5 Perbedaan HO dan Pabrik Asan di The Dream Life of Mr. Kim

Titik balik terbesar dalam hidup Kim Nak Su (Ryu Seung Ryong) di The Dream Life of Mr. Kim ketika dirinya gagal jadi eksekutif dan dimutasi dari head office (HO) ACT ke cabang pabrik Asan. Pria yang dulu terbiasa dengan sistem kerja korporat yang rapi, kini harus beradaptasi dengan dunia lapangan yang serba praktis. Pindah dari ruangan ber-AC ke area pabrik yang panas bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga soal kultur dan cara kerja yang sepenuhnya berbeda.
Drama ini menunjukkan bagaimana dua dunia dalam satu perusahaan bisa begitu kontras yakni HO yang dipenuhi formalitas dan ambisi, versus pabrik yang lebih keras tetapi jujur. Dari pola pikir hingga cara berpakaian, semua terasa seperti dua semesta berbeda. Berikut ulasan lima perbedaan antara HO dan pabrik Asan yang dialami oleh Kim Nak Su di The Dream Life of Mr. Kim.
1. Perspektif dan cara menghargai pimpinan

Di kantor pusat, penghormatan pada atasan ditunjukkan lewat formalitas yakni melalui bahasa sopan, gestur kaku, dan hierarki ketat. Semua perintah yang diberikan oleh Kim Nak Su tidak pernah dibantah oleh para bawahannya.
Namun, di pabrik Asan, para karyawan bahkan tidak pernah menganggap keberadaan Kim Nak Su. Jangankan menjalankan perintah, mereka bahkan tidak menunjukkan sikap dan gestur sopan pada atasannya ini. Kim Nak Su merasakan perbedaan perspektif dan rasa hormat yang begitu besar saat dirinya berada di HO dengan di pabrik Asan.
2. Tata cara dan jam makan siang

Kantor pusat punya jadwal makan siang tetap tetapi fleksibel dengan kafe nyaman dan menu beragam. Meski jam makan siang adalah 1 jam, tetapi apabila karyawan HO kembali ke meja kerja melebihi jam makan, hal ini bukan masalah besar.
Sementara di pabrik, waktu makan jauh dari kata fleksibel dan bergantung pada giliran kerja. Para pekerja harus berlari cepat sampai di kantin bila ingin mendapatkan makanan. Tepat jam 1 siang, para karyawan pabrik harus kembali bekerja saat itu juga. Bagi Kim Nak Su, suasana makan di pabrik begitu mencekam dan kaku, berbeda dengan di HO.
3. Rutinitas kerja

Di kantor pusat, hari-hari Kim Nak Su diisi oleh rapat, laporan, dan evaluasi. Semua serba administratif dan berbasis data. Pekerjaan yang dikerjaan oleh Tim Penjualan 1 juga tidak selalu bersifat tetap.
Namun, di pabrik Asan, rutinitas berarti gerak fisik dengan memantau produksi, mengawasi keamanan, dan memastikan semua berjalan sesuai jadwal. Tak ada waktu untuk duduk lama, semua bergerak cepat dan konkret. Rutinitas kerja HO dan pabrik Asan juga begitu berbeda.
4. Deskripsi pekerjaan

Sebagai manajer penjualan di HO, tugas Kim Nak Su dulu berfokus pada angka, strategi, dan klien. Kim Nak Su dan timnya bertemu dengan klien dan memastikan target penjualan ACT tercapai.
Namun di pabrik Asan, perannya mencakup segalanya, dari urusan teknis hingga keamanan. Ia tak lagi memimpin tim profesional berjas rapi, melainkan para pekerja lapangan dengan semangat berbeda. Di pabrik, kesuksesan tak diukur dari laporan, melainkan dari mesin yang terus menyala dan pekerja yang pulang selamat.
5. Cara berpakaian

Para karyawan di HO ACT identik dengan pakaian formal yaitu jas, dasi, dan sepatu kulit. Cara berpakaian para karyawan HO ini bertujuan untuk membangun citra profesional karena banyak berinteraksi dengan klien dan mitra perusahaan.
Namun, di pabrik, semua memakai seragam kerja sebagai simbol kesetaraan. Semua orang memakai seragam kerja yang sama, praktis, tahan panas, dan siap kotor. Tak hanya itu, alat pelindung diri tambahan sebagai penunjang kesehatan dan keselamatan kerja juga wajib digunakan.
Perpindahan Kim Nak Su dalam The Dream Life of Mr. Kim ke pabrik Asan bukan sekadar mutasi jabatan, tetapi juga tentang adaptasi baru yang membuatnya harus kembali memulai dari nol. Ia belajar melihat makna kerja dari dua sisi yang berbeda antara meja rapat dan lantai produksi. Di pabrik Asan, Kim Nak Su akhirnya menemukan nilai kerja yang selama ini ia lupakan yaitu sumber daya manusia, bukan posisi.


















