Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang bekerja remote (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi orang bekerja remote (pexels.com/Yan Krukau)

Remote working atau bekerja dari rumah kian populer, terutama setelah pandemik COVID-19 yang mengharuskan adanya pembatasan sosial berskala besar. Kini, model kerja ini dinilai sebagai solusi ideal untuk meningkatkan produktivitas karena para karyawan tak perlu menghabiskan waktu di perjalanan dan mereka bisa bekerja dengan lebih fleksibel.

Meskipun remote working menawarkan keuntungan yang menjadi daya tarik banyak orang, ada beberapa sisi gelap yang jarang diketahui. Jika kamu berencana mencari pekerjaan remote, pastikan mempertimbangkan hal-hal berikut ini, ya.

1. Kesulitan memisahkan pekerjaan dan kehidupan pribadi

ilustrasi orang stres saat bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak orang mengira bekerja dari rumah bisa mendukung work-life balance atau keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sebab, mereka tak perlu bangun lebih awal untuk berangkat ke kantor, tak harus terjebak macet atau berdesak-desakan di transportasi umum, dan bisa tidur siang dengan tenang saat jam istirahat.

Namun faktanya tidak demikian. Bekerja dari rumah sering kali membuat kabur batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Banyak orang harus bekerja lembur karena tak ada jam kerja yang jelas, tak sedikit yang diganggu malam-malam karena tugas yang mendesak, sehingga waktu istirahat berkurang. 

Selain itu, rumah yang seharusnya menjadi tempat untuk pulang akan terasa tidak nyaman begitu difungsikan sebagai tempat kerja. Hal ini berisiko memicu penurunan kualitas istirahat secara signifikan yang dalam jangka panjang menyebabkan kelelahan dan stres berkelanjutan.

2. Interaksi sosial berkurang dan memicu rasa kesepian

ilustrasi orang merasa kesepian (pexels.com/Valeria Ushakova)

Bagi para introver, bekerja sendirian di ruangan tanpa distraksi sosial mungkin jadi impian. Sebab, mereka takkan kehabisan energi karena berinteraksi dengan orang lain sepanjang waktu. Karenanya remote working dinilai sebagai pilihan sempurna. Namun hal ini akan menjadi mimpi buruk bagi para ekstrover.

Tidak adanya percakapan santai saat makan siang atau coffee break dapat membuat pekerja remote rentan merasa terisolasi dan kesepian. Rasa kesepian ini, kalau tak ditangani dengan baik, dapat mengarah pada masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

3. Banyaknya distraksi yang mengganggu konsentrasi

ilustrasi orang bekerja remote (pexels.com/Sarah Dietz)

Bekerja dari rumah tak selalu kondusif. Banyak orang harus berhadapan dengan berbagai gangguan yang membuat mereka sulit fokus saat bekerja. Mulai dari anak-anak yang bermain, hewan peliharaan, hingga tugas-tugas rumah tangga yang perlu diselesaikan.

Dengan terganggunya konsentrasi, dikhawatirkan produktivitas kerja menurun signifikan. Hal ini membuat pekerjaan yang seharusnya bisa selesai dengan cepat justru memakan waktu lebih lama. Lebih lanjut, ini bisa berdampak secara negatif pada performa kerja.

4. Kurangnya dukungan teknologi

ilustrasi bekerja remote (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Tidak semua orang memiliki akses yang memadai ke teknologi untuk bekerja dari jarak jauh, terutama jika tidak difasilitasi oleh perusahaan. Misalnya, koneksi internet yang lambat, perangkat yang tidak memadai, dan kurangnya dukungan teknis dapat menjadi hambatan besar yang mengganggu produktivitas.

Selain itu, keamanan data menjadi perhatian utama. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan risiko kebocoran data perusahaan dan data pribadi karena perlindungan yang kurang mutakhir. Ini adalah masalah serius yang perlu diperhatikan karena berpotensi berbahaya.

5. Sulitnya berkolaborasi antar tim

ilustrasi online meeting (pexels.com/Anna Shvets)

Komunikasi yang efektif adalah kunci kesuksesan tim. Namun, kolaborasi menjadi lebih challenging saat remote working. Tanpa adanya pertemuan tatap muka, banyak informasi yang tak tersampaikan dengan baik. Akibatnya, kesalahpahaman atau salah interpretasi pesan dapat terjadi lebih sering, yang pada akhirnya bisa menghambat kinerja tim dan menyebabkan konflik.

Meskipun remote working menawarkan banyak keuntungan, penting untuk memahami dan mengatasi sisi gelapnya. Fleksibilitas yang ditawarkan remote working harus diimbangi dengan strategi yang tepat untuk menghindari dampak negatif yang mungkin timbul. Dengan begitu, produktivitas dan kesejahteraan tetap terjaga walau bekerja dari rumah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team