V/H/S/Beyond, Perpaduan Horor dan Sci-Fi yang Memacu Adrenalin

Seri V/H/S telah lama dikenal sebagai salah satu film horor antologi yang paling inovatif dan menegangkan. Setelah beberapa kali menggebrak lewat film-film sebelumnya, seri ini kembali dengan film terbaru berjudul V/H/S/Beyond yang tayang di Shudder pada Jumat (4/10/2024). Kembalinya seri ini tentu saja disambut antusias oleh para penggemar horor.
V/H/S/Beyond terdiri dari lima segmen dan satu frame narrative yang masing-masing disutradarai oleh nama-nama berbakat, seperti Justin Martinez dan Kate Siegel. Tak hanya menghadirkan kisah yang mencekam, film ini juga menerima pujian karena inovasinya dalam menggabungkan elemen fiksi ilmiah, khusunya tema alien dan luar angkasa. Sejumlah kritikus di Rotten Tomatoes bahkan menyebut film ini sebagai salah satu yang terbaik dalam seri V/H/S.
Untuk kamu yang penasaran dengan film ini, ulasan yang penulis susun akan membahas setiap segmennya, mulai dari yang terburuk hingga yang terbaik. Tenang saja, review film V/H/S/Beyond ini bebas dari spoiler, jadi kamu bisa menikmati filmnya tanpa terganggu.
1. Abduction/Adduction

Dalam seri V/H/S, frame narrative menjadi elemen yang mempersatukan berbagai segmen cerita yang ada. Beberapa di antaranya berhasil menciptakan suasana yang mencekam, seperti "Total Copy" dalam V/H/S/85 (2023), sementara lainnya terasa kurang menggigit, seperti "Vicious Circles" dalam V/H/S: Viral (2014). Sayangnya, "Abduction/Adduction" termasuk yang gampang dilupakan.
Disutradarai Jay Cheel, segmen ini menggabungkan elemen mockumentary dengan cerita horor alien. Ceritanya berpusat pada sebuah rumah yang diduga diteror oleh alien, dengan footage yang diambil oleh anggota keluarga yang tinggal di sana sebelum mereka menghilang secara misterius. Di sini, para pembuat film dalam cerita memberikan komentar tentang daya tarik alien, membedah fenomena alien encounter, dan bereaksi terhadap footage tersebut.
Walau premisnya menarik, eksekusi "Abduction/Adduction" terasa kurang maksimal. Format wraparound yang digunakan sebagai transisi antar segmen justru membuatnya terpecah-pecah dan kehilangan fokus. Selain itu, meskipun Cheel berhasil menciptakan suasana dokumenter yang meyakinkan, pengungkapan akhir dari footage yang ditemukan terasa tak sebanding dengan hype yang dibangun sepanjang cerita.
2. Fur Babies

"Fur Babies" kembali menjadi ajang pembuktian aktor spesialis horor, Justin Long, sebagai sutradara setelah gagal memuaskan kritikus lewat debutnya dalam Lady of the Manor (2021). Diarahkan bersama Christian Long, sang adik, segmen ini berbeda dari semua segmen dalam V/H/S/Beyond karena muatan komedi hitamnya. Namun, apakah berbeda berarti berkualitas?
Segmen ini mengikuti sekelompok aktivis hewan yang mencoba mengungkap rahasia gelap Becky (Libby Letlow), pemilik sebuah tempat penitipan anjing. Becky ternyata memiliki hobi tak lazim, yaitu mengawetkan anjing-anjing mati. Para aktivis ini menyamar sebagai pelanggan dan memasang kamera tersembunyi untuk memata-matai Becky. Namun, mereka menemukan bahwa di tempat itu, Becky melakukan lebih dari sekadar taksidermi.
"Fur Babies" seolah menjadi sekuel spiritual bagi Tusk (2014) karya Kevin Smith, di mana Justin Long juga berperan. Namun, meskipun memiliki premis yang menjanjikan, segmen ini gagal menyajikan kegilaan yang sama seperti Tusk. Jika Tusk berhasil mengejutkan penonton dengan transformasi manusia menjadi walrus yang mengerikan, "Fur Babies" terasa kurang intens dalam eksekusi horornya, dan lebih terasa seperti gimmick.
3. Stowaway

Segmen selanjutnya dalam daftar ini adalah "Stowaway," yang diatur sebagai segmen pamungkas dalam V/H/S/Beyond. Halley (Alanah Pearce), seorang pembuat film dokumenter amatir, menjadi fokus di sini. Ia dikisahkan rela meninggalkan keluarganya demi mengejar mimpinya mencari alien di Gurun Mojave.
Cerita dimulai dengan Halley yang bersemangat mengejar cahaya terang di langit malam. Ketika ia akhirnya menemukan UFO yang mendarat, ia tanpa ragu-ragu memasuki pesawat tersebut. Di dalam pesawat, suasana berubah menjadi menakutkan. Halley menyadari bahwa pesawat ini memiliki kemampuan penyembuhan yang luar biasa, tetapi dengan "harga" yang mengerikan.
Disutradarai dan ditulis oleh pasangan fenomenal dalam industri horor saat ini, Kate Siegel dan Mike Flanagan, “Stowaway” termasuk yang paling “irit” dalam menampilkan wujud aliennya dibandingkan dengan segmen-segmen lainnya. Pendekatan minimalis semacam ini memang berisiko membelah audiens menjadi dua kubu. Namun, jika kamu sabar, Siegel dan Flanagan telah menyiapkan sebuah "hadiah" yang mengejutkan di ending.
4. Dream Girl

Disutradarai Virat Pal, “Dream Girl” memberikan sentuhan yang segar dalam V/H/S/Beyond. Segmen ini berhasil menggabungkan elemen horor dan fiksi ilmiah ala Terminator dengan kritik sosial tentang industri hiburan. Tak hanya itu, “Dream Girl” juga menghadirkan nuansa Bollywood yang jarang ditemukan dalam film-film horor Barat, menjadikannya salah satu segmen terunik dalam seri V/H/S.
Segmen ini menceritakan dua paparazi yang berusaha mendapatkan foto eksklusif seorang bintang pop Mumbai bernama Tara (Namrata Sheth). Untuk mewujudkannya, mereka nekat menyelinap ke lokasi syuting video musiknya yang mewah. Namun, alih-alih berita hangat, mereka justru mendapatkan sebuah kenyataan kelam di balik popularitas sang superstar.
Segmen ini tak hanya menonjol karena unsur Bollywood-nya yang autentik, tetapi juga karena kadar kekerasannya yang ekstrem. Sepanjang durasi, penonton disuguhi dengan adegan-adegan yang brutal dan berdarah-darah, seperti tangan dan wajah yang tercabik-cabik. Jika kamu penggemar gore, "Dream Girl" dijamin bakal memuaskan dahagamu!
5. Live and Let Dive

Sejujurnya, sulit menentukan mana yang terbaik antara “Dream Girl” dan “Live and Let Dive." Keduanya sama-sama menawarkan pengalaman horor yang intens dan mendebarkan. Namun, menimbang kadar adrenalin, keunikan latar, dan teknik penggarapan, penulis memutuskan menempatkan “Live and Let Dive” di posisi kedua.
Segmen yang disutradarai oleh Justin Martinez, alumni Radio Silence, ini mengikuti kisah Zach (Bobby Slaski) yang sedang merayakan ulang tahunnya bersama teman-teman dan keluarganya di dalam pesawat. Ketegangan mulai terasa ketika mereka menyadari ada UFO di luar pesawat mereka. Awalnya, mereka merasa antusias, tetapi situasi berubah drastis ketika mereka terjebak di tengah perang antara manusia dan alien.
"War of the Worlds versi found footage" adalah deskripsi yang tepat untuk “Live and Let Dive." Dengan tata kamera aerial yang memukau, Martinez sukses menghadirkan ketegangan yang luar biasa, baik di angkasa maupun setelah segmen ini memindahkan latarnya ke darat. "Live and Let Dive” juga menghadirkan salah satu penampakan alien paling disturbing dalam sejarah seri V/H/S, lengkap dengan adegan alien abduction yang ikonik.
6. Stork

Masih ingat dengan segmen “The Subject” yang disutradarai oleh Timo Tjahjanto dalam V/H/S/94 (2021)? Segmen tersebut membekas di ingatan para pencinta seri V/H/S. karena kepiawaian Timo dalam menggabungkan body horror yang brutal dengan aksi first-person shooter ala gim horor. “Stork,” yang menjadi pembuka dalam V/H/S/Beyond, menghadirkan nuansa serupa, tetapi dengan mitologi yang tak kalah liar.
Segmen ini membawa penonton mengikuti tim polisi yang dilengkapi dengan bodycam dalam misi memburu penculik bayi yang bersembunyi di rumah tua yang menyeramkan. Namun, mereka menyadari bahwa kasus penculikan bayi yang mereka tangani bukanlah kasus penculikan biasa. Rumah tersebut penuh dengan mayat hidup yang tak berotak dan sesosok makhluk ekstraterestrial yang bak keluar dari dongeng gelap.
Rasanya tak berlebihan jika menyebut “Stork” sebagai segmen terbaik dalam V/H/S/Beyond. Segmen garapan Jordan Downey ini mempunyai segala elemen yang membuatnya menonjol, mulai dari gore yang intens, sudut pandang kamera yang inovatif, hingga desain monster yang mengerikan. Dengan segala kelebihan tersebut, "Stork" telah menetapkan standar yang tinggi untuk segmen-segmen berikutnya dalam waralaba horor ini.
Secara keseluruhan, V/H/S/Beyond menampilkan beberapa segmen yang solid, tetapi sayangnya tak semua berhasil memaksimalkan elemen fiksi ilmiahnya. Misalnya, “Abduction/Adduction” terasa kurang eksploratif dalam memanfaatkan tema alien, sementara “Stork” justru sukses memadukan sci-fi dan horor dengan sangat menegangkan.
Meski begitu, V/H/S/Beyond tetap mampu menghadirkan nuansa segar bagi penggemar horor dengan variasi cerita yang menarik. Bagi pencinta fiksi ilmiah dan horor, film ini adalah alternatif yang wajib untuk ditonton, terutama jika kamu mencari sesuatu yang berbeda dari film horor mainstream.