Asal-Usul THR di Indonesia, Sudah Ada Sejak Zaman Penjajahan

Momen Ramadan dan Lebaran Idul Fitri identik dengan berbagai kegiatan khusus. Dari sisi agama, umat muslim akan melaksanakan puasa, sahur, dan juga salat Idul Fitri.
Sementara dari sisi sosial, kegiatan yang dilakukan seperti silaturahmi hingga membagi dan menerima tunjangan hari raya alias THR. Tentunya, pemberian THR selalu menjadi momen yang paling ditunggu oleh semua kalangan. Ternyata THR sudah menjadi tradisi dan sudah ada sejak zaman penjajahan.
Dosen sosiologi Universitas Gajah Mada, Derajad Sulistyo Widhyharto, M.Si., menjelaskan asal-usul THR di Indonesia yang kemudian menjadi tradisi hingga kini.
1. Sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda

Ternyata THR memiliki catatan perjalanan sejarah yang sangat panjang. Bahkan sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Pada saat itu, pemerintah Belanda menggunakan momen Lebaran untuk menaikkan gaji pekerja pribumi.
"Sejak zaman penjajahan (Belanda), THR sudah ada di kalangan perusahaan pribumi. Makin menguat di zaman Orde Baru dan sejak paskareformasi dilembagakan dalam aturan pemerintah," ujar Derajad kepada IDN Times pada Rabu (5/4/2023).
2. THR setelah zaman kemerdekaan

Budaya pemberian THR terus berlanjut hingga zaman setelah Indonesia merdeka. Pada 1951, pemerintah memberikan tunjangan kepada PNS dengan tujuan mendorong kesejahteraan lebih cepat, namun ini sifatnya adalah pinjaman yang akan dikembalikan dalam bentuk potong gaji pada bulan berikutnya.
Kemudian para buruh melakukan tindakan protes menuntut pemerintah untuk memberikan tunjangan yang sama seperti PNS. Barulah pada 1954, pemerintah mengeluarkan surat edaran tentang Hadiah Lebaran. Surat ini berisi imbauan kepada para perusahaan untuk memberikan Hadiah Lebaran kepada pekerjanya sebesar 1/12 dari upah.
3. THR di zaman Orde Baru

Seperti yang dijelaskan Derajad dosen sosiologi UGM, budaya THR makin menguat di zaman Orde Baru. Sebab pada zaman ini, surat edaran yang tadinya berisi imbauan berubah menjadi peraturan menteri.
Hal ini membuat perusahaan yang tadinya hanya diimbau, menjadi wajib memberikan Hadiah Lebaran kepada pekerja yang minimal sudah bekerja 3 bulan.
Pada 1994, pemerintah kembali mengeluarkan peraturan menteri soal THR. Di sini nama awal yang disebut Hadiah Lebaran, mulai berganti menjadi Tunjangan Hari Raya hingga sekarang.
4. THR menjadi isu sosial di masyarakat

Pemberian THR dari perusahaan mungkin bertujuan untuk mendorong kesejahteraan para pekerjanya. Namun di kehidupan sehari-hari, THR sudah menjadi isu sosial bagi masyarakat pekerja.
Di kehidupan sosial, pemberian THR bukan sekadar untuk kesejahteraan, melainkan jadi budaya silaturahmi penyambung tali persaudaraan.
"Jadi isunya itu ada pemberi dan ada yang diberi THR. Dalam kehidupan sehari-hari kemudian dimaknai sebagai relasi hubungan tua dan muda, persaudaraan, hingga hubungan antara si kaya dan si miskin," terang Derajad.
5. Dampak THR secara sosial dan ekonomi

Pemberian dan penerimaan THR juga turut memberi dampak sosial dan ekonomi dalam masyarakat Indonesia. Menurut Derajad, beberapa dampak yang bisa terjadi adalah menguatkan solidaritas, meningkatkan motivasi bersosial, hingga melembagakan pekerja dengan pemilik perusahaan.
"Secara ekonomi, (dampaknya) memperkuat keterlekatan usaha antara pemilik dan pekerja, penghargaan kepada pekerja, dan juga peningkatan kinerja pekerja," lanjutnya.
6. Perbedaan budaya pemberian THR di berbagai daerah

Indonesia dikenal memiliki banyak budaya dari berbagai suku dan daerah. Hal ini juga berlaku pada pemberian dan penerimaan THR Lebaran di tiap daerah yang mungkin berbeda satu sama lain.
Namun, secara umum, Derajad mengungkapkan sebenarnya tidak ada perbedaan secara khusus. Hanya saja yang pasti, perbedaan tersebut berasal dari momentum dan jumlah THR yang diberikan saja.
"Faktor yang menyebabkan (budaya THR) berbeda, karena budaya kerjanya sehingga momentum dikaitkan dengan event-event sosial yang berbeda," kata Derajad saat dihubungi via WhatsApp.
Ternyata THR sudah ada sejak lama, bahkan punya sejarah yang panjang. THR kamu sudah cair?