8 Alasan Berkabung Membutuhkan Banyak Energi Versi Mun Ju di Tempest

- Berkabung dimulai dari perasaan marah, yang sangat menguras energi karena menciptakan pergolakan dalam diri.
- Setelah kemarahan datang penghinaan terhadap takdir dan diri sendiri, fase ini sangat melelahkan karena membuat seseorang merasa kecil dan tidak berdaya.
- Dendam muncul sebagai reaksi terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab atas kematian orang yang dicintai, menguras banyak tenaga dan membebani hati.
Berkabung adalah proses emosional yang sangat menguras tenaga, bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental. Dalam Tempest, Seo Mun Ju (Gianna Jun) melalui perjalanan emosional yang panjang setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai, Jang Jun Ik (Park Hae Joon). Selama proses berkabung, Seo Mun Ju mengalami berbagai fase perasaan yang membuatnya merasa tercekik dan lelah.
Berkabung bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi, dan setiap tahapnya memerlukan kekuatan batin yang luar biasa. Berikut delapan alasan mengapa berkabung membutuhkan banyak energi, menurut perspektif Seo Mun Ju.
1. Berkabung dimulai dari perasaan marah

Berkabung sering kali dimulai dengan perasaan marah yang membakar dalam diri. Seo Mun Ju mengungkapkan bahwa kemarahan terhadap kehilangan adalah salah satu reaksi awal yang datang dengan sangat kuat. Dalam drama ini, kemarahan Mun Ju muncul bukan hanya terhadap orang yang telah meninggal, tetapi juga terhadap ketidakadilan yang dia rasakan. Perasaan marah ini sangat menguras energi karena menciptakan pergolakan dalam diri yang sulit untuk ditenangkan.
2. Selanjutnya orang akan mengalami penghinaan

Setelah kemarahan datang, perasaan berikutnya adalah penghinaan, terhadap keadaan, diri sendiri, dan bahkan terhadap orang-orang di sekitarnya. Seo Mun Ju merasakan penghinaan terhadap takdir yang membuatnya terjebak dalam kesedihan yang tak kunjung usai. Fase ini sangat melelahkan karena perasaan hina bisa membuat seseorang merasa kecil dan tidak berdaya.
3. Setelah itu akan ada perasaan dendam

Dendam sering kali menjadi perasaan yang menyusul setelah penghinaan. Bagi Seo Mun Ju, dendam muncul sebagai reaksi terhadap mereka yang ia anggap bertanggung jawab atas kematian suaminya. Dendam ini menguras banyak tenaga karena berputar di sekitar keinginan untuk membalas dan mendapatkan keadilan. Namun, perasaan ini juga membebani hati, karena terus menerus mengingatkan pada luka yang belum sembuh.
4. Setelah dendam muncul penyesalan diri

Setelah dendam datang, muncul perasaan penyesalan diri yang lebih dalam. Seo Mun Ju menyadari bahwa berkabung tidak hanya tentang kehilangan orang yang kita cintai, tetapi juga tentang pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam diri sendiri. Seo Mun Ju merasa seolah-olah ia gagal dalam banyak hal dan tidak cukup melakukan yang terbaik untuk melindungi orang yang telah pergi. Penyesalan ini menguras energi mental yang luar biasa karena terus-menerus menciptakan rasa tidak puas terhadap diri sendiri.
5. Setelah Itu menyalahkan diri sendiri

Setelah perasaan penyesalan, tahap berikutnya adalah menyalahkan diri sendiri. Dalam Tempest, Seo Mun Ju berjuang dengan perasaan bahwa ia bisa saja melakukan lebih banyak untuk menyelamatkan suaminya atau mencegah tragedi tersebut terjadi. Menyalahkan diri adalah bagian dari proses berkabung yang sangat melelahkan, karena itu memaksa kita untuk mengulang kembali kenangan buruk dan menghukum diri kita sendiri.
6. Barulah duka sejati itu akan datang

Setelah melalui semua perasaan itu, akhirnya duka sejati datang. Mun Ju menyebut duka sejati sebagai perasaan yang sangat dalam dan berat, yang datang setelah semua fase sebelumnya. Duka ini bukan hanya tentang menangis atau merasakan kesedihan, tetapi juga tentang perasaan kehilangan yang mengisi seluruh jiwa dan tubuh. Duka sejati adalah fase yang paling menguras energi, karena itu adalah perasaan yang paling tulus dan murni, yang tidak bisa dihindari atau dilawan.
7. Duka sejati itu dalam dan teramat sunyi, seberat batu

Seo Mun Ju menggambarkan duka sejati sebagai sesuatu yang sangat sunyi dan seberat batu. Duka ini bukan hanya perasaan yang datang, tetapi juga perasaan yang tetap ada, membebani pikiran dan tubuh. Bahkan setelah melalui segala proses berkabung, duka sejati tetap menghinggap di hati, membuat setiap langkah terasa begitu berat dan memerlukan tenaga ekstra untuk terus maju.
8. Meski kita berhasil melewati hal terburuk, tidak ada jaminan hal tersebut tidak akan terulang kembali

Meskipun dirinya mungkin berhasil melewati fase terburuk dalam berkabung, Seo Mun Ju menyadari bahwa tidak ada jaminan bahwa perasaan kehilangan itu tidak akan datang lagi. Kehilangan adalah sesuatu yang sangat pribadi dan terus menghantui. Meskipun ia belajar untuk menghadapinya, Seo Mun Ju tahu bahwa kesedihan dan rasa kehilangan selalu bisa kembali kapan saja, membawa serta energi yang harus dikeluarkan lagi.
Berkabung adalah proses yang penuh emosi dan sangat menguras tenaga, baik fisik maupun mental. Dalam Tempest, perjalanan emosional Seo Mun Ju menunjukkan betapa beratnya sebuah kehilangan. Setiap tahap berkabung adalah ujian yang mengharuskan seseorang untuk menggali kekuatan dari dalam, meskipun kadang-kadang tidak ada lagi tenaga yang tersisa. Melalui pengalaman ini, Tempest memperlihatkan bahwa meskipun kita bisa melewati duka, itu adalah proses yang tidak pernah mudah dan selalu meninggalkan bekas yang mendalam.