7 Hal di Media Sosial yang Dapat Memicu Rasa Iri, Pernah Ngerasain? 

Tinggi, langsing, putih khas Korean look atau kecokelatan eksotis, body gitar Spanyol, mata tajam khas selebriti Hollywoord. Semua paras tersebut sering malang melintang di tampilan beranda medsos, bahkan tak jarang menciptakan adanya klasifikasi tentang standar 'cantik' atau ‘ganteng’.

Disadari atau tidak, kemunculan tampilan fisik dengan gaya beragam telah membentuk persepsi terkait definisi good-looking. Banyak netizen yang kemudian membandingkan fisik mereka dengan fisik seseorang di medsos, misalnya para selebgram yang kerap memajang tampilan badan idaman atau body goals yang memancing banyak pujian.

Akhirnya, tak sedikit yang bukan hanya iri sebab ingin memiliki tampilan seperti itu, namun juga menjadi insecure karena merasa rendah diri dan tak memenuhi standar untuk dibilang 'shining, simmering, splendid'.

Deretan sepatu branded, tas berbagai merek, serta koleksi mahal yang kerap terpajang di unggahan medsos menyebabkan adanya keinginan netizen untuk memiliki benda-benda materiel yang serupa.

Keadaan hidup yang serba berkecukupan, bahkan gaya hidup mewah dengan harta melimpah acap kali menimbulkan rasa iri. Tak dipungkiri, banyak yang lantas mengadu nasib dan ingin memiliki privilege berupa kekayaan yang sama sehingga tidak perlu kerja keras untuk mencari suatu pekerjaan atau aktivitas lain demi menyambung hidup.

Prestasi dan pencapaian seseorang di medsos selalu dikaitkan dengan bukti kesuksesan. Di samping rasa bahagia dan kepuasan yang dialami sang pengunggah, di sisi lain tak sedikit netizen yang merasakan hal sebaliknya.

Sebagai audiens yang menyaksikan postingan mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sesuatu, alih-alih turut termotivasi, netizen yang sedang berada di fase berproses banyak yang merasa minder, iri, bahkan bisa sensitif jika melihat seseorang sukses sementara dirinya tidak kunjung meraih suatu prestasi.

Kondisi keluarga yang jauh dari pertikaian tentu saja idaman hampir semua orang. Khususnya bagi para anak broken home, potret keluarga harmonis yang berwara-wiri di medsos memberikan efek sensitif tersendiri di hati mereka.

Perasaan iri selanjutnya muncul karena hanya dapat menyimak keluarga orang di dunia maya dan tidak memiliki keluarga ideal yang diharapkan di dunia nyata.

Dengan jumlah pengangguran yang tak sedikit, ditambah dengan persaingan memasuki dunia kerja yang kian kompetitif, berdampak pada lahirnya perasaan putus asa bagi yang tidak mendapatkan pekerjaan.

Sementara di sudut lain, ketika membuka medsos, tampaklah figur orang yang sukses mendapat jabatan dan memiliki karir yang kelihatannya mulus. Hal ini tentu saja rawan menghasilkan rasa iri.

Realitasnya, semakin intensif perkembangan modernisasi, semakin banyak orang yang hidup dalam kesepian. Meskipun banyak yang dikelilingi keramaian, namun tak banyak yang benar-benar merasa memiliki teman yang tulus.

Ketika seseorang melihat postingan di medsos yang memperlihatkan kehangatan dalam suatu pertemanan, dipenuhi canda tawa, dan bahkan relasi yang luas, seakan mencerminkan kehidupan idaman di saat rasa sepi kian menyelimuti. Rasa irilah yang kemudian muncul, sambil disertai perasaan berandai-andai untuk memiliki lingkungan yang sama dengan apa yang dilihat di medsos.

Menjamurnya pertengkaran antarpasangan, bahkan perceraian dalam rumah tangga yang semakin marak menghasilkan adanya trust issue bagi sebagian orang untuk menjalin hubungan.

Dengan arus informasi digital yang memberitakan fenomena pasangan yang cenderung toxic, secara tidak langsung juga berefek pada sulitnya seseorang untuk mau membuka diri dan memercayai orang lain, terutama dalam ranah percintaan. Mendapatkan seseorang yang setia seakan suatu hal yang langka di masa sekarang. Oleh karena itu, jika melihat postingan seseorang yang memiliki 'gandengan' ideal di medsos, ada rasa iri yang timbul dan merasa orang tersebut sangat beruntung.

Sikap membanding-bandingkan diri sendiri dengan apa yang diperlihatkan orang di medsos adakalanya berakibat baik, namun di sisi lain justru mengikis rasa percaya diri dan memicu rasa iri, dengki, bahkan dapat berpotensi menjadi penyakit hati. Hal ini jika dibiarkan begitu saja, akan membuat diri menjadi stuck karena hanya sibuk melihat kehidupan orang lain. Padahal, tidak semua yang terlihat di medsos itu sama persis dengan kehidupan nyata. Dan tentunya, tak ada kehdupan yang sempurna.

Maka dari itu, yuk, coba fokus pada diri sendiri dan temukan jalan untuk berkembang!