5 Momen Bikin Mewek di Episode 7 The Dream Life of Mr. Kim

Episode 7 The Dream Life of Mr. Kim menghadirkan rangkaian adegan emosional yang membuat penonton sulit menahan air mata. Konflik yang dialami Kim Nak Su (Ryu Seung Ryong) di cabang pabrik Asan mencapai puncaknya, terutama ketika ia harus memilih antara tanggung jawab pekerjaan dan suara hati yang terus menolak ketidakadilan. Tekanan dari HRD ACT, kegagalannya menyelamatkan kondisi pabrik, hingga kekosongan batin yang ia rasakan setelah semua usahanya dinilai sia-sia, membuat tiap adegan terasa sangat menusuk.
Melalui episode ini, penonton diajak menyaksikan bahwa keputusan hidup sering kali tidak sesederhana hitam dan putih. Kim Nak Su harus bergulat dengan rasa bersalah, kehilangan harga diri, dan kecemasan akan masa depan, sementara tetap menunjukkan profesionalitas dan empati. Lima momen di bawah ini merangkum adegan paling menguras air mata di episode 7 The Dream Life of Mr. Kim.
1. Ketika Nak Su kesulitan menentukan karyawan yang akan diajukan pensiun dini

Momen pertama datang ketika Kim Nak Su dihadapkan pada tugas tidak manusiawi, memilih karyawan mana yang harus dipensiunkan dini. Ia menghabiskan malam dengan menatap daftar nama, memikirkan wajah-wajah yang telah ia kenal selama bekerja di pabrik Asan.
Setiap nama di daftar itu bukan sekadar angka, tetapi kepala keluarga yang menggantungkan seluruh masa depan pada pekerjaan mereka. Di sinilah penonton melihat betapa remuknya hati Kim Nak Su, karena ia tahu bahwa apa pun pilihannya akan menyakiti orang lain. Raut gusar, napas berat, dan tatapan kosongnya menjadi representasi tekanan moral yang luar biasa.
2. Saat Nak Su mengajukan pensiun dini

Adegan ketika Kim Nak Su memutuskan untuk mengajukan pensiun dini menjadi salah satu titik emosional terbesar episode ini. Dengan suara bergetar, ia mengutarakan keputusannya kepada pihak pusat, bukan sebagai bentuk menyerah, tetapi sebagai tanggung jawab atas kondisi pabrik yang tidak berhasil ia perbaiki.
Pilihannya itu bagaikan pedang bermata dua, membebaskannya dari tekanan, namun sekaligus merenggut identitas profesional yang ia bangun selama bertahun-tahun. Penonton bisa merasakan bagaimana beban yang ia pikul akhirnya membuatnya mengambil langkah yang menyakitkan, tapi terhormat.
3. Nak Su Gamang saat keluar dari kantor pusat tanpa perpisahan

Setelah keputusan pensiun dini diterima, Kim Nak Su meninggalkan kantor pusat dalam keadaan sunyi dan hambar. Tak ada perpisahan, tak ada ucapan terima kasih, bahkan tak ada seorang pun yang menoleh ketika ia berjalan menuju pintu keluar.
Ia keluar hanya dengan kotak kecil berisi barang-barang pribadi, melangkah dengan gamang, seolah dirinya tidak pernah menjadi bagian dari perusahaan itu. Adegan ini sangat memilukan karena menunjukkan betapa mudahnya seseorang yang dulunya bekerja keras, dilupakan begitu saja ketika ia tak lagi dianggap menguntungkan.
4. Momen semua karyawan pabrik memberi salam perpisahan

Kontras dengan kantor pusat, karyawan pabrik Asan justru memberikan perpisahan yang tulus dan hangat. Mereka berdiri berbaris sambil memberikan hormat kepada Kim Nak Su ketika ia kembali ke pabrik untuk menyelesaikan urusan terakhir.
Ada rasa haru yang mendalam saat mereka menatapnya dengan penuh penghargaan, tanda bahwa meski ia gagal memenuhi misi pusat, ia berhasil menyentuh hati para pekerja. Perpisahan ini menegaskan bahwa integritas dan kepedulian Kim Nak Su tidak pernah sia-sia. Adegan ini menjadi pengingat bahwa nilai seorang pekerja tidak diukur dari angka laporan, tetapi dari dampak manusiawinya.
5. Ketika Nak Su pulang sebagai “orang kalah” dan disambut hangat oleh istrinya

Momen paling menguras emosi terjadi ketika Kim Nak Su tiba di rumah dalam keadaan hancur secara batin dan merasa dirinya gagal sebagai kepala keluarga. Namun Park Ha Jin (Myung Se Bin), istrinya, justru menyambutnya dengan pelukan tenang dan tanpa satu pun kata menyalahkan. Ia menerima suaminya apa adanya, meyakinkan bahwa kekalahan bukanlah akhir hidup.
Air mata Kim Nak Su tumpah saat ia akhirnya bisa menunjukkan kelemahannya setelah lama berpura-pura kuat. Adegan ini menjadi puncak emosional episode, menunjukkan bahwa rumah adalah tempat seseorang kembali untuk dipulihkan, bukan dihakimi.
Episode 7 The Dream Life of Mr. Kim menghadirkan rangkaian adegan yang menggambarkan betapa rapuhnya manusia ketika dihadapkan pada pilihan sulit, tetapi tetap berusaha melakukan hal yang benar. Melalui perjalanan emosional Kim Nak Su, drama ini mengajak penonton memahami bahwa kekalahan tidak selalu berarti kegagalan, tetapi bisa menjadi titik balik bagi seseorang untuk menemukan kembali dirinya.



















