5 Sikap Da Wit yang Membuat Hakim Gang Yeol Murka di Pro Bono

Sidang kasus Kaya (Jung Hoe Rin) di drakor Pro Bono bukan hanya mempertemukan pengacara dan hakim, tetapi juga memperlihatkan benturan keras antara hukum, nasionalisme, dan hati nurani. Di ruang sidang Mahkamah Agung, Kang Da Wit (Jung Kyoung Ho) tampil bukan sebagai pengacara yang bermain aman, melainkan sosok yang sengaja menekan batas kesabaran pengadilan demi menyelamatkan kliennya.
Hakim Cho Gang Yeol (Lee Won Jong), yang dikenal konservatif dan menjunjung tinggi wibawa negara, akhirnya kehilangan kendali emosinya. Amukannya bukan terjadi tanpa sebab, melainkan dipicu oleh serangkaian sikap Kang Da Wit yang dianggap terlalu berani, provokatif, dan melampaui etika persidangan. Berikut lima sikap Kang Da Wit yang membuat Hakim Cho Gang Yeol murka dalam Pro Bono.
1. Mengutarakan argumen hukum yang membingungkan dan tidak lazim

Kang Da Wit tidak menyusun argumen secara linear dan konvensional. Ia sengaja merangkai logika hukum yang berlapis, meloncat dari preseden ke prinsip konstitusional, lalu menariknya ke ranah moral negara. Cara ini membuat sidang sulit dikendalikan dan memaksa hakim keluar dari zona nyaman.
Bagi Hakim Cho Gang Yeol, argumen seperti ini terasa seperti jebakan intelektual. Alih-alih memperjelas perkara, Kang Da Wit justru membuka ruang interpretasi yang terlalu luas, membuat hakim tampak ragu dan terdesak di hadapan publik.
2. Mengajukan permohonan suaka karena merasa ditindas di Korea

Permohonan suaka yang diajukan Kang Da Wit menjadi titik api utama kemarahan hakim. Mengajukan suaka di negara sendiri, dengan dalih penindasan oleh sistem hukum Korea, dianggap sebagai penghinaan langsung terhadap kedaulatan negara.
Hakim Cho Gang Yeol memandang langkah ini sebagai tindakan ekstrem dan tidak pantas di ruang sidang tertinggi. Namun, bagi Kang Da Wit, justru di situlah letak urgensinya, jika negara gagal melindungi korban, maka negara harus berani diuji oleh mekanisme yang biasa ia tuntut dari negara lain.
3. Menempatkan reporter di barisan persidangan dan mengungkit keburukan negara

Kang Da Wit secara sadar memanfaatkan kehadiran media. Ia memastikan setiap argumen kerasnya terdengar dan dicatat, menjadikan persidangan bukan hanya arena hukum, tetapi juga panggung opini publik.
Bagi Hakim Cho Gang Yeol, tindakan ini adalah bentuk tekanan terbuka terhadap pengadilan. Setiap kali Kang Da Wit menyinggung kegagalan negara melindungi korban, sorot kamera seolah mempermalukan institusi yang seharusnya dijaga wibawanya.
4. Mengancam hakim dianggap kabur jika menolak permohonan suaka

Sikap paling konfrontatif Kang Da Wit muncul ketika ia menyatakan bahwa penolakan permohonan suaka akan dibaca sebagai bentuk “penghindaran tanggung jawab” oleh hakim. Pernyataan ini terdengar seperti ancaman simbolik yang sangat tajam.
Bagi Hakim Cho Gang Yeol, ucapan tersebut bukan sekadar argumen, melainkan tuduhan moral. Ia merasa integritasnya dipertaruhkan, seolah setiap keputusan hukum yang tidak sejalan dengan Kang Da Wit akan dicatat sebagai pengecut di hadapan sejarah.
5. Menyinggung latar belakang hakim sebagai mantan marinir

Kang Da Wit menutup tekanan dengan menyentuh sisi personal Hakim Cho Gang Yeol. Ia menyinggung masa tugas sang hakim di Korps Marinir, institusi yang identik dengan pengorbanan, keberanian, dan perlindungan terhadap yang lemah.
Sentilan ini bukan pujian, melainkan tantangan moral. Kang Da Wit seolah bertanya apakah nilai-nilai yang dulu dipegang sang hakim masih hidup dalam putusannya hari ini. Bagi Hakim Cho Gang Yeol, ini adalah pelanggaran batas paling sensitif yang akhirnya memicu amarah terbuka.
Lima sikap Kang Da Wit ini menjadikan ruang sidang Pro Bono sebagai arena konflik ideologis yang panas dan tidak biasa. Amukan Hakim Cho Gang Yeol bukan sekadar luapan emosi pribadi, melainkan reaksi terhadap ancaman terhadap otoritas negara dan sistem hukum yang ia wakili. Melalui Pro Bono, drama ini menunjukkan bahwa terkadang, untuk menegakkan keadilan, seseorang harus berani membuat sistem yang mapan merasa sangat tidak nyaman.


















