7 Bukti Toxic Ambition Kim Sa Bi di Resident Playbook, Bikin Geram!
- Resident Playbook mengajak penonton untuk ikut perkembangan karakter yang dinamis, termasuk sisi toksik Kim Sa Bi.
- Kim Sa Bi, residen cerdas dengan nilai tinggi, tetapi kalah praktikal dan menunjukkan sisi toksiknya.
- Sa Bi memiliki ambisi toksik yang merugikan orang lain, menciptakan gesekan dan sulit menerima kekurangan.
Hal paling menarik dari Resident Playbook adalah penonton tidak cuma diajak menyelesaikan konfil, tapi juga mengikuti perkembangan para karakternya yang dinamis. Dalam hal ini, mulai diperlihatkan kalau Kim Sa Bi punya toxic ambition yang merugikan orang lain.
Kim Sa Bi memang jadi residen masuk dengan nilai paling tinggi. Ia dikenal cerdas dan potensial menjadi dokter, namun pada praktikalnya, Sa Bi tetap kalah dari Oh Yi Young (Go Youn Jung). Hal seperti inilah yang akhirnya memperlihatkan sisi toxic ambition Sa Bi.
Berikut tujuh sisi toxic ambition atau ambisi yang toksik Kim Sa Bi Resident Playbook. Yuk, simak!
1. Kim Sa Bi punya ambisi yang gak ada batas. Ia selalu mau jadi yang pertama dan rela melakukan apa pun demi mewujudkannya
2. Walau ditegur profesor, Kim Sa Bi cenderung membantah karena merasa apa yang dia lakukan adalah hal yang paling tepat
3. Ini menunjukkan kalau Kim Sa Bi juga sulit menerima kritik, ia harus digertak lebih keras dulu baru mau menerima kesalahannya
4. Gak mau kalah dalam hal apapun! Termasuk saat ia gagal meminta tandatangan persetujuan operasi, Sa Bi merasa gagal saat Do Won yang lebih dulu mendapatkannya
5. Bersikap iri dan dengki, Sa Bi gak segan pakai cara licik seperti menghapus data penelitian Yi Young, bahkan membuang memo dari profesor
6. Sa Bi juga punya kontrol berlebihan. Contohnya saat profesor kesukaannya justru lebih mengandalkan residen lain, Sa Bi langsung iri
7. Ia gak punya empati saat berhadapan dengan pasien. Meski gak julid, tapi Sa Bi sering merasa ia paling benar, tanpa memikirkan perasaan orang lain
Kim Sa Bi di Resident Playbook jelas punya ambisi yang toxic karena bisa merugikan orang lain. Ini menciptakan banyak gesekan, baik dengan sesama teman sejawat, atasan, bahkan dirinya sendiri karena ia cenderung sulit menerima kekurangan.
