6 Pesan Moral dari Drama Korea Twinkling Watermelon, Menyentuh Hati!

Twinkling Watermelon baru saja menayangkan episode terakhirnya pada Selasa (14/11/2023). Selama penayangannya, drakor yang dibintangi Ryeo Un, Choi Hyun Wook, Seol In Ah, hingga Shin Eun Soo ini berhasil mengajak penonton bernostalgia melihat masa-masa muda saat SMA yang dipenuhi kenangan indah. Masa saat semangat mengejar impian masih begitu menggebu-gebu.
Dalam balutan kisah time travel, drama Korea karya penulis naskah Jin Soo Wan ini menghadirkan kisah yang terbilang sederhana. Namun, lekat dengan kehidupan sehari-hari yang mengena dan menghangatkan. Terutama, mengenai kisah hubungan anak dan orangtua yang rumit sekaligus mengharukan.
Tidak heran, jika melalui Twinkling Watermelon ada banyak sekali pesan moral yang bisa dipetik. Kamu tidak ingin buru-buru berpisah dengan Ha Yi Chan dan kawan-kawan, kan? Simak pesan moral dari kisah mereka di bawah ini, yuk!
1. Kurangilah khawatir terlalu banyak terhadap hidup, jalani saja sesuai dengan kata hatimu

Menceritakan kisah seorang CODA, yakni anak dengan panca indera normal yang terlahir dari orangtua tunarungu, bernama Ha Eun Gyeol (Ryeo Un). Ia tiba-tiba terlempar ke tahun 1995 dan bertemu dengan versi muda dari sang ayah, Ha Yi Chan (Choi Hyun Wook).
Ha Eun Gyeol terkejut melihat sang ayah yang ternyata di masa mudanya sempat bisa mendengar dan bicara. Anehnya lagi, karakter muda sang ayah yang terlihat lebih periang dan mudah bergaul. Karakter yang seakan berbanding terbalik dengan ayahnya di masa depan yang ia tahu.
Ha Yi Chan ternyata adalah seorang anak muda yang terlihat tengil, senang bercanda, dan ramah, tapi juga sangat baik hati terhadap semua orang di sekitarnya. Meskipun terlihat nakal dan susah diatur soal pelajaran, Yi Chan sebenarnya hanya menjalani hidupnya dengan apa adanya.
Terlepas dari luka yang dimilikinya, karena tidak pernah merasakan kasih sayang orangtua, Ha Yi Chan diam-diam juga sudah punya rencana untuk masa depannya. Prinsip hidupnya adalah bersuka cita tanpa perlu banyak khawatir. Ia selalu bersungguh-sungguh terhadap apa yang disukainya dan berani mengikuti kata hatinya. Sama seperti pilihannya untuk bermusik, bahkan saat orang lain bilang tidak mungkin.
Karakter anak SMA polos Ha Yi Chan mengingatkan, bahwa menjadi dewasa membuat diri terlalu banyak khawatir. Padahal, tidak ada salahnya mencoba percaya pada kemauan diri dan jalani hidup maksimal, seperti kata hati layaknya anak muda polos. Siapa yang tahu kebahagiaan akan datang dengan cara seperti apa, kan?
2. Setiap anak berhak untuk mencoba memilih jalan hidup seperti yang diinginkannya

Karakter On Eun Yu (Seol In Ah) dan Ha Eun Gyeol terlempar ke masa lalu di tahun 1995. Hal itu terjadi setelah keduanya mengalami perdebatan dengan orangtua masing-masing. Ha Eun Gyeol tengah berusaha menuruti permintaan orangtuanya untuk menjadi dokter. Padahal, hatinya sudah mulai lelah terus diminta menjadi pelindung bagi keluarganya dan menjalani mimpi yang bukan keinginannya.
Tidak jauh berbeda, On Eun Yu juga lelah terus dipaksa sang ibu menjadi putri sempurna seperti yang ibunya inginkan, yakni cantik, pintar, dan andal dalam bermain selo. On Eun Yu merasa dirinya seperti boneka yang hanya jadi mainan sang ibu saja. Ia juga lelah dengan sang ibu yang punya kebiasaan minum-minum setelah bercerai dengan ayahnya.
Baik karakter Ha Eun Gyeol maupun On Eun Yu, keduanya sama-sama menjadi korban atas kegagalan dan rasa sakit yang pernah diderita oleh orangtua masing-masing. Alhasi, sebelum sempat mengatakan apa yang mereka inginkan dalam hidup, keduanya sudah dituntut untuk menjalani hidup, seperti yang orangtuanya mau.
Padahal, setiap anak, setiap orang, berhak menentukan jalan pilihan hidupnya sendiri. Orangtua hanya perlu mengarahkan kepada apa yang menurut mereka baik. Di lain sisi, seorang anak juga tidak bisa memberontak begitu saja, tanpa mencoba berkomunikasi baik-baik atau memahami sudut pandang orangtua.
3. Apa yang menurut orangtua baik untuk anak mereka, belum tentu memang benar baik untuk anak tersebut

Karakter lain yang ada di drama tVN ini adalah Yoon Chung Ah (Shin Eun Soo) atau ibu dari Ha Eun Gyeol. Semasa muda, Yoon Chung Ah terus menderita akibat perlakuan ibu tirinya yang sering berlaku semena-mena dan bermuka dua di hadapan sang ayah.
Perempuan bernama Im Ji Mi (Kim Joo Ryung) tersebut berhasil membujuk ayah Yoon Chung Ah, Yoon Gun Hyeong (Kim Tae Woo) untuk menyerahkan pengasuhan putrinya sepenuhnya padanya. Sementara Yoon Gun Hyeong hanya sibuk bekerja.
Yoon Gun Hyeong bahkan sampai melarang penggunaan bahasa isyarat, sebagaimana perintah Im Ji Mi. Situasi tersebutlah yang membuat Yoon Chung Ah semakin menderita hingga merasa seperti terpenjara di rumahnya sendiri.
Yoon Gun Hyeong hanya memikirkan apa yang menurutnya baik untuk sang putri. Ia pun melarang penggunaan bahasa isyarat yang dikiranya akan membuat Yoon Chung Ah bisa bicara.
Di lain sisi, ia tidak memikirkan perasaan Yoon Chung Ah yang tinggal bersama perempuan asing di rumahnya, hingga merasa dunianya sepi karena tidak pernah diajari bahasa isyarat. Terkadang orangtua juga lupa, bahwa menunjukkan kasih sayang kepada anak itu tidak bisa asal memberikan apa yang menurut mereka baik. Namun, juga dengan berusaha memahami posisi sang anak, ketika dituntut untuk menjalani pilihan orangtua tersebut.
4. Jangan memendam luka sendirian, cobalah menjalin komunikasi lebih sehat bahkan dengan orangtua

Terkadang anak begitu takut melukai hati atau mengecewakan orangtua ketika ingin bercerita mengenai kesedihan yang dimilikinya. Padahal, jika itu kaitannya dengan kebahagiaan anak mereka dan mereka juga bijak, maka orangtua akan berusaha memahami apa pun kondisi serta perasaan anaknya.
Komunikasi selalu menjadi kunci dalam setiap hubungan, tidak terkecuali hubungan antara anak dan orangtua. Melalui drama Twinkling Watermelon, penonton belajar bahwa sebenarnya dengan menjalin kebiasaan komunikasi yang sehat, hubungan Ha Eun Gyeol, On Eun Yu, hingga Yoon Chung Ah tidak akan begitu rumit dengan orangtua mereka.
Sama seperti yang dikatakan Ha Yi Chan dewasa pada Ha Eun Gyeol yang memberontak tidak ingin menjadi dokter seperti yang ayahnya mau. Jika Ha Eun Gyeol berkomunikasi dengan baik-baik, sang ayah akan lebih bisa menerima keputusan putranya itu dengan lebih baik.
Begitu juga jika On Eun Yu sedari awal mengatakan dengan jujur apa yang ia suka dan tidak kepada sang ibu, maka ia pun tidak perlu ada pertengkaran. Sang ibu juga tidak akan semakin depresi akibat perkataan On Eun Yu yang memberontak.
Sama halnya dengan ayah Yoon Chung Ah yang seharusnya bisa membangun komunikasi yang baik dengan putrinya. Terlepas dari kesibukan maupun kekurangan putrinya, maka hal itu tidak akan membuat Yoon Chung Ah diperlakukan tak adil oleh orang lain.
Komunikasi yang sehat juga akan membangun lebih besar perasaan empati. Alhasil, anak pun akan memiliki ikatan batin lebih kuat dengan orangtuanya. Orangtua juga tidak akan menghakimi secara sepihak dan membesarkan anaknya begitu saja. Tanpa mempertimbangkan alasan apa di masa lalu yang membuat orangtua mereka bersikap begitu pada anaknya.
5. Kita tidak bisa mengubah sepenuhnya hidup orang lain. Pada akhirnya semua kembali kepada diri orang itu sendiri

Meskipun Ha Eun Gyeol dan On Eun Yu kembali ke masa lalu, pada akhirnya mereka tidak bisa sepenuhnya mengubah takdir yang seharusnya akan terjadi. Artinya, seberapa besar pun usaha Ha Eun Gyeol untuk mengubah jalan hidup sang ayah, pada akhirnya Ha Yi Chan sendiri yang bisa menentukan kehidupan seperti apa yang ingin ia jalani.
Maka dari itu, jangan terlalu kecewa ketika kamu memberi nasehat kepada orang lain dan tidak sepenuhnya bisa mengubah orang itu. Sebab, pada akhirnya semua itu kembali pada mereka sendiri, kamu hanya bisa memberitahu.
Konsep ini juga berlaku bagi dirimu sendiri, tidak peduli seberapa besar orang lain akan mempengaruhi. Seberapa lama pun kamu menunggu seseorang yang diharap bisa mengubah takdir hidupmu menjadi baik, semua akan percuma jika perubahan itu tidak datang dari diri kamu sendiri. Sebab, setiap takdir yang masih bisa diubah itu datangnya bukan dari usaha orang lain. Namun, usahamu dan harus dimulai dari kemauan diri sendiri.
6. Bersungguh-sungguhlah saat menginginkan sesuatu. Apa pun hasilnya selalu ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari prosesnya

Ketika duduk di bangku SMA memang salah satu masa yang seharusnya paling bersinar. Melalui karakter Ha Yi Chan, penonton belajar untuk selalu mau bersungguh-sungguh ketika benar-benar menginginkan sesuatu.
Dari Ha Yi Chan penonton belajar, bahwa tidak ada keinginan yang bisa dicapai dengan instan. Ia juga pantang menyerah menghadapi setiap rintangan untuk mencapai keinginannya itu. Terlepas dari hasilnya, kegigihannya itu mengajarkan penonton artinya proses.
Ha Yi Chan yang berjiwa besar bisa menerima, jika ia pada akhirnya kalah dalam merebut hati Choi Se Gyeong (Seol In Ah). Dalam prosesnya, ia belajar untuk menjadi orang yang pantang menyerah, lebih dewasa dalam memandang setiap ujian hidup, hingga bisa menemukan arti persahabatan, keluarga, juga cinta sejati sesungguhnya.
Ha Yi Chan pun bisa lebih melihat ketulusan hati seorang perempuan yang menyukainya tanpa pamrih dan tak banyak meminta, yakni Yoon Chung Ah. Sebab, cinta tak hanya datang dari ambisi yang kuat, tapi datang dari ketulusan.
Berakhirnya penayangan drama Korea Twinkling Watermelon mungkin membuat penonton galau. Sebab, seakan tidak ada lagi yang istimewa di hari Senin dan Selasa. Namun, karakter-karakter yang dihidupkan oleh sutradara Son Jung Hyun di Twinkling Watermelon akan tetap hidup di hati penonton untuk waktu yang lama.
Begitu juga dengan berbagai pelajaran bermakna yang ditinggalkannya, hingga membuat penonton bisa memandang waktu, kesempatan, orang-orang tersayang, serta kehidupan itu sendiri dengan cara yang lebih berharga.