8 Diskriminasi dan Kekerasan di Drakor The Tale of Lady Ok, Miris!

Berlatar belakang era Joseon, drakor The Tale of Lady Ok banyak menampilkan bentuk-bentuk diskriminasi dan bahkan kekerasan yang dialami kelompok-kelompok tertentu pada masa itu. Wilayah Cheongsu menjadi salah satu daerah yang digambarkan juga memperlihatkan beberapa diskriminasi dan kekerasan dalam masyarakatnya.
Siapa yang mengalami serta apa saja bentuk diskriminasi dan kekerasan yang terjadi di drakor The Tale of Lady Ok ini? Berikut rangkuman dan penjabaran, betapa mirisnya diskriminasi serta kekerasan yang terjadi.
1. Mayoritas para bangsawan di Wilayah Cheongsu, memperlakukan budak atau pelayannya dengan tidak adil dan semena-mena

2. Tidak hanya perlakuan semena-mena, para budak ini juga sering mendapatkan kekerasan verbal dan fisik hanya karena kesalahan kecil

3. Para bangsawan menganggap budak bukan sebagai manusia. Banyak di antara mereka yang memperlakukan budak seperti hewan

4. Tidak hanya budak, perempuan juga jadi kelompok rentan yang banyak mengalami diskriminasi dan kekerasan karena hierarki

5. Meski putri bangsawan, tidak ada yang mau menikahi Cha Sun Hee (Choi Da Hye) hanya karena pernah gagal menikah

6. Laki-laki bebas untuk berkumpul atau pergi pada siang dan bahkan malam hari, tapi perempuan dituntut untuk patuh pada aturan

7. Kelompok minoritas seksual dianggap sebagai aib yang harus 'dimusnahkan' dengan cara disiksa atau bahkan dibunuh

8. Anak-anak miskin juga jadi kelompok paling rentan diskriminasi dan kekerasan, karena diperjualbelikan untuk bekerja berat

Seluruh diskriminasi dan kekerasan yang digambarkan dalam drakor The Tale of Lady Ok ini memperlihatkan masyarakatnya yang masih menjunjung tinggi hierarki dalam kehidupan mereka. Terlahir sebagai orang miskin atau perempuan, membawa ketakutan dan kesedihan tersendiri bagi masyarakat dalam drama ini.