Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ngeri Banget! 39% Gen Z Indonesia Jadi Korban Penipuan Online di 2024

Ilustrasi ancaman love scam (Pexel.com/Sora Shimazaki)
Ilustrasi ancaman love scam (Pexel.com/Sora Shimazaki)
Intinya sih...
  • Sebanyak 39% Gen Z Indonesia pernah kena penipuan online, menunjukkan masih ada jarak antara kesadaran akan risiko dan aksi nyata untuk melindungi diri.
  • Modus penipuan makin berbahaya karena memanfaatkan teknologi AI, membuat suara, pesan, atau panggilan palsu terdengar sangat meyakinkan.
  • Edukasi keamanan digital yang fun dan kebiasaan kecil seperti aktifkan MFA atau update sistem bisa jadi pertahanan efektif melawan ancaman siber.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah merasa was-was soal keamanan data pribadi, tapi masih suka pakai password yang sama di semua akun? Ternyata, kamu gak sendirian. Di laporan Oh, Behave! The Annual Cybersecurity Attitudes and Behaviors Report 2024–2025, setidaknya 39 persen Gen Z pernah tertipu tautan atau pesan mencurigakan, menjadikannya kelompok paling rentan terhadap penipuan digital. Apakah kamu adalah salah satunya?

Awas dengan celah sekecil apapun buat ancaman siber. Tapi tenang, IDN Times tahu kalau di balik kekhawatiran soal AI dan data bocor, setidaknya pasti ada insight menarik soal kenapa kita sering tahu risikonya, tapi tetap gak gerak buat lebih waspada. Merasa relate? Baca artikel ini sampai selesai!

1. Kesenjangan antara rasa takut dan aksi nyata

Ilustrasi ancaman love scam (pexel.com/RDNE Stock project)
Ilustrasi ancaman love scam (pexel.com/RDNE Stock project)

Banyak orang sebenarnya sudah sadar soal ancaman siber, mungkin kamu adalah salah satunya. Jelas, biasanya kita akan jadi lebih aware setelah sering dengar berita soal kebocoran data atau akun diretas. Tapi sayangnya, gak semua orang langsung mengubah kebiasaan digital mereka setelah tahu risikonya.

Data dari laporan terbaru ini, setidaknya menunjukkan adanya jarak antara pengetahuan dan tindakan. Meski sudah tahu pentingnya keamanan digital, banyak yang masih pakai password dengan tingkat lemah atau belum mengaktifkan autentikasi dua langkah. Ini jadi pengingat bahwa awareness pun gak cukup, mau gak mau memang harus dibarengi dengan aksi nyata.

2. Ancaman siber berbasis AI yang makin nyata

ilustrasi menerima pesan scam (unsplash.com/set.sj)
ilustrasi menerima pesan scam (unsplash.com/set.sj)

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, AI sekarang sudah jadi bagian dari hidup kita, mulai dari bikin kerjaan beres lebih cepat sampai bantuin bikin konten dalam hitungan menit. Tapi, di balik semua kemudahan itu, ada sisi gelap yang gak bisa diabaikan. Pelaku kejahatan siber mulai memanfaatkan AI buat ngejalanin modus penipuan yang makin rapi dan susah kebongkar. Waduh?

Dulu mungkin kita cuma waspada sama SMS mencurigakan. Sekarang? Penipu sudah bisa nelpon pakai nomor lokal, pura-pura dari instansi resmi, bahkan nyodorin suara hasil AI yang terdengar mirip banget sama suara manusia. Hasilnya, orang bisa gampang terkecoh karena kedengarannya 100 persen meyakinkan.

Gak heran kalau ancaman berbasis AI bikin banyak pihak makin waspada. Serangan digital sekarang sudah nyaru banget sama komunikasi asli. Makanya, generasi digital kayak kita perlu lebih peka, lebih kritis, dan jangan gampang terkecoh sama penampilan luar yang keliatan ‘resmi’.

3. Pelatihan keamanan digital yang lebih manusiawi

ilustrasi diskusi di cafe (pexels.com/Helena Lopes)
ilustrasi diskusi di cafe (pexels.com/Helena Lopes)

Buat kamu yang merasa bahwa pelatihan soal keamanan siber itu membosankan dan terlalu teknis, kayaknya wajib baca artikel ini deh. Siapa bilang itu akan membosankan? Edukasi ini bisa dibuat lebih fun dan relevan kok, apalagi kalau dikemas dalam format yang akrab seperti video pendek, kuis interaktif, atau konten berbasis skenario sehari-hari.

Laporan ini juga menunjukkan kalau cara penyampaian yang relatable, justru bikin orang lebih gampang paham dan ingat. Jadi ini bukan cuma soal apa yang diajarkan, tapi juga gimana cara ngajarnya. Kalau pendekatannya lebih manusiawi, orang pun lebih tertarik buat belajar.

4. Kebiasaan digital kecil yang berdampak besar

ilustrasi loker freelance scam (unsplash.com/glenncarstenspeters)
ilustrasi loker freelance scam (unsplash.com/glenncarstenspeters)

Kadang kita merasa hal kecil kayak update sistem atau bikin password dengan tingkat kuat itu sepele. Tapi kenyataannya, kebiasaan-kebiasaan simpel kayak gini justru jadi garis pertahanan pertama dari berbagai serangan siber.

Highlight dari laporan ini, setidaknya ada beberapa langkah kecil yang terbukti efektif loh! Misalnya, aktifkan MFA, gak klik link sembarangan, rutin backup data, dan yang paling terpenting jangan angkat nomor yang kamu gak kenal ataupun yang bukan resmi dari call center ya. Kelihatannya sih semua ini mungkin kelihatan remeh, tapi percaya deh, in bisa bantu banget buat jaga keamanan digital kita sehari-hari.

Semoga setelah baca insight dari laporan ini, kamu yang ngakunya adalah Gen Z bisa jadi makin sadar pentingnya menjaga keamanan digital. Gak cuma buat diri sendiri, tapi juga buat lingkungan sekitar. 

Yuk, mulai dari langkah kecil yang bisa kamu lakukan hari ini. Karena di era serba online kayak sekarang, kebiasaan digital yang sehat itu bukan cuma penting, tapi sudah jadi kebutuhan. (WEB/AD)

Share
Topics
Editorial Team
Anastasia Desire
EditorAnastasia Desire
Follow Us