3 Masalah Nam Ja Yeon sebagai Penulis di Drakor No Gain No Love

Bagi penulis, masalah paling sering muncul adalah saat mereka harus menghadapi writer block. Kondisi ini menyebabkan penulis tak bisa menuangkan ide mereka dalam bentuk tulisan. Hal inilah yang dialami oleh Ja Yeon, terkadang ia kesulitan merangkai kata untuk melanjutkan ceritanya sendiri.

Seperti diperlihatkan ketika Ja Yeon hanya menatap lama kertas kosong di komputernya. Ia tak bisa menuliskan bagian akhir dari web novelnya yakni Spice Up Our Love. Sempat terlintas pikiran random yang mana Ja Yeon ingin membuat semua karakternya mati di bagian akhir tersebut.

Namun, akhirnya ia menyerah karena tidak mungkin melakukan itu atau ia akan mendapat komentar negatif dari para pembacanya. Setelah sekian lama tak bisa menuliskannya, akhirnya Ja Yeon memutuskan untuk tak menulis terlebih dahulu. Ia lebih memilih untuk pergi melakukan sesuatu dan mengalihkan perhatiannya.

Pada akhirnya, tidak semua orang bisa menerima hasil karya kita. Terlebih lagi bagi seorang penulis, ada yang mendukung karya mereka tapi ada juga yang tak jarang memberikan komentar negatif. Seperti yang dialami Ja Yeon, beberapa kali ia mendapat komentar negatif tapi berusaha mengabaikannya.

Sampai sebuah akun benama Luck You membuat Ja Yeon merasa begitu terganggu. Komentar yang ia tuliskan dalam web novel Ja Yeon begitu menyakitkan. Akun anonim tersebut menuliskan bahwa tidak sepantasnya cerita milik Ja Yeon ini dipublikasikan karena mengandung konten yang tidak pantas.

Alhasil Ja Yeon sampai merasa cemas membaca komentar tersebut. Ia bahkan mengajukan gugatan karena merasa bahwa nama baiknya tercemar. Maslaah seperti ini jadi hal yang mengganggu bagi penulis, di saat mereka butuh dukungan menyelesaikan naskah tapi justru komentar negaitif yang didapatkan.

Ja Yeon menderita trauma masa lalu karena ia pernah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Pelakunya tak lain dan tak bukan adalah ayahnya sendiri, yang mana Ja Yeon sampai merasa ketakutan setiap kali mendengar atau melihat ayahnya. Bahkan setelah ia pindah ke panti asuhan, sang ayah masih terus menerornya.

Ini jadi masalah serius bagi Ja Yeon karena terus mengganggunya setiap kali dirinya menulis. Saat membaca komentar negatif, Ja Yeon menemukan kalimat yang hampir sama seperti ducapkan sang ayah. Ia langsung merasa cemas dan ketakutan akan hal tersebut bahkan sampai tak bisa menyelesaikan ceritanya.

Saat mendatangi kantor polisi untuk bertemu si pembenci yang menuliskan komentar negatif, ia juga tak kuasa melakukannya. Bahkan saat Ja Yeon bertatapan dengan si pembenci itu, ia merasa dadanya begitu sesak dan memilih untuk melarikan diri. Trauma inilah yang membuatnya begitu kesulitan sampai sekarang.

Sejak awal menulis memang sudah jadi mimpi Ja Yeon. Dahulu banyak yang meremehkan mimpinya ini karena dianggap terlalu sederhana. Namun, siapa sangka jika ia bisa sampai di tahap ini walaupun harus menghadapi berbagai badai masalah yang menghambatnya. Sosok satu ini emang bikin salut.