Kisah Horor Tradisi Rabu Wekasan, Diyakini untuk Tolak Bala

Ramai dibicarakan di media sosial

Baru-baru ini, warga Twitter dikejutkan dengan sebuah cuitan yang menceritakan tentang kisah horor di balik tradisi Rabu Wekasan. Cuitan yang ditulis oleh akun @JeroPoint tersebut dibuat dalam bentuk utas atau thread yang menceritakan tentang ritual penumbalan yang dilakukan pada hari Rabu Wekasan.

Dalam thread yang dibuat pada tanggal 31 Agustus 2022 itu, akun @JeroPoint membagikan kisah dari keluarganya yang menjadi korban dari tradisi Rabu Wekasan. Penasaran dengan teror yang dialami keluarga tersebut? Simak selengkapnya di bawah ini!

1. Cerita horor di balik tradisi Rabu Wekasan

Kisah Horor Tradisi Rabu Wekasan, Diyakini untuk Tolak Balailustrasi korban tumbal Rabu Wekasan (twitter.com/JeroPoint)

Namaku Alan, saat duduk di bangku SMP, aku harus kehilangan kakak perempuan satu-satunya. Peristiwa tersebut terjadi sekitar 12 tahun yang lalu, tepatnya saat kakak perempuanku ketahuan hamil di luar nikah. Saat itu, rumah benar-benar kacau. Bapak murka sejadi-jadinya dan ibu hanya bisa menangis. Saking murkanya, bapak sampai meneriaki kakakku dengan sebutan aib keluarga. Wajar, mengingat bapak dan ibu sudah mendidik kami dengan agama yang kuat.

Setelah pertengkaran besar itu, kakakku memutuskan untuk meninggalkan rumah dalam keadaan hamil besar. Namun, kakak masih sering berkomunikasi dengan ibu melalui telepon. Terakhir sebelum Ia menghilang, kakak bercerita bahwa ada keluarga yang mau mengadopsi anaknya. Setelah menerima kabar itu, kakak menghilang seolah ditelan oleh bumi. Ibu hanya bisa menangis karena khawatir, sedangkan bapak justru berkata “Biarin aja anak durhaka itu mutusin hubungan keluarga!”

Sejak hilangnya kakak, keluargaku hidup dalam teror sosok yang tidak kasat mata. Teror tersebut selalu berlangsung di bulan Safar, tepatnya menjelang hari Rabu Wekasan. Teror paling parah yang pernah kualami terjadi saat aku duduk di bangku SMA.

Malam itu, tiba-tiba aku terbangun dalam keadaan badan yang tidak bisa digerakkan sama sekali. Aku sadar, tetapi anehnya badanku terasa sangat ringan dan kaku. Saat aku mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, aku mendengar suara perempuan yang sedang menangis. Seketika aku panik dan berusaha untuk bergerak namun badanku tetap kaku dan tidak bisa digerakkan sama sekali.

2. Kejadian naas di balik tradisi Rabu Wekasan

Kisah Horor Tradisi Rabu Wekasan, Diyakini untuk Tolak Balailustrasi kuburan (pexels.com/Micael Widell)

Tiba-tiba aku melihat sosok kakak perempuan yang telah lama menghilang. Sosok tersebut menangis dan merintih “Tolong Mbak, Ian..Tolong Mbak.” Mendengar suara rintihan kakakku, aku hanya bisa ikut menangis merasakan kepedihan yang luar biasa.  Tiba-tiba suara rintihan kakakku berubah menjadi suara jeritan kesakitan, Ia berteriak “Ampuun! Sakit! Tolong, sakit!” di sela-sela teriakannya mendadak darah muncrat dari lehernya yang perlahan-lahan seperti putus karena digorok.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara tangisan bayi yang berasal dari berbagai penjuru. Aku benar-benar ketakutan dan ingin menjerit sejadi-jadinya namun lagi-lagi lidahku hanya bisa diam di tempatnya. Aku hanya bisa pasrah sambil bolak-balik beristigfar, berharap Tuhan  segera menolongku dari semua teror ini.

Doaku terjawab, seketika azan Subuh berkumandang. Aku langsung bangun dari mimpi burukku, suara-suara jeritan, tangisan, dan sosok menyeramkan kakak perempuanku lenyap tidak berbekas. Seolah-olah apa yang kualami tadi memang hanya mimpi buruk semata.

Keesokan harinya, aku langsung menceritakan teror yang kualami kepada orang tuaku. Alih-alih percaya orang tuaku justru mengatakan aku hanya mengalami ‘erep-erep’ atau mengigau. Namun, sejak saat itu teror mengerikan tersebut juga dialami oleh orang tuaku, mulai dari suara tangisan bayi, hingga suara rintihan perempuan yang mirip dengan suara kakak.

Lebih anehnya lagi, teror-teror tersebut hanya terjadi setiap bulan Safar dan semakin parah ketika mendekati hari Rabu Wekasan. Firasatku dan ibu benar-benar tidak enak, kami sangat khawatir dengan keadaan kakak. Hanya bapak saja yang masih bergeming dengan egonya, beliau selalu berkata “Mbakmu mah sudah senang hidupnya, dia aja gak mikirin kita.”

Akhirnya, aku memutuskan untuk bertanya ke orang pintar dan jawabannya benar-benar di luar dugaan. Orang pintar tersebut mengatakan kemungkinan besar kakak perempuanku dan anaknya telah menjadi korban tumbal dari ritual Rabu Wekasan.

3. Apa itu Rabu Wekasan?

Kisah Horor Tradisi Rabu Wekasan, Diyakini untuk Tolak Balailustrasi kalender (pixabay.com/tigerlily713)

Sesuai namanya, Rabu Wekasan adalah tradisi yang diperingati setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar, sebelum memasuki bulan Rabiul Awal di mana umat Muslim memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Tradisi Rabu Wekasan di Indonesia diprediksi sudah ada sejak abad ke-17. Istilah Rabu Wekasan sendiri populer di Pulau Jawa sejak era Wali Songo. Tradisi ini punya beberapa nama lain seperti Rabu Kasan, Rabu Pungkasan, Makmegang di Aceh, dan Arba Mustamir di Kalimantan Selatan.

Ada banyak kegiatan yang dilakukan saat Rabu Wekasan di berbagai daerah, namun semuanya bertujuan baik. Mulai dari menjalankan puasa sunah, salat sunah, berdoa bersama, berbagi makanan, hingga bersilaturahmi.

Itu dia cerita horor di balik tradisi Rabu Wekasan yang menumbalkan ibu hamil hanya untuk menolak bala. Apakah tradisi Rabu Wekasan juga masih dipertahankan di daerah tempat tinggalmu? Semoga kita selalu dijauhkan Tuhan dari orang-orang yang berniat mencelakai kita, ya!

Baca Juga: Apa Itu Rabu Wekasan: Penjelasan dan Pandangan Dalam Ajaran Islam

Topik:

  • Dinda Trisnaning Ramadhani
  • Yunisda D
  • Stella Azasya
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya