Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Boomerang Employee, Tren Kembalinya Karyawan ke Tempat Kerja Lama

Ilustrasi boomerang employee (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Istilah dalam dunia kerja semakin beragam, salah satunya boomerang employee. Fenomena yang berkaitan dengan kembalinya karyawan lama di tempat kerja, telah menjadi hal biasa di lingkungan profesional, apa pun industrinya. 

Buat kamu yang berada di lingkungan kerja, mungkin kamu pernah mendengar istilah ini, atau bahkan belum pernah mendengarnya. So, simak pembahasan mengenai boomerang employee lebih dalam disini untuk menambah wawasanmu. Scroll down!

1. Apa itu boomerang employee?

Ilustrasi boomerang employee (pexels.com/Los Muertos Crew)

Boomerang employee merupakan istilah untuk menyebut karyawan yang sebelumnya bekerja di sebuah perusahaan, kemudian meninggalkan perusahaan tersebut. Tetapi beberapa waktu ke depan, mereka akhirnya kembali bekerja di perusahaan itu kembali. Fenomena ini semakin umum terjadi di dunia kerja.

Saat ini, karyawan tidak lagi selalu dianggap tidak loyal jika mereka meninggalkan sebuah perusahaan. Pemilik bisnis kini memahami bahwa karyawan mungkin bekerja di berbagai organisasi sebagai bagian dari perjalanan karier mereka. Selain itu, dengan adanya platform media sosial dan teknologi yang meningkatkan komunikasi, orang lebih mungkin tetap terhubung dan kembali bekerja secara profesional.

"Perusahaan perlu untuk berpikiran terbuka dalam menyambut kembali talenta. Cara seseorang meninggalkan perusahaan, dan kesan yang mereka pertahankan tentang mantan perusahaan, memengaruhi kesuksesan masa depan untuk semua pihak, serta membuka peluang pengembangan," kata Daniel Phelps, Wakil Presiden akuisisi talenta di perusahaan AI, Genesys, mengutip laman Built In.

2. Berbagai alasan karyawan lama resign dan kembali ke tempat kerja lama

Ilustrasi resign dari tempat kerja (pexels.com/RDNE Stock project)

Terdapat beragam alasan mengapa karyawan resign dari pekerjaan. Beberapa alasan umumnya mencakup:

  • Untuk meningkatkan karier. Contoh, memperoleh keterampilan baru atau menerima gaji lebih tinggi ketika ada peluang lain yang muncul.
  • Mencoba sesuatu yang berbeda. Misalnya, mengeksplorasi industri lain atau mengejar passion.
  • Fokus pada peristiwa besar dalam hidup, seperti pindah tempat tinggal karena pasangan, merawat anak, atau menangani kondisi medis.
  • Bekerja secara musiman. Contohnya, pekerja musiman atau pensiunan yang berencana kembali bekerja tahun depan.
  • Mengejar passion.

Setelah seorang karyawan meninggalkan perusahaan, ada berbagai alasan mengapa mereka ingin kembali, di antaranya:

  • Pekerjaan baru tidak memenuhi ekspektasi.
  • Budaya atau manfaat perusahaan baru tidak cocok bagi mereka.
  • Perusahaan baru menawarkan sedikit peluang untuk pengembangan atau kemajuan profesional.
  • Posisi baru tidak memberikan keseimbangan kerja dan kehidupan atau fleksibilitas yang dibutuhkan.
  • Peristiwa besar dalam hidup mereka telah stabil atau selesai.
  • Pekerjaan musiman, cuti panjang, atau kebutuhan untuk waktu istirahat mereka telah berakhir.

3. Mengapa perusahaan menerima karyawan lama lagi?

Ilustrasi boomerang employee (pexels.com/Yan Krukau)

Boomerang employee menghadirkan potensi sebagai sumber kandidat baru yang belum dimanfaatkan, terutama ketika perusahaan masih kesulitan mengisi posisi yang kosong. Namun, bagi manajer maupun pemimpin perusahaan, boomerang employee memberikan wawasan tentang kekuatan dan kelemahan organisasi, serta mengungkap alasan mengapa orang-orang meninggalkan perusahaan dan apa yang membuat mereka kembali. 

Menurut Karin Borchert, CEO Modern Hire, boomerang employee merupakan potensi sumber bakat yang belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh manajer perekrutan.

“Karyawan ini sudah memahami seluk-beluk dan nuansa organisasi serta memiliki pemahaman yang baik tentang ekspektasi dari pemberi kerja. Mereka juga sudah akrab dengan budaya perusahaan dan memahami tanggung jawab pekerjaan mereka, terutama jika mereka kembali ke peran yang sama," ungkapnya mengutip laman Forbes. 

Pandangan ini sejalan dengan Paul Rubenstein, Chief People Officer di Visier. Mengutip laman Forbes, ia berpendapat bahwa karyawan yang kembali ke organisasi menawarkan perspektif baru terhadap organisasi yang mereka kembali masuki. Mereka telah memiliki waktu di luar, mungkin bahkan di dalam organisasi kompetitor, dan kini membawa pandangan baru tentang pasar dan organisasi itu sendiri.

4. Keunggulan lainnya dalam mempekerjakan boomerang employee

Ilustrasi boomerang employee (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Karyawan dapat meninggalkan perusahaan karena berbagai alasan, baik pribadi maupun profesional. Terlepas dari bagaimana perasaan kedua belah pihak saat karyawan tersebut mengundurkan diri, ada beberapa keuntungan jelas dalam merekrut kembali karyawan lama.

  • Boomerang employee dapat dengan cepat menyesuaikan diri.
    Amber Hyatt, seorang SPHR dan direktur pengalaman konsumen di Johnson & Johnson Vision, menjelaskan bahwa boomerang employee memiliki pengetahuan awal yang penting tentang perusahaan.
“Merekrut mantan karyawan berarti mereka sudah memahami bisnis, mulai dari misi, budaya, values, tim, pelatihan, dan struktur organisasi. Keakraban ini memungkinkan mereka untuk lebih cepat produktif, yang sangat menguntungkan organisasi," ungkap Hyatt mengutip laman Business News Daily. 
  • Memahami keterampilan boomerang employee
    Perusahaan telah memiliki catatan kinerja dan kehadiran boomerang employee sebelumnya, sehingga para pemimpin tahu apakah mereka memiliki keterampilan yang sedang dibutuhkan perusahaan.
  • Boomerang employee dapat meningkatkan moral karyawan
    Samantha Lambert, direktur SDM di Blue Fountain Media, dikutip Business News Daily mengatakan bahwa, boomerang employee memberikan kesaksian tentang perbaikan proses, kualitas kerja, dan manajemen sejak pertama kali mereka bekerja disini.

5. Kekurangan mempekerjakan boomerang employee

Ilustrasi boomerang employee (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pertimbangkan beberapa potensi kelemahan sebelum menyambut kembali mantan karyawan.

  • Boomerang employee mungkin sulit beradaptasi dengan perubahan.
    Jika mereka kembali karena merindukan manajemen atau budaya lama perusahaan, boomerang employee mungkin kecewa karena banyak perubahan yang terjadi selama mereka tidak bekerja disana. 

  • Mengabaikan kandidat yang lebih baik.
    Merekrut boomerang employee bisa terasa seperti solusi cepat ketika kekurangan staf. Namun, perlu memasukkan boomerang employee dan kandidat terbaik lainnya melalui seluruh proses perekrutan. 

  • Boomerang employee mungkin memiliki masalah yang belum terselesaikan.
    Pertimbangkan dengan hati-hati alasan mereka keluar pertama kali. Telusuri secara menyeluruh alasan mereka pergi, dan jika memungkinkan, tinjau kembali wawancara keluar mereka untuk memastikan apakah mereka akan lebih cocok kali ini.

  • Boomerang employee tetap berisiko keluar lagi.
    Tidak ada jaminan bahwa boomerang employee akan bertahan lama. Terkadang, seorang karyawan kembali ke perusahaan sebelumnya karena sambil menunggu peluang berikutnya. Jika masalah yang menyebabkan mereka keluar sebelumnya belum terselesaikan, kemungkinan besar mereka akan mengundurkan diri lagi.

"Penting untuk menilai alasan karyawan resign sejak awal. Jika disebabkan oleh masalah mendasar yang masih belum terselesaikan, mempekerjakan kembali mereka bukan pilihan tepat. Transparansi dan komunikasi yang jelas tentang ekspektasi serta perubahan di perusahaan sangat penting untuk memastikan keberhasilan kembalinya mereka," kata Albert Brenner, salah satu pemilik Altraco, mengutip laman People Keep. 

Nah, itu dia pembahasan mengenai boomerang employee yang biasa terjadi di dunia kerja, serta pro kontranya bagi perusahaan. Jadi, apakah kamu pernah mengalami menjadi seorang boomerang employee?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima
EditorPinka Wima
Follow Us