Review Seri Dokumenter The Echoes of Survivors: Inside Korea's Tragedies
Sebelum menonton The Echoes of Survivors: Inside Korea's Tragedies (2025), saya sudah terlebih dahulu melihat cuitan netizen di X terkait dokumenter ini. Tak sedikit yang berkata kalau mereka sulit menyelesaikan episode pertama, karena merasa 'mual'.
Dengan ekspektasi tersebut, saya berusaha menonton The Echoes of Survivors: Inside Korea's Tragedies (2025) dalam keadaan sedang tidak banyak pikiran dan secara perlahan. Lalu, bagaimana ulasan dokumenter yang rilis secara legal di Netflix ini? Simak selengkapnya!
Peringatan: Artikel ini mengandung spoiler, ya!
1. Gak cuma fokus sama sekte sesat, tapi sejarah tergelap Korea Selatan
Seri dokumenter In the Name of God: A Holy Betrayal (2025) menampilkan empat sekte sesat yang cukup terkenal di Korea Selatan, yaitu JMS, Lima Samudra, Taman Bayi, dan Gereja Pusat Manmin. Jujur, saat berusaha menonton total 8 episode seri dokumenter itu, saya dibuat pusing. Saya perlu membaca ulasan dari netizen lain untuk bisa benar-benar memahami apa yang saya tonton.
Bagaimana dengan The Echoes of Survivors: Inside Korea's Tragedies?
Di seri kedua ini, Netflix menghadirkan empat tragedi gelap yang mungkin tidak diketahui orang-orang di luar Korea Selatan. Namun, ada satu benang merah dari kedua seri dokumenter ini, yaitu JMS akan kembali diulas. Lalu, apakah rahasia gelap yang dimaksud sesuai dengan ekspektasimu? Lebih baik kamu tonton sendiri!
2. Sejak episode pertama, kasusnya langsung mencengangkan dan disturbing
Sejujurnya saya sedikit takabur. Berbekal hobi menonton tayangan slasher dan thriller, saya mengira akan kuat menghadapi terpaan dari The Echoes of Survivors: Inside Korea's Tragedies (2025). Ternyata saya salah!
Video ini adalah kisah nyata kekerasan terhadap anak-anak. Dan membuat sebagian penonton tidak nyaman.
Kalimat di atas bukan sekadar basa-basi! Seri dokumenter ini memang tidak menampilkan adegan disturbing secara gamblang. Namun, mendengar pengalaman mengerikan yang dialami oleh para penyintas, membuat saya mual. Terlebih lagi membayangkan sepintas apa yang mereka alami.
Baru menyaksikan dua episode pertama, tentang anak-anak yang diculik oleh Balai Sosial Hyungje, serta diperlakukan tidak layak, saya sudah merasa tidak nyaman. Tak menutup kemungkinan, tiga kisah lainnya akan lebih membuat hati saya dan penonton teriris.
3. Meski bukan dilakoni oleh penyintas asli, tapi perasaan yang mereka rasakan tersampaikan
Wawancara sesuai kesaksian narasumber dengan peran pengganti untuk perlindungan.
Kalimat itu menutup setiap episode dari The Echoes of Survivors: Inside Korea's Tragedies (2025). Meski wawancara bukan dilakukan oleh penyintas atau narasumber asli, tapi perasaan yang para korban rasakan tersampaikan.
Satu hal yang pasti, untuk menyaksikan seri dokumenter ini, saya harus dalam kondisi tidak banyak pikiran, agar tidak mempengaruhi mood dan pikiran. Selain itu, untuk memahami segala fakta yang disampaikan, lebih baik tonton seri dokumenter ini secara perlahan.
Durasi dari masing-masing episode di seri dokumenter ini berkisar antara 50 sampai 61 menit. Tentu akan terasa lama, tapi saya tidak berminat untuk mempercepat kecepatan tayangan sebanyak 1,25x atau 1,5x, agar bisa memahami apa yang disampaikan.
The Echoes of Survivors: Inside Korea's Tragedies (2025) cocok bagi kamu penyuka seri dokumenter dengan kisah yang gelap dan mencengangkan. Apakah kamu sudah menonton bagian pertamanya?
