5 Alasan Gi Ppeum Masuk Tim PB Oh and Partners di Pro Bono

- Park Gi Ppeum memilih masuk tim pro bono karena tidak tertarik menjadi politisi, hanya ingin menjadi pengacara yang bekerja dengan jujur dan fokus pada pekerjaan tanpa harus memikirkan kepentingan tersembunyi.
- Tim pro bono memberinya ruang untuk berinteraksi langsung dengan manusia dan masalah nyata, membuat hukum terasa hidup dan memberinya kepuasan emosional yang tidak bisa ia dapatkan di divisi lain.
- Ia memilih tim pro bono karena ingin menangani kasus nyata, bukan sekadar mengejar angka kemenangan, serta karena tempat ini mencerminkan cara pandangnya terhadap hukum dan kehidupan.
Park Gi Ppeum (So Ju Yeon) hadir sebagai sosok pengacara muda yang berbeda sejak awal kemunculannya dalam drama Korea Pro Bono. Di tengah dunia hukum yang sarat ambisi, politik, dan perhitungan karier, Park Gi Ppeum justru tampil apa adanya dengan sikap tulus dan kecintaan yang besar pada pekerjaannya. Ia tidak datang dengan visi besar untuk mengubah dunia, tetapi dengan niat sederhana untuk melakukan hal yang benar di tempat yang tepat.
Keputusan Gi Ppeum bergabung dengan tim pro bono bukanlah pilihan populer, terutama di firma hukum sebesar Oh & Partners yang membuka banyak jalur menuju kekuasaan. Namun, justru di divisi yang dianggap “pinggiran” inilah Park Gi Ppeum menemukan ruang untuk menjadi dirinya sendiri sebagai pengacara. Berikut lima alasan utama Park Gi Ppeum memilih masuk tim pro bono (pb) firma hukum Oh and Partners di drama Pro Bono.
1. Ia tidak tertarik menjadi politisi, hanya ingin menjadi pengacara yang bekerja dengan jujur

Berbeda dengan banyak rekan seprofesinya, Park Gi Ppeum tidak memiliki ambisi politik atau keinginan menjadikan profesi hukum sebagai batu loncatan kekuasaan. Ia tidak tertarik membangun citra, menjalin relasi elit, atau memainkan strategi demi posisi tertentu. Baginya, hukum bukan alat kekuasaan, melainkan alat bantu untuk menyelesaikan masalah nyata.
Masuk tim pro bono memberinya jarak aman dari dunia politik hukum yang penuh intrik. Di sana, ia bisa fokus pada pekerjaan tanpa harus memikirkan kepentingan tersembunyi, sesuatu yang sangat ia hindari sejak awal berkarier.
2. Pro Bono memberinya ruang untuk berinteraksi langsung dengan manusia dan masalah nyata

Salah satu hal yang paling disukai Park Gi Ppeum dari tim pro bono adalah kedekatannya dengan klien. Ia tidak hanya membaca berkas atau menganalisis dokumen, tetapi bertemu langsung dengan orang-orang yang hidupnya benar-benar dipengaruhi oleh kasus yang mereka hadapi. Interaksi ini membuat hukum terasa hidup, bukan sekadar teori.
Park Gi Ppeum merasa bahwa melalui tim pro bono, ia bisa melihat dampak langsung dari pekerjaannya. Mendengar cerita klien, menyaksikan penderitaan mereka, dan berusaha membantu secara konkret, memberinya kepuasan emosional yang tidak bisa ia dapatkan di divisi lain.
3. Ia tidak percaya motivasi muluk, hanya berpegang pada niat baik

Park Gi Ppeum bukan tipe pengacara yang berbicara tentang “keadilan besar” atau “perubahan sistem” dengan retorika berlebihan. Ia justru curiga pada motivasi yang terdengar terlalu megah. Baginya, niat baik yang sederhana dan konsisten jauh lebih penting daripada slogan besar yang kosong.
Masuk tim pro bono selaras dengan prinsip hidupnya. Ia tidak datang untuk menjadi pahlawan, tetapi untuk melakukan apa yang bisa ia lakukan hari ini. Sikap inilah yang membuatnya tetap bertahan meski tim tersebut minim sorotan dan kerap diremehkan.
4. Ia ingin menangani kasus nyata, bukan sekadar mengejar angka kemenangan

Di firma hukum besar, keberhasilan sering diukur dari statistik: jumlah klien besar, nilai kontrak, atau persentase kemenangan. Park Gi Ppeum merasa pendekatan ini terlalu dingin dan menjauhkan hukum dari esensinya. Ia tidak ingin kariernya hanya diwakili oleh angka di laporan tahunan.
Tim pro bono memberinya kesempatan untuk menangani kasus-kasus yang dampaknya terasa langsung dalam kehidupan seseorang. Meski tingkat kemenangan rendah, setiap perkara memiliki makna nyata. Bagi Park Gi Ppeum, satu klien yang terbantu lebih berarti daripada puluhan angka di grafik performa.
5. Pro bono sejalan dengan cara pandangnya terhadap hukum dan kehidupan

Pada akhirnya, Park Gi Ppeum memilih Tim pro bono karena tempat ini mencerminkan cara pandangnya terhadap hukum dan kehidupan. Ia melihat hukum sebagai sarana untuk mendampingi, bukan menghakimi, serta untuk memahami, bukan mendominasi. Nilai-nilai ini ia temukan dalam kerja tim yang sederhana, penuh empati, dan sering kali berjalan di jalur sunyi.
Bersama tim pro bono, Park Gi Ppeum merasa tidak perlu berpura-pura atau menyesuaikan diri dengan standar kesuksesan orang lain. Ia bisa bekerja sambil tetap setia pada dirinya sendiri, sesuatu yang jarang bisa didapatkan di dunia hukum yang kompetitif.
Keputusan Park Gi Ppeum bergabung dengan tim pro bono menunjukkan bahwa drakor Pro Bono bukan hanya tentang pertarungan hukum, tetapi juga tentang pilihan hidup. Melalui karakter Park Gi Ppeum, drama ini menghadirkan sudut pandang pengacara muda yang menolak ambisi kosong dan memilih kedekatan dengan realitas. Pada akhirnya, Pro Bono menegaskan bahwa ketulusan dan niat baik bisa menjadi alasan paling kuat untuk bertahan di jalur yang sering kali paling sepi.


















