6 Tanda Noh Ji Pyo Suami yang Kontrol Koersif di As You Stood By
Drama terbaru Netflix berjudul As You Stood By tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta drama Korea. Tak hanya menyajikan kisah thriller yang menegangkan, serial ini juga menyoroti sisi gelap dalam hubungan rumah tangga. Di balik kehidupan mewah dan citra sempurnanya, Jo Hui Su (Lee Yoo Mi) harus bertahan hidup di bawah kekerasan suaminya, Noh Jin Pyo (Jang Seung Jo) yang hadir dalam bentuk sulit dikenali.
Apa yang dilakukan Noh Jin Pyo bukan sekadar sikap posesif, melainkan pola berbahaya yang dikenal sebagai kontrol koersif (coercive control), yaitu strategi halus namun berkelanjutan untuk melumpuhkan kebebasan korbannya secara total. Berikut lima tanda bahwa Noh Jin Pyo adalah suami yang kontrol koersif di drama As You Stood By yang juga patut dikenali di kehidupan nyata.
1. Mengisolasi pasangan dari dunia luar
Pelaku kontrol koersif seperti Noh Jin Pyo biasanya tidak langsung menunjukkan dominasinya. Ia bertindak perlahan dan terencana, dengan memutus satu per satu hubungan sosial korban. Seperti Hui Su dalam drama ini, ia dibuat merasa bahwa hanya Noh Jin Pyo yang benar-benar peduli padanya.
Ia menggunakan alasan seperti kesibukan, rasa cemburu, atau ketidaksukaannya terhadap teman-temannya, untuk membuat Hui Su menjauh dari lingkungan sosialnya. Bahkan dalam salah satu episode, Noh Jin Pyo secara terang-terangan mengaku tidak menyukai Eun Su, sahabat dekat Hui Su.
Tujuan dari semua tindakan itu adalah agar Hui Su tidak punya siapa pun untuk dimintai pertolongan. Ia dipaksa merasa sendirian dan sepenuhnya bergantung pada suaminya. Saat terisolasi, Hui Su akan kehilangan sudut pandang luar dan menjadi lebih mudah dikendalikan. Ini adalah cara halus namun berbahaya yang digunakan Noh Jin Pyo untuk menutup rapat kekerasan yang terjadi agar tidak terlihat oleh orang lain.
2. Mengontrol keputusan pasangan sehari-hari
Dari cara berpakaian sampai pilihan pekerjaan, Noh Jin Pyo selalu ingin mengatur hidup Hui Su. Ia bahkan ikut menentukan hal-hal kecil, seperti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan istrinya. Setiap kali Hui Su ingin mengambil keputusan sendiri, Noh Jin Pyo membuatnya merasa tidak cukup baik tanpa persetujuannya. Karena semua harus sesuai dengan keinginannya.
Padahal, sebelum menikah, Hui Su adalah penulis buku anak-anak yang sukses dan terkenal. Namun setelah menikah, suaminya melarangnya bekerja dengan alasan keluarga harus menjadi prioritas. Perlahan-lahan, Hui Su kehilangan karier dan identitas dirinya. Rasa percaya dirinya pun ikut memudar karena hidupnya sepenuhnya dikendalikan oleh Noh Jin Pyo.
3. Gaslighting
Noh Jin Pyo sering memakai manipulasi psikologis tingkat tinggi yang disebut gaslighting. Ini adalah cara untuk membuat seseorang meragukan kewarasan, ingatan, dan persepsinya sendiri terhadap suatu kejadian. Misalnya, setelah melakukan kekerasan, Noh Jin Pyo akan bertindak seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi. Ia juga bisa meyakinkan Hui Su bahwa ia hanya terlalu sensitif atau salah mengingat, bahkan, Noh jin Pyo menyalahkan Hui Su karena dianggap sikapnya memicu kemarahannya.
Perilaku seperti ini perlahan membuat Hui Su kehilangan rasa percaya diri. Ia mulai ragu terhadap apa yang ia lihat dan rasakan sendiri. Semakin lama, Hui Su jadi bergantung pada versi kebenaran yang diberikan Noh Jin Pyo. Akibatnya, ia berhenti mempercayai intuisi dan pikirannya sendiri, hingga mudah dikendalikan oleh Noh Jin Pyo sepenuhnya.
4. Love bombing
Setiap kali Noh Jin Pyo memukul Hui Su hingga babak belur, ia akan datang membawa hadiah mahal, entah itu perhiasan, bunga, atau barang mewah lainnya. Dalam salah satu episode, bahkan terlihat bahwa Noh Jin Pyo adalah pelanggan setia sebuah toko kalung berlian. Dari luar, sikapnya tampak romantis, seolah ia sedang menebus kesalahannya dengan cinta dan perhatian. Namun sebenarnya, semua itu hanya bentuk love bombing yang muncul setelah ia melakukan kekerasan pada Hui Su.
Ia menggunakan hadiah-hadiah itu untuk menutupi rasa bersalahnya dan membuat Hui Su bingung antara cinta dan kontrol. Dalam satu scene, diperlihatkan tumpukan kotak perhiasan kalung berlian di lemari Hui Su, yang menjadi simbol betapa sering ia mengalami kekerasan dari suaminya. Setiap hadiah itu menjadi pengingat bahwa luka dan cinta dari suaminya datang bersamaan. Perlakuan seperti ini membuat Hui Su sulit pergi, karena setiap rasa sakitnya selalu diikuti dengan perhatian palsu yang terasa manis, tapi menyesatkan.
5. Pengawasan berlebihan dan pelanggaran privasi
Selain mengisolasi Hui So dari lingkungan sekitarnya, Noh Jin Pyo juga mengawasinya secara berlebihan. Ia memasang CCTV di rumahnya dengan alasan ingin tahu apa yang dilakukan istrinya ketika ia sedang bekerja. Setiap gerak-gerik Hui So dipantau, bahkan di dalam ruang pribadinya sendiri. Hal ini membuat Hui So hidup dalam rasa cemas dan tidak bebas.
Tak berhenti di situ, Noh Jin Pyo juga melacak keberadaan Hui So lewat ponselnya setiap saat. Ia ingin tahu di mana istrinya berada dan dengan siapa ia berinteraksi. Padahal, pengawasan seperti itu tanpa izin adalah bentuk pelanggaran privasi dan kontrol psikologis yang serius. Akibatnya, Hui So merasa seolah tak punya ruang untuk bernapas, apalagi merasa aman di rumahnya sendiri.
6. Menggunakan rasa takut sebagai kendali
Noh Jin Pyo tidak perlu berteriak atau memukul untuk membuat Hui Su menuruti perintahnya. Cukup dengan tatapan dingin, perubahan nada bicara, atau gerak tubuh yang mengancam, Hui Su sudah tahu bahwa dirinya harus berhati-hati. Setiap isyarat kecil dari Noh Jin Pyo sudah bisa membuat Hui Su merasa takut dan gemetar. Ia belajar membaca suasana hati suaminya agar tidak melakukan hal yang bisa memicu kemarahannya.
Akibatnya, Hui Su hidup dalam ketegangan setiap hari. Ia selalu berusaha menyesuaikan diri agar Noh Jin Pyo tetap tenang. Semua tindakannya dikontrol oleh rasa takut, bukan oleh keinginannya sendiri. Rumah tangga mereka pun berubah menjadi tempat yang menyesakkan, di mana Hui Su merasa terkurung dan tak berdaya.
Karakter Noh Jin Pyo, di drama As You Stood By, menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya selalu tampak lewat luka fisik. Sering kali, luka yang paling dalam justru tertinggal di pikiran dan mengikis harga diri.
Dengan mengenali ciri-ciri kontrol koersif seperti di atas, tidak hanya membantumu memahami karakter dalam drama ini, tetapi juga menjadi pengingat untuk lebih peka terhadap tanda-tanda hubungan yang tidak sehat, baik dalam kehidupanmu sendiri maupun pada orang-orang di sekitarmu. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal menunjukkan tanda-tanda menjadi korban kontrol koersif atau KDRT, jangan pernah ragu untuk mencari bantuan profesional segera, ya.
