobs berinvestasi sebesar 10 juta dolar AS atau setara dengan Rp163 miliar di perusahaan ini. Akhirnya, Pixar Inc terbentuk dan Steve Jobs memegang 70 persen kepemilikan perusahaan studio animasi tersebut.
3. Dua animator berbakat yang berhasil membuat animasi 3D

Pada 1983, buletin Disney Newsreel menerbitkan artikel berjudul Experimenting with Computer Generated Graphics. Artikel ini menyoroti karya 2 animator mudanya, Glen Keane dan John Lasseter, yaitu karya test reel berdurasi 30 detik yang didasarkan pada buku anak-anak berjudul Where the Wild Things Are. Animasi pendek ini menggabungkan gambar tangan dengan efek 3D yang dirender oleh komputer.
Penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk membuat film adaptasi dari buku anak-anak lain yang berjudul The Brave Little Toaster. Kemudian, John Lasseter bertemu rekan-rekannya dan mengajak Lucasfilm membuat film menggunakan efek CGI pada proyek tersebut. Ed Catmull sendiri terpesona oleh test reel itu, tetapi karena tidak mampu mengontrak Lucasfilm, niatnya ini pupus.
Sayangnya, Ron W Miller, direktur utama The Walt Disney Company tidak tertarik dengan teknologi tersebut. Apalagi jika harus mengeluarkan banyak anggaran dan memakan waktu yang lama. John Lasseter agak terkejut dan kesal saat Miller bersikap dingin dengan film The Brave Little Toaster yang dibuatnya dengan efek khusus.
John Lasseter lebih terkejut ketika animation department manager Ed Hansen memanggilnya dan lalu memecatnya. Beberapa bulan kemudian, Lasseter dan Catmull bertemu untuk meratapi nasib malang mereka sekaligus mencari kesempatan lain untuk mewujudkan mimpi mereka.
4. Bisnis pertama Pixar adalah perangkat keras (hardware)

Selama beberapa tahun berikutnya, fokus utama Pixar adalah perangkat kerasnya, yakni Pixar Image Computer. Sebuah komputer desain grafis, yang menurut Steve Jobs cocok untuk digunakan di bidang kedokteran, teknik, dan sains. Dilansir PC Mag, komputer ini dibanderol dengan harga 135.000 dolar AS atau setara Rp2,2 miliar, tetapi hanya sedikit komputer yang terjual.
Saat Pixar Image Computer dipasarkan, studio animasi Pixar juga fokus untuk memproduksi film animasi pendek demi memamerkan kemampuan komputer desain grafisnya itu. Film animasi pertamanya diproduksi oleh John Lasseter. Lasseter memulai debutnya pada konferensi grafis komputer 1986 dan karyanya mengejutkan semua orang yang hadir.
Luxo Jr. (1986) adalah kisah sederhana tentang lampu meja bernama Luxo yang mengajari putranya bermain bola. Akan tetapi, efek grafis yang ditampilkan belum pernah dibuat sebelumnya dalam industri animasi. Dari efek cahaya, kedalaman subjek, bayangan hingga gerakan subjeknya terlihat sangat nyata sekaligus berkualitas tinggi. Film ini menarik perhatian banyak orang hingga mendapatkan nominasi Oscar pada 1987 untuk Film Pendek Animasi Terbaik—atau film pendek CGI pertama yang menerima penghargaan tersebut.
5. Disney mengakuisisi Pixar

Selama masa produksi perangkat keras (hardware) Pixar Image Computer, para animator Pixar tidak pernah melupakan impian mereka untuk membuat film layar lebar. Untungnya, salah satu dari sedikit peminat Pixar Image Computer adalah Disney. Pada 1990, studio Disney mengajak Pixar untuk memproduksi sebuah film.
Kedua perusahaan ini sepakat untuk membuat 3 film animasi komputer sekaligus. Namun, kesepakatan ini awalnya memberatkan salah satu pihak. Meskipun Disney akan membiaya produksi Pixar, tapi Disney ingin mendapatkan hak cipta dari karya tersebut, termasuk bagian terbesar dari keuntungan dan hak cipta atas karakter-karakternya.
Setelah kesuksesan Toy Story (1995), Pixar melakukan negosiasi ulang dengan Disney. Pada 1997, kesepakatan baru dibuat, di mana anggaran dan keuntungan akan dibagi rata antara kedua perusahaan, dan Disney juga menerima biaya distribusi. Dengan kesepakatan yang lebih adil ini, Pixar pun memproduksi lima film animasi klasik—A Bug's Life (1998), Monsters Inc. (2001), Finding Nemo (2003), The Incredibles (2004), dan Cars (2006).
Ketika perjanjian tersebut hampir selesai pada 2004, Pixar mengumumkan bahwa perjanjian tersebut gagal diperpanjang lantaran Steve Jobs dan CEO Disney Michael Eisner memiliki hubungan yang tidak baik. Di sisi lain, Jobs masih tidak setuju dengan keputusan Pixar sebelumnya. Namun, Eisner dipecat pada 2005, dan CEO baru Robert Iger berperan penting dalam membuka jalan bagi Disney untuk mengakuisisi Pixar senilai 7,4 miliar dolar AS atau setara dengan Rp120,7 triliun pada 2006, sebagaimana yang di laporkan LA Times.
6. Film Toy Story hampir dibatalkan

Kesuksesan besar Toy Story (1995) sebenarnya tidak semulus kelihatannya. Sebelum film animasi ini dirilis, cuplikan pertama yang diproduksi untuk film tersebut membuat para eksekutif Disney sangat marah. Para bos besar ini hampir saja membatalkan film tersebut dan memecat semua animator Pixar.
Untungnya, John Lasseter diberikan waktu 2 minggu untuk memperbaiki hal tersebut. Lasseter berhasil menyelamatkan film tersebut dari tempat sampah dan para animator tidak jadi kehilangan pekerjaan mereka. Sebenarnya, ini bukan kesalahan para animator Pixar, melainkan ketua Walt Disney, Jeffrey Katzenberg, terkait naskah yang dipermasalahkan itu.
Jeffrey Katzenberg bersikeras untuk menggunakan style kartun edgy yang populer pada saat itu, yang dimaksudkan untuk lebih menarik perhatian orang dewasa daripada anak-anak. Hasilnya, Toy Story menjadi kartun yang tidak ramah anak-anak dibandingkan yang diharapkan oleh tim kreator John Lasseter. Tom Hanks, yang memerankan karakter Woody, menganggap bahwa karakter yang diciptakan Katzenberg tersebut sangatlah brengsek.
Meski begitu, Jeffrey Katzenberg mengakui kesalahannya. Hebatnya, tim kreator berhasil menggunakan 2 minggu mereka untuk mengerjakan ulang naskah Toy Story agar ceritanya lebih ceria dan ramah anak. Namun, sepanjang sejarah Pixar, Pixar hanya memiliki satu produksi animasi yang dihentikan, yaitu Newt. Newt pertama kali diumumkan pada 2008, tetapi dibatalkan pada 2010, karena beberapa studio animasi lain mengembangkan proyek serupa (salah satunya adalah Rio (2011), film animasi yang dibuat DreamWorks Animation).
7. Disney hampir membuat beberapa sekuel Pixar-nya sendiri

Saat perjanjian antara Pixar dan Disney berakhir pada 2004, kedua perusahaan itu menegaskan bahwa mereka tidak akan bekerja sama lagi. Apalagi Steve Jobs merasa bahwa pembagian 50/50 masih tidak adil bagi Pixar. Jobs berpikir bahwa Pixar bisa melakukan yang lebih baik jika mereka bekerja sendiri.
Sementara itu, CEO Disney Michael Eisner ingin membuat sekuel film-film tersebut tanpa keterlibatan Pixar. Mengingat, Disney punya hak atas karakter-karakter tersebut berdasarkan kesepakatan sebelumnya. Jadi pada 2005, Disney Feature Animation mendirikan divisi Circle 7 Animation untuk memproduksi serangkaian sekuel film klasik Pixar. Yang pertama adalah Toy Story 3 yang dibuat pada 2008, dengan cerita yang sangat berbeda dari versi yang tayang di bioskop (2010). Monsters Inc. 2 dan sekuel Finding Nemo.
Sayangnya, semua proyek ini tiba-tiba dibatalkan ketika akuisis Pixar diumumkan oleh Disney. Circle 7 Animation pun resmi ditutup tak lama kemudian. Meski begitu, Disney Animation Studios dan Pixar menerapkan aturan tegas bahwa mereka tidak boleh saling berbagi ide, animator, sumber daya, atau apa pun itu.
Hampir 1 dekade kemudian, brain trust dari masing-masing studio diperbolehkan memberikan masukan pada karya masing-masing. Tim kreatif Disney memberikan beberapa saran tentang film Inside Out. Sementara itu, Pixar memberikan ide untuk film Zootopia.
8. Film pendek terbaik Pixar

Pixar terkenal dengan film pendeknya, Luxo Jr. (1986). Film ini diisi dengan karakter lampu mejanya, yang juga menjadi maskot perusahaan. Gambar meja lampu ini pertama kali muncul dalam film pendek Tin Toy (1988) dan Toy Story (1955).
Lalu lampu meja ini memperkuat reputasi Pixar karena tampil di awal setiap film Pixar. Ia melompat-lompat ke logo Pixar dan melompat ke huruf "I" di "PIXAR". Logo ini pertama kali muncul di awal film A Bug's Life (1998). Setelah itu, setiap film Pixar yang tayang di bioskop pasti selalu ada lampu meja ini di awal filmnya.
Luxo Jr. adalah film pendek Pixar yang dibuat untuk melihat seberapa canggihnya teknologi dan teknik baru yang mampu mereka hasilkan sebagai animator pendatang baru. Di samping itu, Luxo Jr. berhasil memenangkan Academy Award untuk Film Pendek Animasi Terbaik. Hebatnya lagi, Luxo Jr. dan Tin Toy sama-sama masuk dalam Daftar Film Nasional AS karena signifikansi budaya dan sejarahnya.
9. Pixar punya software-nya sendiri

Sejak debutnya pada 1988, perangkat lunak (software) RenderMan jadi aplikasi komputer yang sangat populer di industri animasi komputer. Sudah digunakan secara komersial selama bertahun-tahun, software ini pun gratis untuk diunduh pada 2015. Namun, perangkat lunak utama yang diciptakan Pixar adalah Marionette (1988).
RenderMan dan Marionette digunakan untuk pertama kalinya dalam pembuatan animasi pendek Tin Toy. Namun, Marionette diperbarui dan diganti namanya menjadi Presto, yang diambil dari nama film pendek berjudul sama yang mendapat nominasi Oscar. Film pendek Presto sendiri dirilis di bioskop pada 2008 bersamaan dengan WALL-E.
Suite yang diperbarui ini pertama kali digunakan untuk membuat film Brave (2012). Sejak saat itu, Presto telah digunakan untuk membuat semua film Pixar. Demonstrasi Presto diadakan di konferensi GTC Nvidia 2014. Nah, bagi yang penasaran bagaimana para animator Pixar mengerjakan animasinya, presentasinya bisa dilihat secara online, lho.
10. Pixar memiliki tradisi di setiap film animasi yang dibuatnya

Para animator Pixar gemar mengemas karya mereka dengan lelucon dan cinta kasih agar dapat dinikmati semua kalangan. Namun di lain sisi, ternyata ada inside joke dan easter egg yang diselipkan dalam film animasinya. Contohnya yang paling jelas adalah 'A-113', yang merujuk pada nomor ruang kelas animasi di California Institute of Arts. Nah, nomor ini muncul di hampir setiap film Pixar, dan truk Pizza Planet yang ada di Toy Story.
Para animator Pixar juga terkadang menambahkan sesuatu yang ada di film animasi Pixar di masa lalu ke film Pixar terbaru. Contohnya seperti Riley dari Inside Out (2015) yang muncul di antara sekelompok anak-anak yang sedang melihat akuarium di film Finding Dory (2016). Ada juga Doug si anjing dari film Up (2008) yang muncul di film Ratatouille (2007).
Selain itu, aktor John Ratzenberger, yang terkenal karena perannya sebagai Cliff Clavin dalam sitkom tahun 80-an yang berjudul Cheers, menjadi aktor yang menyuarakan banyak film animasi Pixar, lho. Bisa dibilang, mungkin puluhan film animasi Pixar. Wow!
Kehangatan film-film animasi Pixar mungkin sangat mewarnai masa kecil kita, ya. Mulai dari Toy Story hingga Inside Out. Film-film animasi Pixar memberikan pesan mendalam dan menyentuh siapa saja yang menontonnya. Kira-kira film Pixar mana, nih, yang jadi favorit kamu?