6 Kesulitan Nak Su Memutuskan Resign di The Dream Life of Mr. Kim

- Kim Nak Su harus merelakan impian menjadi eksekutif yang telah dikejarnya bertahun-tahun
- Tekanan HRD membuatnya serba salah dan tidak punya ruang untuk bernapas
- Rasa bersalah terhadap keluarga membuat hatinya semakin terombang-ambing
Pada episode 7 drakor The Dream Life of Mr. Kim, keputusan pensiun dini (resign) bukanlah sebuah langkah mudah bagi Kim Nak Su (Ryu Seung Ryong). Keputusan itu tidak datang dari kesiapan, melainkan dari tekanan bertubi-tubi yang membuatnya berdiri di persimpangan antara harga diri dan kenyataan hidup. Kim Nak Su yang selama ini bekerja keras demi stabilitas keluarga harus menghadapi kenyataan pahit bahwa karier yang ia banggakan justru menjadi sumber luka yang menggerogoti mentalnya perlahan-lahan.
Meski tampak tenang dari luar, banyak pertarungan batin yang harus Kim Nak Su lewati sebelum akhirnya menandatangani surat permohonan pensiun dini. Setiap langkah terasa berat karena menyangkut masa depan, penghidupan keluarganya, dan martabatnya sebagai ayah dan suami yang ingin membuktikan diri. Berikut enam kesulitan Nak Su memutuskan resign di The Dream Life of Mr. Kim.
1. Ia harus merelakan impian menjadi eksekutif yang telah dikejarnya bertahun-tahun

Keputusan pensiun dini berarti membiarkan mimpinya menjadi eksekutif menguap begitu saja. Baginya, ini bukan sekadar hilangnya jabatan, tetapi hilangnya tujuan hidup yang selama ini ia perjuangkan. Rasa gagal yang menghantui membuat keputusannya terasa semakin berat.
2. Tekanan HRD membuatnya serba salah dan tidak punya ruang untuk bernapas

HRD memaksanya memilih antara patuh atau pergi, dan pilihan itu membuat Kim Nak Su merasa dijebak. Ia tidak diberi ruang untuk membela diri, seolah seluruh beban kesalahan diletakkan di pundaknya. Situasi itulah yang membuatnya kesulitan untuk mengambil keputusan pensiun dini.
3. Rasa bersalah terhadap keluarga membuat hatinya semakin terombang-ambing

Kim Nak Su takut keluarganya kecewa karena ia tidak berhasil mempertahankan pekerjaannya. Ia merasa telah gagal sebagai suami dan ayah karena tidak mampu memberikan kehidupan stabil yang ia janjikan. Perasaan ini membuat setiap langkah menuju pensiun dini dipenuhi keraguan mendalam.
4. Ia tidak tega menyerahkan daftar karyawan yang harus dipensiunkan

Salah satu syarat yang diberikan HRD adalah mengumpulkan nama-nama pekerja di Pabrik Asan untuk diajukan pensiun dini. Beban moral ini menghancurkan jiwanya perlahan, karena ia tahu keputusan itu dapat menghancurkan kehidupan orang lain. Situasi ini membuatnya semakin sulit menentukan nasibnya sendiri.
5. Ketakutan menghadapi hidup tanpa pekerjaan, terus membayanginya

Setelah bertahun-tahun bekerja, Kim Nak Su tidak pernah membayangkan hidup tanpa pekerjaan yang jelas. Pensiun dini terasa seperti melompat ke jurang tanpa tahu apakah akan ada yang siap menangkapnya. Risiko kehilangan pendapatan membuat sulitnya memutuskan pensiun dini, semakin nyata.
6. Harga diri sebagai pria dan kepala keluarga membuatnya sulit mengakui bahwa ia kalah

Pengunduran diri terasa seperti kekalahan dalam kompetisi hidup yang selama ini ia perjuangkan dengan seluruh tenaga. Kim Nak Su merasa martabatnya runtuh, terlebih setelah semua usahanya untuk bertahan tidak dihargai. Mengakui dirinya kalah menjadi salah satu beban terberat dalam proses pengambilan keputusan ini.
Kesulitan Nak Su memutuskan resign di The Dream Life of Mr. Kim merupakan salah satu momen emosional karena memperlihatkan sisi rapuh sekaligus keberaniannya sebagai manusia biasa. Drakor ini menegaskan bahwa terkadang keputusan yang paling menyakitkan justru menjadi jalan menuju kelegaan yang selama ini hilang. Melalui perjalanan berat ini, keberanian tidak selalu soal bertahan, tetapi juga soal mengikhlaskan dan memulai kembali dengan hati yang lebih jujur pada diri sendiri.



















