TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peran Perusahaan dalam Mendukung Kesetaraan Gender di Tempat Kerja

#IDNTimesLife Dorong perempuan hingga level pemimpin

pexels.com/fauxels

Rangkaian Women Lead Forum 2021 oleh Magdalene, memasuki panel diskusi kedua dengan tema "Peran Perusahaan dalam Mendukung Kesetaraan Gender di Tempat Kerja". Diskusi yang berlangsung pada Rabu (7/4/2021) secara online ini, didukung oleh Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) dan Investing in Women serta inisiatif Pemerintah Australia.

Bagaimana membuat iklim kerja yang kondusif dalam mendukung pekerja perempuan mencapai kesetaraan gender? Apa saja peran perusahaan dalam memberi kesempatan pekerja perempuan sampai di level pemimpin? Berikut rangkuman selengkapnya.

1. Isu kesetaraan gender di lingkungan kerja cenderung stagnan selama 20 tahun terakhir

pexels.com/ThisIsEngineering

Membuka diskusi pada sesi kedua acara, Executive Director IBCWE, Maya Juwita, memaparkan penyebab isu kesetaraan gender di lingkungan kerja yang stagnan selama 20 tahun. Beberapa di antaranya adalah karena tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan diskriminasi pada pekerjaan tertentu. 

"Kemudian diskriminasi pekerjaan tertentu, oh kalau ini laki-laki, oh kalau ini perempuan, kebanyakan sekretaris perempuan. Stigma bahwa perempuan gak produktif karena harus menjalankan kodratnya. Kalau dari sosial adalah budaya patriarki yang masih menganggap laki-laki adalah sebagai pemimpin," ungkapnya.

2. Perlu ada komitmen kepala perusahaan atau CEO karena sifat gender equality itu bukan button up, tapi button down

pexels.com/fauxels

Dari data penelitian IBCWE, ada sekitar 77 persen perusahaan di Indonesia yang setuju keragaman gender memperbaiki business outcome dan memperbaiki performa bisnis. Bahkan, angka ini lebih tinggi ketimbang Asia dan Pasifik.

Namun, menurut Maya, masih banyak yang belum mengerti perusahaan harus memulai dari mana dalam memperjuangkan gender equality

"Nah, sebetulnya apa sih yang perlu dilakukan oleh perusahaan? Kalau perusahaan memerlukan kesetaraan gender, pertama itu harus ada komitmen dari kepala perusahaan atau CEO karena sifatnya gender equality ini, bukan button up, tapi button down," tambahnya. 

Ia juga menekankan perihal adanya assesment dan diagnosa kondisi di tempat kerja agar action plan tepat sasaran. Jika diagnosa kondisi diperbaiki, kemudian dilakukan evaluasi dan monitor serta dilihat impact yang dihasilkan.

Baca Juga: Riset IBCWE: Sektor Swasta Perlu Terapkan Kerja Fleksibel  

3. Ada masalah sistemik yang selama ini mengganggu karier perempuan di level manajer tengah

Executive Chairperson and Owner  The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo dalam Women Lead Forum 2021 oleh Magdalene. Rabu (07/04/2021). IDN Times/ Fajar Laksmita

Menunurut Executive Chairperson The Body Shop Indonesia, Suzy Hutomo, ada masalah sistemik yang selama ini mengganggu perempuan di tingkat manajer tengah. Misalnya, perempuan yang tak boleh pindah ke luar kota karena suami. 

"Padahal, wanita ini bisa jadi keren banget. Tapi, karena dia gak mau pindah dan memang itu take a choice. Kita sebagai perempuan diuntungkan karena kita punya pilihan. Itu adalah pilihannya," jelasnya.

Sementara itu, The Body Shop sendiri berkomitmen merekrut kandidat karyawan laki-laki dengan attitude yang positif tentang perempuan. Ia menuturkan, Indonesia masih perlu pria-pria yang sangat mendukung perempuan supaya karier mereka berkembang.

4. Perusahaan perlu berkomitmen mempresentasikan perempuan di berbagai level, termasuk jajaran direksi

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi dalam Women Lead Forum 2021 oleh Magdalene. Rabu (07/04/2021). IDN Times/ Fajar Laksmita

Dalam pemaparannya, CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi, mengatakan ada 57 persen jumlah karyawan perempuan dan 53 persen laki-laki di perusahaannya. Angka 57 persen tersebut baik menurutnya. Namun, bukan banyaknya jumlah itu yang harus disorot.

"57 persen itu baik, namun bukan itu yang di-track. Yang perlu di-track adalah presentasi women di level assistant president, vice president, director, dan managing director. Misalnya saya resign, maka harus ada minimum kandidat 2 perempuan pengganti," tuturnya. 

Pihaknya juga fokus pada kolaborasi antara sesama Gen X, Gen Y, dan Gen Z. Citi Indonesia sendiri memiliki Citi Intergeration on Network Indonesia untuk menjalankan kolaborasi ini. 

"Dalam Gen X, ada 53 persen perempuan. Dalam Gen Y, 58 persen perempuan dan dalam Gen Z, ada 57 persen perempuan. Millennials dan Gen Z, mereka berani-berani saja, banyak berubah. Istilahnya, saya pemegang kendali. Sementara, saya lihat gen X yang lahir 1961-1980, masih konservatif," ujarnya.  

Baca Juga: Kontribusi Laki-laki dalam Menciptakan Ruang Aman di Kampus

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya