9 Kebiasaan Jadul Ini Dulunya Populer, Tapi Kini Sudah Jarang Ditemui

Indonesia yang kita tinggali saat ini mengalami beragam perubahan akibat arus globalisasi serta pola pikir. Sesuatu yang dulunya sering kita temui di masyarakat dan orang-orang tua, kini jadi langka.
Padahal Budaya lampau sangat menarik untuk diketahui oleh kita. Bukan untuk menilainya, tetapi sebagai inventarisasi kebudayaan yang perlu kita catat baik-baik dalam sejarah kebangsaan.
Berikut ini contohnya:
1. Mengunyah Sirih atau Nginang

Menginang atau bersirih jadi kebiasaan nenek-nenek, yang kini mulai sulit kita temukan. Pada dasarnya, menginang dengan sirih saja Rtanpa campuran kapur) bisa membunuh kuman-kuman yang ada di rongga mulut.
2. Banyak Anak, Cukup untuk Membuat Kesebelasan Bahkan Lebih

Coba tanyakan sama Bapak Ibumu, berapa saudara kandung yang mereka miliki? Kebanyakan orang dahulu memiliki anak sampai belasan orang. Cukup untuk membuat kesebelasan sendiri.
Tapi karena dikhawatirkan terjadinya ledakan penduduk, pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana, cukup dua anak. Kamu sendiri mau melanjutkan tradisi orang dahulu atau ikut pemerintah?
3. Menikah di Usia Sangat Muda

Para nenek moyang kita tidak mungkin bisa melahirkan begitu banyak anak bila menikahnya di usia 30-40an. Mereka melangsungkan pernikahan ketika usianya belasan tahun.
Hal ini tentunya jarang kita temui lagi. Karena para wanita selepas menyelesaikan jenjang SMA, berhasrat untuk melanjutkan pendidikan dan terjun di dunia karier.
4. Saling Mengurai Kutu atau Petanan

Bahasa Jawa dari kegiatan yang satu ini adalah petanan. Kegiatan ini, umumnya banyak dilakukan oleh kaum wanita, walau tidak dikecualikan juga kaum laki-laki melakukannya.
Mungkin karena orang sekarang sudah gengsi atau tidak lagi punya waktu senggang untuk melakukan ini. Atau karena sekarang ini, salon perawatan rambut sudah tersebar di seantero kota, sehingga kebiasaan ini sudah jarang lagi kita lihat.
5. Gotong Royong di Hari Minggu

Kegiatan ini untungnya masih bisa kita temukan di beberapa tempat. Tetapi bila meninjau daerah perkotaan dan perkomplekan, kegiatan ini semakin jarang kita lihat.
Padahal selain bermanfaat untuk kebersihan lingkungan, kegiatan ini sangat bagus dalam meningkatkan silaturahmi antar tetangga.
6. Jamu Sebagai Budaya Hidup

Anak muda zaman sekarang tentu lebih mudah kita lihat di cafe daripada di tempat-tempat penjaja jamu. Padahal jamu ini sudah diusulkan pemerintah ke UNESCO sebagai warisan dunia.
Dengan tetap membeli dan melestarikan, kita bisa terus memperjuangkan hal ini ke UNESCO.
7. Dijodohkan oleh Orangtua

Bila zaman sekarnag ada anak mau dijodohkan oleh orangtuanya, pasati ada yang menjawab "Ini bukan lagi zamannya Siti Nurbaya!".
Mayoritas orangtua sekarang sudah membiarkan anak memilih pilihannya sendiri, untuk menentukan siapa yang akan mendampingi hidup selamanya.
8. Menentukan Acara dengan Tanggal Pasaran

Hal yang paling umum dikenal masyarakat adalah "Malam Jumat Kliwon". Sebab dianggap sebagai malam yang angker dan menakutkan. Masyarakat menganggap hantu-hantu bergentayangan pada hari itu. Entah itu benar/ tidak.
Kini, masyarakat tidak lagi menggunakan tanggalan Jawa seperti Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing. Padahal seru sepertinya bila kita mempopulerkan kembali tanggal pasaran tersebut. "Kita ketemuan ya di pelataran kampus besok, Selasa Wage!,".
9. Acara Pernikahan Diisi Ceramah Pernikahan dan Hidangannya Diantarkan
Umumnya, begitu datang ke acara pernikahan, kita bersalaman dengan pengantin, lalu dilanjutkan dengan menyantap berbagai macam hidangan di beberapa stand yang sudah disediakan.
Padahal pernikahan zaman dulu, tamu undangan dipersilakan duduk di kursi yang sudah disediakan, lalu mendengarkan ceramah tentang pernikahan atau sambutan dari keluarga.
Seusai itu, barulah ada orang yang mengantarkan makanan ke tempat kita duduk, dilanjutkan bersalaman dengan mempelai.