Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cuitan dari Keluarga di Aleppo yang Setiap Hari Bertanya, "Inikah Hari Terakhir Kami?"

twitter.com/AlabedBana

Aleppo, Suriah dikenal sebagai salah satu lokasi para militan yang berperang dengan pemerintah. Lucunya, kami yang setiap hari harus ketakutan ketika bom-bom udara berjatuhan di atap rumah. Kami yang harus berlari mencoba untuk selamat saat tidak pernah ada dari kami meminta perang ini dimulai. Kami yang wajib menangisi nyawa anggota keluarga dan teman-teman meninggal akibat serangan demi serangan.

Kesempatan untuk berkicau melalui sosial media Twitter ini aku pakai agar orang-orang sadar, kami ketakutan. Bom demi bom berjatuhan, tidak kenal waktu.

Kenapa harus kami yang menjadi korban? Mengapa harus kami yang berlari untuk menyelamatkan diri dari bom?

Teror tidak kenal waktu.

Default Image IDN

Setiap hari kami harus bersembunyi. Rumah adalah satu-satunya yang kami andalkan, tapi tetap saja jadi sasaran bom. Kalau selamat, setiap pagi kami harus melihat puing-puing rumah tetangga dan saudara kami luluh lantak begitu saja. Debu setiap hari kami hirup karena serangan demi serangan terus mereka lakukan.

Bertahan hidup.

Default Image IDN

Siapapun, semua saudara dan teman-teman kami sudah menjadi korban. Tangisan demi tangisan terus keluar dari mata kami. Kami menangisi mereka yang telah pergi. Namun, berapa banyak pun korban yang telah jatuh, mereka tidak berhenti menurunkan bom. Serangan semakin keras, ledakan semakin besar, korban semakin ramai. Kami takut.

Default Image IDN

Sangat ketakutan, serangan demi serangan terus berdatangan. Doakan kami. Tolong kami.

Rumah kami pun jadi target berikutnya.

Default Image IDN

Tadi malam, tidak banyak yang tahu bagaimana para pasukan militan itu masuk kerumah dan menggeledah kami. Mereka tidak peduli siapa kami atau kondisi kami. Usai mereka merusak segalanya, kami diusir sebelum akhirnya bom itu dijatuhkan. Rumah kami jadi target berikutnya. Rumah kami rata dengan tanah. Rumah kami lenyap.

Default Image IDN

Kini kami pun tidak tahu harus ke mana. Tanpa tujuan dan rumah. Kami hanya punya satu sama lain. Tidak punya uang, apalagi bantuan dari orang lain. Tangisan kami sudah kering. Kami tidak tidur. Kami ketakutan.

Default Image IDN

Namun tolonglah, kami tidak mau mati.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Erwanto Khusuma
EditorErwanto Khusuma
Follow Us