7 Kesalahan Mahasiswa saat Mempersiapkan Karier, Sadari Sebelum Nyesel

Prinsip "You Only Live Once " bisa dikonotasikan positif maupun negatif. Konotasi negatif tercipta jika diartikan dengan hidup berfoya-foya dan bermain-main di masa muda. Hal tersebut tentu tidak pantas diterapkan untuk kamu yang memperjuangkan masa depan. Terlebih lagi jika kamu tidak memilki privilege khusus dari lahir. Perjuangan yang lebih besar perlu kamu persiapkan dari mahasiswa untuk karier jangka panjangmu.
Masa-masa kuliah menjadi momen yang penuh peluang, tetapi juga penuh tantangan. Terdapat banyak sekali kesempatan yang bisa kamu coba, mulai dari mendapatkan ilmu di kelas, mengikuti lomba, pertukaran pelajar, menjadi peneliti, berjejaring lewat organisasi, dan sebagainya.
Sayangnya, masih terdapat mahasiswa yang kurang bisa memaksimalkannya sehingga bisa berdampak buruk pada perjalanan karier mereka. Berikut adalah tujuh kesalahan mahasiswa dalam mempersiapkan karier beserta cara menghadapinya.
1. Tidak memiliki tujuan karier yang jelas sejak awal

Jika saat kuliah kamu hanya sekadar duduk di bangku dan mendengarkan dosen, tanpa tahu apa yang ingin kamu capai, maka perbanyak lagi refleksi diri. Jika kamu masih sering bingung tentang rencana kariermu, maka perbanyaklah referensi untuk mendapatkan pencerahan. Sadari lagi apa yang perlu kamu perbaiki dan sadari juga bahwa memulai perubahan hari ini tidaklah terlambat.
Jangan sampai kamu membuang-buang waktu dan larut dalam kesalahan yang merugikan. Cobalah buat gambaran tentang seperti apa kamu saat 5 hingga 10 tahun ke depan. Apakah kamu ingin menjadi seorang dosen, pengacara, pengusaha, atau ahli di bidang tertentu?
Dengan tujuan yang jelas, kamu bisa menyusun langkah-langkah yang mendukung pencapaian itu. Gunakan metode SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) untuk merancang tujuan kariermu.
2. Meremehkan soft skills dan tidak ingin mengasahnya

IPK memanglah penting sebagai bukti kamu serius dalam menjalani perkuliahan. Namun, nilai akademik saja tidak cukup diandalkan dalam dunia kerja. Meskipun hal ini juga tergantung profesi apa yang ingin kamu tekuni. Jika ingin menjadi dosen, IPK memang mungkin penting, tetapi kamu juga perlu mengasah soft skills lainnya sebagai pendukung.
Contohnya seperti skill komunikasi, kepemimpinan, manajemen waktu, penyelesaian masalah, dan kemampuan bekerja dalam tim. Jadilah mahasiswa yang serba bisa, selain fokus pada nilai mata kuliah, kamu juga perlu melatih keterampilan tadi. Ikutilah kegiatan penunjang skill seperti organisasi, kelas, volunteer, lomba, seminar, atau apapun itu asalkan positif.
3. Mudah defensif saat dikritik dan tidak memanfaatkannya untuk belajar lebih baik

Dalam perjalanan tumbuh akan selalu ada lika-liku dan batunya. Tidak semua yang dilakukan selalu benar di mata orang lain. Jika kamu masih mudah menyerah saat dikritik oleh dosen terhadap tugas presentasimu, dikritik rekan sekelompok ketika tugasmu kurang sesuatu, dikritik mentor magang ketika tugasmu kurang baik, dan kritikan lainnya, maka bagaimana kamu bisa siap di dunia kerja?
Kritik karena kesalahan yang dilakukan adalah kesempatan untuk belajar lebih baik. Jadikan hal tersebut sebagai hadiah, bukan bom yang harus dihindari.
Dewasa ini, masih ada saja mahasiswa yang defensif dan mengabaikan masukan, semoga kamu tidak termasuk dari mereka ya? Jadilah pendengar yang aktif dan terbuka, catat setiap masukan yang kamu terima dan jadikan itu sebagai pedoman untuk perbaikan diri.
4. Tidak membangun networking di usia muda atau sejak awal kuliah

Apakah kamu pernah berpikir bahwa networking hanya dapat dimulai saat sudah bekerja? Jika pernah, ganti mindsetmu sekarang. Jangan sampai kamu terus terjebak dalam pemikiran yang salah. Sebab, membangun koneksi seawal mungkin bisa membuka banyak pintu peluang di masa depan.
Mulailah bangun network dari hal kecil, seperti terlibat dalam komunitas, menghadiri acara kampus, berinteraksi dengan para expert di LinkedIn, mengikuti kegiatan pelatihan, mengikuti kegiatan magang, dan lain sebagainya.
Bisa saja informasi pekerjaan kamu dapatkan dari orang-orang yang kamu kenal karena mereka lebih mempercayakan orang terdekatnya. Akan tetapi, kamu juga perlu meningkatkan kredibilitasmu juga ya agar kepercayaan mereka semakin kuat.
5. Kurang fleksibel dalam pilihan karier

Memiliki tekad yang kuat bukanlah suatu kesalahan. Satu hal yang salah adalah bersikap keras kepala dan sangat tertutup untuk memperluas karier. Ketika satu pintu tertutup, cobalah pintu yang lain. Tidak semua jalan menuju sukses itu lurus. Terkadang, kamu perlu mencoba hal baru untuk menemukan apa yang sebenarnya kamu butuhkan.
Terlalu kaku dalam memilih karier hanya akan membatasi potensimu. Jangan takut untuk mengambil peluang yang berbeda atau sangat asing untukmu. Bahkan jika itu tidak sesuai dengan rencana awalmu. Bisa jadi dari hal baru itu justru membuatmu lebih dekat dengan apa yang kamu mau.
6. Mengabaikan peluang pendidikan tambahan sebagai penunjang kredibilitas diri

Fokus belajar di kelas adalah hal yang baik dan memang sudah kewajibanmu. Akan tetapi, terlalu fokus di sana juga akan membuatmu tertutup dengan ilmu yang lain. Padahal di era digital ini, pembelajaran tidak hanya terbatas di kelas. Masih banyak mahasiswa yang tidak mengetahui hal tersebut.
Hingga mereke menganggap kursus online atau sertifikasi tambahan sebagai hal yang tidak penting. Padahal, sertifikasi bisa menjadi penunjang saat melamar pekerjaan. Mulai sekarang, manfaatkan platform seperti Coursera, Udemy, atau LinkedIn Learning untuk memperkaya keahlianmu. Bersiaplah menjadi mahasiswa yang tidak hanya pintar di kelas setiap perkuliahan, tetapi juga pintar di dunia setelah itu!
7. Tidak menjaga reputasi digital dan kurang memanfaatkan personal branding

Apa yang kamu bagikan di media sosial bisa menjadi boomerang. Banyak mahasiswa yang tidak sadar bahwa perusahaan sering melakukan pengecekan profil media sosial kandidat sebelum merekrut. Pastikan akun media sosialmu mencerminkan citra yang positif dan profesional tanpa unsur negatif.
Akan jauh lebih baik, jika kamu mulai membangun personal branding dengan menunjukkan karyamu, membagikan kegiatan produktifmu, mengunggah pemikiran positifmu, atau hal positif lainnya. Sebab, survei oleh CareerBuilder pun menunjukkan bahwa 70% perusahaan menelusuri media sosial kandidat dalam proses perekrutan.
Jadi, jika ingin memperbesar peluang kerja, membangun personal branding yang baik di media sosial akan menambah penilaian plus dalam proses perekrutan.
Kesalahan adalah sesuatu yang wajar, tetapi akan menjadi tidak wajar jika kesalahan ini terus dilakukan berulang dan tidak menghadirkan perubahan lebih baik. Jadikan kesalahan yang mungkin orang lain atau diri kamu sendiri alami sebagai proses belajar.
Setelah memahami dan menyadari tujuh kesalahan mahasiswa saat mempersiapkan karier tadi, semoga kamu bisa refleksi diri dan evaluasi ya. Semoga kesuksesan dan kebahagiaan selalu menyertaimu.