Penuh Makna, Ini Aliran Filsafat yang Diangkat Film Animasi Ghibli

Animasi Ghibli selalu berkaitan dengan manusia dan alam

Saat membicarakan Studio Ghibli, yang terlintas di benak kita pasti keindahan film-filmnya yang memantik rasa aneh serupa nostalgia. Film-film tersebut dianimasikan oleh Ghibli dengan plot dan sinematografi yang memberikan rasa hangat dan nyaman meskipun konflik filmnya rumit.

Namun, apakah kamu menyadari kalau ada sejumlah aliran filsafat yang selalu disisipkan Ghibli ke dalam film-filmnya. Aliran-aliran tersebut menjadi benang merah yang mengaitkan satu film dengan film lainnya.

Selain itu, penggunaan aliran filsafat tersebut menjadi upaya Ghibli untuk merepresentasikan isu-isu kontemporer yang dihadapi manusia. Berikut pembahasan singkatnya.

1. Ekosentrisme

Penuh Makna, Ini Aliran Filsafat yang Diangkat Film Animasi Ghiblicuplikan film My Neighbor Totoro (dok. Studio Ghibli/My Neighbor Totoro)

Dilansir MAHB Stanford University, secara singkat, ekosentrisme merupakan aliran filsafat yang menjadikan alam sebagai pusat kehidupan. Aliran ini meyakini segala hal yang ada di alam dari flora, fauna, manusia, mikroorganisme, hingga komponen abiotik seperti tanah dan air memiliki peran penting yang harus dijaga keberadaannya.

Dengan mengangkat ekosentrisme, Ghibli tidak hanya menjadikan alam sebagai background dan elemen estetika film-filmnya. Namun juga menjadikannya sebagai "tokoh" yang memegang peranan penting dalam mengarahkan sebagian besar jalan cerita film-film itu.

Melalui elemen lingkungan tersebut, Ghibli berusaha mengajak penonton untuk menjaga dan melestarikan seluruh aspek lingkungan hidup. Ghibli juga berusaha menyampaikan ide tentang manusia yang merusak alam, sejatinya manusia yang sedang menggali kuburannya sendiri.

Baca Juga: 5 Film Anime Studio Ghibli yang Bikin Imajinasimu Melambung Tinggi

2. Feminisme

Penuh Makna, Ini Aliran Filsafat yang Diangkat Film Animasi Ghiblikarakter perempuan di film-film Ghibli (dok. Studio Ghibli)

Mengutip Britannica, feminisme adalah aliran filsafat yang meyakini kesetaraan sosial, ekonomi, dan politik di antara gender yang ada di dunia. Namun pada umumnya, feminisme dimaknai sebagai keyakinan yang mendukung perempuan untuk mendapatkan hak dan kewajibannya sebagai manusia yang setara dengan laki-laki.

Sebagian besar film-film produksi Ghibli menjadikan perempuan sebagai tokoh titular mereka. Dari From Up on Poppy Hill (2011) hingga Princess Mononoke (1997), film-film tersebut berusaha merepresentasikan perempuan sebagai manusia yang memiliki tekad dan berhak untuk mengekspresikan diri sepenuhnya tanpa embel-embel fan service yang sensual.

Ghibli juga menggunakan film mereka sebagai upaya untuk melawan seksisme. Selain karakter perempuannya yang kuat dan beragam, Ghibli juga menciptakan karakter laki-lakinya dengan sifat dan perilaku bervariasi. Hal ini menjadi representasi Ghibli atas keragaman karakter manusia di dunia nyata yang sejatinya memiliki hak dan kewajiban yang setara.

3. Eksistensialisme

Penuh Makna, Ini Aliran Filsafat yang Diangkat Film Animasi Ghiblicuplikan film Howl's Moving Castle (dok. Studio Ghibli/Howl's Moving Castle)

Mengutip The Ethics Centre, eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang meyakini bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas eksistensi dan tujuan hidup masing-masing. Maksud keberadaan atau eksistensi kita di dunia tidak ditentukan oleh orang lain maupun hal lain, tapi ditentukan oleh kita sendiri.

Film-film Ghibli banyak yang mengangkat kisah eksistensialisme terutama mengenai upaya pencarian jati diri dan tujuan hidup. Misalnya dalam Howl's Moving Castle (2004), Spirited Away (2001), dan Ponyo (2008), di mana masing-masing tokoh titular dalam film tersebut harus melalui berbagai hal yang tidak pernah mereka pikirkan untuk menemukan maksud keberadaan mereka di dunia.

Berbeda dengan film Pom Poko (1994), di mana para rakun di film tersebut sudah menentukan maksud keberadaan mereka di dunia. Mereka yakin maksud keberadaan mereka di dunia adalah hidup sebagai rakun di hutan, dan berusaha mempertahankan tempat tinggalnya.

Pengangkatan konsep eksistensialisme, feminisme, dan ekosentrisme menjadi cara Ghibli untuk menyampaikan isu yang terus dihadapi oleh manusia dari waktu ke waktu. Kendati aliran filsafat tersebut disisipkan secara implisit, pesan dan maknanya dapat tersampaikan dengan baik.

Baca Juga: 5 Makhluk di Film Ghibli yang Berasal dari Cerita Rakyat Jepang

Santo Hamada Photo Verified Writer Santo Hamada

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hella Pristiwa

Berita Terkini Lainnya