3 Kendala Menyelamatkan Typhoon Trading di Typhoon Family

Drakor Typhoon Family berlatar tahun 1997 saat terjadi krisis ekonomi IMF yang membuat perekonomian di berbagai negara hancur, termasuk Korea Selatan. Imbasnya, banyak perusahaan yang kolaps dan bangkrut.
Dalam drakor ini, sang tokoh utama, yakni Kang Tae Poong (Lee Junho) dikisahkan berusaha menyelamatkan perusahaan Typhoon Trading milik mendiang ayahnya karena krisis IMF. Namun, upaya Kang Tae Poong menghadapi sejumlah kendala berikut ini. Apa saja?
1. Banyaknya saldo terutang perusahaan

Sebelum keuangan Typhoon Trading kolaps, perusahaan ini sudah memiliki banyak hutang. Namun, hutang-hutang ini bukan karena sifat konsumtif, melainkan dipakai untuk biaya operasional maupun penyelesaian proyek dengan mitra perusahaan. Karena itu, hutang perusahaan ini sebetulnya wajar.
Sayangnya, berbagai situasi tak terkendali muncul, terutama dari ketidakkondusifan pasar domestik dan pasar modal. Akibatnya, beberapa proyek berakhir gagal dan perusahaan merugi. Finansial perusahaan jadi terkena imbas sehingga kas keuangan kosong bahkan minus. Kang Jin Young selaku CEO sampai merogoh kantong pribadi. Namun, tetap saja tidak cukup untuk membayar hutang yang jatuh tempo atau bahkan menggaji karyawan.
2. Situasi ekonomi dalam dan luar negeri yang terpuruk

Typhoon Trading bukan satu-satunya perusahaan yang kolaps. Banyak perusahaan lain yang jatuh bangkrut dan berguguran di tahun yang sama. Padahal sebagian merupakan perusahaan besar yang sudah berdiri puluhan tahun dan jauh lebih tua daripada Typhoon Trading.
Di tahun 1997, dunia sedang mengalami krisis ekonomi global. Banyak negara mengalami kejatuhan ekonomi sehingga akhirnya terpaksa berhutang kepada IMF. Bahkan Korea Selatan yang dipuji karena kemajuan ekonominya sempat jatuh menjadi negara berkembang.
Situasi ekonomi dunia yang tidak kondusif mempengaruhi situasi perekonomian dalam negeri. Khususnya, bagi perusahaan perdagangan internasional yang melibatkan transaksi ekspor dan impor seperti Typhoon Trading. Ini karena nilai tukar mata uang ikut terpengaruh oleh krisis ekonomi dunia.
3. Perusahaan rekanan yang bangkrut

Sebagai sebuah perusahaan perdagangan, Typhoon Trading bermitra dengan banyak perusahaan lain. Bukan hanya dalam negeri, Typhoon Trading menjalin kerja sama dengan perusahaan luar negeri. Di sini, Typhoon Trading berperan sebagai perantara dalam kegiatan ekspor dan impor bagi perusahaan yang membutuhkan barang baku atau produk untuk dijual.
Peran perusahaan rekanan sangat penting bagi Typhoon Trading. Karena itu, saat mitra mereka bangkrut, perusahaan ini jadi terkena imbasnya. Hal ini tampak saat Kang Jin Young mengatakan surat sanggup bayar dari perusahaan mitra mereka ditolak bank sehingga Typhoon Trading tidak bisa mendapat uang dan terpaksa menunda gaji karyawan.
Kesepakatan dengan perusahaan tekstil di episode 2 juga beresiko membuat Typhoon Trading bangkrut. Alasannya, mitra mereka ini sebetulnya pailit dan tak sanggup membayar impor kain yang sudah dipesan. Namun, mereka berbohong untuk mendapatkan pesanan tersebut. Kang Tae Poong berinisiatif mencegah transaksi ini demi menyelamatkan perusahaan agar tidak terjatuh ke dalam hutang lebih besar sebab rekanan mereka tidak bisa membayar.
Di episode awal Typhoon Family, krisis IMF membuat perusahaan Typhoon Trading yang berusia hampir 3 dekade terancam bangkrut. Berbagai kendala muncul untuk menyelamatkan perusahaan ini. Apakah Kang Tae Poong dibantu para pegawai Typhoon Trading yang setia bisa menghadapi semua kendala ini dan menjaga perusahaan ayahnya tersebut?