6 Pelajaran Jurnalistik Penting dari Drakor Welcome to Samdalri

Welcome to Samdalri, drakor yang mengisahkan seorang fotografer terkenal bernama Cho Eun Hye atau Cho Sam Dal (Shin Hye Sun). Kariernya tiba-tiba hancur karena ia diduga menyalahgunakan kekuasaan dan merundung asisten fotografernya, Bang Eun Ju (Jo Yoon Seo).
Dalam drakor tersebut, media diperlihatkan turut memberitakan secara terus-menerus isu yang menyeret nama Cho Sam Dal. Bahkan, sejumlah wartawan pun sampai menunggu di depan rumahnya, demi mendapat pernyataan eksklusif dari Cho Sam Dal. Dari apa yang ditampilkan, enam hal terkait jurnalistik berikut ini bisa dipelajari dari drakor Welcome to Samdalri.
1. Agenda setting media membuat Cho Sam Dal kian terpojok

Bang Eun Ju membuat heboh publik karena hendak mengakhiri hidupnya. Bang Eun Ju menyatakan, bahwa ia ingin melakukan itu karena tak tahan dengan sikap seniornya. Bang Eun Ju bahkan memberikan potongan rekaman suaranya antara dirinya dan Cho Sam Dal ke media hingga diberitakan secara masif.
Apa yang dilakukan media dalam drakor Welcome to Samdalri tersebut adalah bentuk dari agenda setting. Maxwell McComb dan Donald Shaw secara singkat mendefinisikan teori agenda setting sebagai apa yang dianggap penting oleh media, maka akan menjadi hal yang penting juga untuk dipublikasikan (Romli, 2016). Efeknya, media pun dapat mempengaruhi opini, bahkan perilaku khalayak.
Sejak kehebohan yang dibuat Bang Eun Ju, pemberitaan terkait isu tersebut terus-menerus dipublikasikan oleh media. Berbagai hal tentang Cho Sam Dal pun dikulik habis-habisan dan dibuat pemberitaan di media elektronik maupun online. Pemberitaan mengenai sikap Cho Sam Dal kepada Bang Eun Ju, hingga apa yang terjadi dalam kehidupan pribadi kakak dan adiknya pun turut jadi pemberitaan.
Efeknya, banyak masyarakat Korea Selatan yang memiliki opini buruk mengenai Cho Sam Dal. Mereka bahkan tak segan untuk memberikan komentar jahat yang semakin menyudutkan Cho Sam Dal dan dua saudaranya. Tak tahan dengan itu, ketiganya pun memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Pulau Jeju.
2. Bad news is good news

Istilah bad news is good news punya konotasi negatif terhadap media massa. Namun, hal itu juga menjadi pembahasan yang menarik sekaligus bikin penonton Welcome to Samdalri geregetan.
Bagaimana tidak, ada lebih banyak pemberitaan yang memperlihatkan sisi buruk Cho Sam Dal di media massa. Padahal, Cho Sam Dal sudah melakukan wawancara dengan beberapa media lain untuk menceritakan kejadian sebenarnya dari sudut pandangnya. Ia juga mencoba untuk memberi pernyataan sebagai bentuk klarifikasi. Namun, sayangnya, pemberitaan klarifikasi tadi tergeser dengan isu-isu buruk lain tentang dirinya.
Dalam drakor Welcome to Samdalri diperlihatkan, jika sisi buruk Cho Sam Dal yang diberitakan media massa lebih "laku" ketimbang bagian baiknya. Alhasil, media lebih memilih untuk ramai-ramai memberitakan keburukan itu, ketimbang sisi baik dari cerita Cho Sam Dal. Publik pun akhirnya kehilangan kepercayaannya pada sosok Cho Sam Dal dan membuat citra buruk melekat padanya.
3. Jurnalis tidak menempuh cara-cara profesional ketika melaksanakan tugasnya

Mungkin ketika menonton Welcome to Samdalri kamu merasa terganggu dengan sikap para jurnalis yang terus mengejar Cho Sam Dal, ketika mengunjungi rumah sakit tempat Bang Eun Ju dirawat.
Mungkin juga kamu kesal melihat adegan rumah Cho Sam Dal yang dikepung sejumlah jurnalis yang bahkan sampai memencet bel rumahnya. Apa yang dilakukan para jurnalis tadi sangatlah tidak profesional.
Merujuk pada pers di Korea Selatan, setiap jurnalis harus mematuhi aturan yang berlaku di South Korean The Code of Press Ethics. Melihat cara kerja jurnalis di Welcome to Samdalri, bila dianalisis dengan South Korean The Code of Press Ethics, ada beberapa peraturan yang dilanggar di dalamnya.
Para jurnalis tadi melanggar peraturan mengenai Responsibility of the Press tentang tanggung jawab untuk menumbuhkan opini publik yang sehat, meningkatkan kesejahteraan umum, dan memajukan budaya dan seni bangsa. Namun, para jurnalis di Welcome to Samdalri justru membuat agenda setting yang mengarahkan publik untuk memiliki opini buruk terhadap sosok Cho Sam Dal.
4. Jurnalis di Welcome to Samdalri melanggar standar praktik etika pers

Tak hanya kode etik jurnalis, Korea Selatan juga mengatur tentang standar praktik pers lewat South Korean The Standards of Practice Press Ethics. Lagi-lagi, para jurnalis pun memperlihatkan cara kerja yang tidak profesional, serta tidak sesuai dengan pedoman standar praktik pers yang berlaku.
Jurnalis di Welcome to Samdalri juga tak mengindahkan peraturan etik terkait Respecting Honor and Credibility. Dalam poin pertama peraturan tersebut dijelaskan, bahwa jurnalis tidak boleh merusak kehormatan maupun kredibilitas individu dan kelompok dengan laporan palsu, tidak akurat, distorsi fakta, serta laporan faktual yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan publik.
Ahn Kang Hyun (Kim Dae Gon) mewawancarai dua junior Cho Sam Dal yang ia temui di Seoul. Salah satu dari junior itu pun menyebut, jika Cho Sam Dal mungkin terlihat garang, tapi dia sangat peduli pada juniornya. Sayangnya, Ahn Kang Hyun mencoba untuk mendistorsi fakta dengan menekankan, bahwa Cho Sam Dal adalah orang yang galak dan suka meneriaki orang-orang di sekitarnya. Ahn Kang Hyun juga sampai menulis laporan berita terkait hal itu.
5. Melanggar hak privasi Cho Sam Dal dan keluarganya

Peraturan mengenai Honoring Dignity and Privacy juga dilanggar oleh para jurnalis di Welcome to Samdalri. Peraturan tersebut membahas tentang janji jurnalis pada dirinya sendiri, agar tidak merusak martabat orang lain dan melanggar hak privasi seseorang.
Sayangnya yang terjadi justru sebaliknya. Sejumlah wartawan bahkan menunggu di depan tempat tinggal Cho Sam Dal dan saudari-saudarinya di Seoul. Ketiga saudara itu bahkan tidak tahu, bagaimana dan dari mana para jurnalis mendapatkan alamat rumah mereka.
Pulang kampung ke Pulau Jeju, lagi-lagi Cho Sam Dal harus berhadapan dengan reporter Ahn Kang Hyun. Ahn Kang Hyun tak sengaja menguping pembicaraan ibu-ibu mengenai Cho Sam Dal yang pulang kampung. Tahu tempat tinggal Cho Sam Dal dekat dengan keberadaannya, Ahn Kang Hyun langsung mencari tahu letak persis rumah perempuan itu.
Belum puas, Ahn Kang Hyun bahkan sampai masuk ke pekarangan rumah Cho Sam Dal. Di mana hal itu melanggar standar praktik etik pers di Korea Selatan. Dalam ketentuan tersebut, ada peraturan mengenai Protection of Private Lives di poin 1 tentang jurnalis yang tidak boleh memasuki tempat tinggal seseorang atau domain kehidupan pribadinya tanpa izin.
Ahn Kang Hyun juga melanggar standar praktik pers, mengenai Guidelines for News Gathering poin kelima tentang Surreptitious Listening and Photographing. Peraturan dalam poin tersebut berisi tentang tidak dibolehkannya seorang jurnalis untuk menguping pembicaraan di telepon atau memotret secara diam-diam.
Ahn Kang Hyun dengan tanpa izin membuka kotak surat rumah Cho Sam Dal. Ia juga mengecek dan memotret surat-surat dengan nama kedua orangtua perempuan itu.
Ahn Kang Hyun bahkan sampai masuk ke pekarangan rumah Cho Sam Dal dan mengambil foto perempuan itu tanpa izin. Cho Sam Dal yang sedang bersantai di dalam kamarnya pun terkejut dan langsung buru-buru menutup jendela.
6. Ada tindak kekerasan terhadap jurnalis yang dilakukan teman-teman Cho Sam Dal

Di episode kelima drama Welcome to Samdalri, ada adegan ketika dua orang teman Cho Sam Dal, yakni Wang Gyeong Tae (Lee Jae Won) dan Cha Eun Woo (Bae Myung Jin) bertemu dengan reporter Ahn Kang Hyun.
Awalnya, mereka hanya sekedar mengobrol biasa bersama Ahn Kang Hyun. Namun, ketika reporter tersebut mencoba menggali informasi soal Cho Sam Dal, Wang Gyeong Tae dan Cha Eun Woo pun mulai berhati-hati.
Tahu jika Ahn Kang Hyun adalah reporter yang sama dengan yang diberi tahu Cho Yong Pil (Ji Chang Wook), Wang Gyeong Tae dan Cha Eun Woo mulai naik darah. Demi melindungi sahabatnya, keduanya mencoba menghalangi Ahn Kang Hyun untuk melakukan peliputan serta mencari informasi lebih dalam mengenai Cho Sam Dal.
Saking emosinya, Wang Gyeong Tae bahkan sampai merusak kamera milik Ahn Kang Hyun. Cha Eun Woo juga berusaha menginjak kartu memori kamera berisi foto Cho Sam Dal yang diambil secara ilegal di rumahnya.
Namun, tahukah kamu, jika apa yang dilakukan Wang Gyeong Tae dan Cha Eun Woo tadi termasuk dalam tindak kekerasan pada jurnalis? Di Indonesia, perampasan atau perusakan alat peliputan yang dilakukan oleh seseorang terhadap jurnalis bisa dianggap sebagai bentuk kekerasan pada wartawan. Sebab, hal itu melanggar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Pasal 18 (1) tentang Pers, yakni menghalang-halangi profesi jurnalistik.
Sebagai seorang figur publik, kehidupan Cho Sam Dal di Welcome to Samdalri memang tidak terlepas dari sorotan publik dan kamera. Hal itu juga yang akhirnya jadi pisau bermata dua untuknya. Di satu sisi, ia berhasil dikenal publik lewat pemberitaan di media massa. Namun, di satu sisi juga kariernya langsung hancur tiba-tiba karena publik yang mengecamnya, media yang terlalu menyorotnya, dan cancel culture ketat di Korea Selatan.