Seorang bos sudah sepatutnya menjadi panutan bagi karyawan-karyawannya, bukan? Tapi, apa jadinya jika ternyata bos di kantor tempat kamu bekerja justru bersikap toxic?
Pasti kamu merasa tidak nyaman karena terus-menerus disalahkan dan menjadi sasaran kemarahan. Hingga akhirnya kamu memilih untuk resign.
Eits, jangan buru-buru ingin resign, ya. Sebab kamu masih bisa melakukan beberapa cara tepat untuk menghadapi seorang bos yang toxic. Bagaimana caranya? Yuk simak artikel berikut ini.
Apabila memiliki atasan yang terkesan jarang melakukan komunikasi dengan karyawan, maka kamu harus menjadi orang pertama yang mengajaknya berbicara. Jangan takut untuk mengeluarkan pertanyaan sebanyak mungkin hingga kamu paham mengenai pekerjaanmu.
Sebagai langkah awal, kamu bisa melakukannya melalui chat atau email. Pastikan kamu menggunakan bahasa yang sopan dan lakukan saat jam kerja. Namun jika memungkinkan, berbicara sembari bertatap muka secara langsung justru lebih baik.
Wajar jika karyawan yang memiliki atasan toxic akan memikirkannya secara terus-menerus lantaran takut dimarahi apabila melakukan kesalahan sedikit saja. Padahal ini bukan hal yang tepat. Sebagai karyawan, kamu cukup fokus saja pada pekerjaanmu walau ada perasaan kesal.
Pastikan kamu mengerjakan tugas dengan baik sesuai dengan arahannya. Dengan begitu, atasan tidak akan mengintimidasimu.
Atasan toxic sebenarnya adalah orang yang insecure dan manipulatif. Tergolong egois dan sikapnya tidak dewasa. Cara tepat untuk menghadapinya yaitu tidak dengan ikut terbawa emosi, tapi dengan mencoba memahami pola komunikasinya.
Hal yang paling sering terjadi adalah atasan toxic suka mencari-cari masalah. Nah, agar kamu tidak bisa disalahkan dengan mudah, mulai sekarang catat secara detail apa pun perintah atasan. Jadi, ketika atasan protes mengenai pekerjaanmu, kamu bisa mengatakan bahwa kamu menyelesaikannya sudah sesuai perintah.
Betul bahwa kamu memang tidak dapat mengontrol apa yang dilakukan oleh orang lain. Tapi, kamu masih bisa memilih bagaimana seharusnya bersikap dalam menanggapi tindakan orang lain.
Jangan ragu menetapkan batasan hubungan terhadap atasan yang toxic. Pastikan untuk selalu profesional. Berinteraksi dengan atasan hanya saat ada kepentingan pekerjaan saja dan hindari memiliki ekspektasi yang tinggi.
Saat kamu sudah mencoba melakukan beragam cara dengan bersabar, memahami sikap atasan, dan membangun komunikasi, tapi tak kunjung membuahkan hasil, maka saatnya kamu melakukan perlawanan. Caranya yaitu dengan mengumpulkan semua bukti yang menunjukkan bahwa atasan toxic, lalu melaporkannya ke bagian terkait yang dalam hal ini adalah HRD.
Katakan bahwa sikap atasan yang toxic membuat lingkungan kerja menjadi tidak nyaman. Akibatnya karyawan tidak bisa optimal dalam bekerja.
Memiliki atasan toxic memang sangat menyebalkan. Karyawan pun jadi tidak tenang dalam bekerja. Namun, mengingat sekarang mencari pekerjaan sulit, sebelum memutuskan resign, kamu coba dulu yuk beberapa tips yang telah disebutkan di atas!