Kenapa Kang Tae Poong Fokus pada Bisnis Ekspor di Typhoon Family?

- Pasar domestik mengalami struggle akibat krisis ekonomi tahun 1997
- Bisnis impor kolaps karena klien di dalam negeri bangkrut dan nilai tukar won melemah
- Kang Tae Poong memanfaatkan kesempatan di negara-negara yang tidak terkena imbas krisis untuk fokus pada bisnis ekspor
Kang Tae Poong (Lee Junho) yang sebelumnya kebingungan sebab belum punya pengalaman berdagang secara perlahan-lahan kemampuannya dalam berbisnis semakin berkembang di Typhoon Family. Namun, berbeda dari ayahnya yang bekerja sama dengan perusahaan lokal untuk mengimpor bahan baku untuk diolah, ia lebih fokus pada bidang ekspor.
Mencari barang unik dan berkualitas buatan dalam negeri lalu dipasarkan di luar negeri adalah cara yang dipilih Kang Tae Poong dalam berdagang. Bermula dari ketidaksengajaan, kini Typhoon Trading di bawah kepemimpinannya merambah pasar ekspor. Apa alasan Kang Tae Poong lebih memilih mengekspor dan bukannya mengimpor barang di drakor Typhoon Family?
1. Pasar domestik masih mengalami struggle

Saat Kang Tae Poong mengambil alih Tyhoon Trading yang didirikan ayahnya, kondisi perusahaan dagang ini tengah di ambang kebangkrutan. Situasi perekonomian di Korea Selatan saat itu memang sedang buruk akibat krisis keuangan tahun 1997. Banyak perusahaan yang tutup, UMKM gulung tikar, pengangguran di mana-mana, tingkat inflasi tinggi, hingga jumlah orang miskin meningkat.
Mengingat perekonomian negara ambruk, pasar domestik pun kena imbasnya. Misalnya, saat Kang Tae Poong hendak menjual sepatu pengaman Shoe Park, ia menghadapi kendala sebab banyak proyek pembangunan dihentikan. Sepatu yang ia pasarkan ini bisa dipakai oleh pekerja konstruksi. Namun, karena proyek itu sendiri tidak ada dan para pekerja dirumahkan, sepatu ini jadi tidak bisa dijual.
2. Bisnis impor tengah kolaps

Saat masih dipimpin oleh mendiang ayah Kang Tae Poong, Typhoon Trading banyak melakukan transaksi impor. Perusahaan ini jadi pihak ketiga antara pabrik-pabrik dalam negeri yang butuh bahan baku dari luar negeri. Contohnya, mereka memesan gulungan kain dari Italia atas pemesanan Daebang Textile yang bergerak di industri pembuatan pakaian.
Namun, imbas krisis ekonomi, bisnis impor pun mengalami kolaps. Klien mereka di dalam negeri satu per satu bangkrut dan tak bisa memesan atau membayar perusahaan seperti Typhoon Trading. Di sisi lain, nilai tukar won terhadap mata uang asing melemah sehingga perusahaan harus membayar lebih mahal untuk membeli barang yang dikirim dari luar negeri.
3. Tidak semua negara terkena imbas krisis ekonomi 1997

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 membuat perekonomian banyak negara dalam kondisi membahayakan. Khususnya, di negara-negara Asia. Namun, ternyata tidak semua negara di dunia terdampak oleh terjadinya krisis ekonomi ini. Misalnya saja, negara yang ada di benua Eropa dan Amerika.
Kang Tae Poong melihat situasi ini sebagai kesempatan. Karena tidak bisa menjual barang ke industri lokal dan domestik, ia menyasar perusahaan di luar negeri sebagai klien. Di negara mereka, klien baru Typhoon Trading ini bisa menjual kembali barang-barang buatan produsen Korea Selatan yang berkualitas bagus dengan harga lebih murah di sana akibat adanya perbedaan nilai tukar mata uang.
4. Potensi mendapat keuntungan lebih besar

Saat krisis ekonomi 1997, nilai tukar mata uang Korea Selatan terhadap dollar melemah. Di satu sisi, ini membuat harga-harga barang di dalam negeri jadi melonjak terutama yang merupakan impor. Namun, di sisi lain, barang yang dibuat di dalam negeri dan dijual dengan dollar akan memberi keuntungan yang besar.
Kang Tae Poong memanfaatkan potensi laba terkait nilai tukar mata uang. Ia membeli barang-barang dalam negeri dengan uang won lalu menjualnya ke negara lain. Saat uang yang dibayarkan kliennya dari luar negeri dibayar, nilai tukar mata uang menyebabkan won yang diterima Kang Tae Poong jadi jauh lebih besar daripada modal yang dikeluarkan sehingga mendapatkan laba.
Kang Tae Poong mengandalkan pasar ekspor daripada impor atau domestik di dalam negeri saat krisis ekonomi 1997. Dengan fokus pada bisnis ekspor, ia mendapatkan laba karena nilai tukar mata uang asing, menghindari risiko klien lokal gagal bayar karena perekonomian dalam negeri belum stabil, serta lebih mungkin menjangkau pembeli yang negaranya tidak terimbas krisis ekonomi. Saksikan terus lika-lika Kang Tae Poong menjalankan bisnis ekspornya di tiap episode Typhoon Family.



















