5 Cara agar Gak Cringe saat Kerja Bareng Rekan Beda Generasi

Bekerja bersama rekan dari generasi yang berbeda kerap menimbulkan tantangan tersendiri. Kita mungkin memiliki perbedaan dalam cara pandang, gaya komunikasi, hingga kebiasaan kerja sehari-hari. Jika tidak disikapi dengan bijaksana, perbedaan itu dapat menimbulkan kesalahpahaman atau ketegangan dalam tim.
Namun, perbedaan generasi seharusnya tidak menjadi penghalang untuk menjalin kerja sama yang baik. Justru dengan saling memahami dan menghargai perbedaan, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih kaya sudut pandang dan pengalaman. Kuncinya terletak pada sikap terbuka dan keinginan untuk beradaptasi satu sama lain seperti beberapa hal berikut.
1. Pahami gaya komunikasi mereka

Setiap generasi memiliki gaya komunikasi yang berbeda, mulai dari cara menyampaikan pesan hingga media yang digunakan. Kita perlu memahami cara komunikasi yang paling nyaman bagi rekan kerja kita agar tidak terjadi kesalahpahaman. Dengan menyesuaikan komunikasi, interaksi akan menjadi lebih efektif dan harmonis.
Pemahaman terhadap gaya komunikasi juga menunjukkan rasa hormat terhadap kebiasaan orang lain. Kita tidak harus sepenuhnya mengubah cara berkomunikasi, tetapi menunjukkan upaya untuk menyesuaikan diri. Hal itu membantu kita terhindar dari kesan canggung atau tidak profesional.
2. Hindari menghakimi dan membandingkan

Seringnya tanpa disadari, kita mengeluarkan pernyataan yang bernada membandingkan antar generasi. Hal tersebut dapat memberikan kesan menghakimi dan membuat rekan kerja merasa kurang dihargai. Untuk menjaga hubungan profesional, sebaiknya kita menghindari sikap tersebut agar suasana kerja tetap positif.
Setiap generasi memiliki latar belakang dan tantangan yang berbeda dalam perjalanannya. Penting bagi kita untuk melihat kelebihan dan kontribusi masing-masing individu secara adil. Sikap demikian akan mendorong terbentuknya tim yang saling menghargai dan solid dalam bekerja sama.
3. Dengarkan dengan tulus dan aktif

Mendengarkan secara tulus dan aktif adalah kunci penting dalam membangun komunikasi yang sehat. Kita perlu memberi ruang bagi rekan kerja untuk menyampaikan pandangan tanpa terburu-buru menyela atau langsung memberikan penilaian. Dengan begitu, mereka akan merasa dihargai dan diterima.
Mendengarkan tidak hanya tentang mendengar kata-kata, tetapi juga memahami maksud di baliknya. Sikap itu akan membantu kita merespons dengan lebih tepat dan membangun hubungan kerja yang saling menghormati. Komunikasi yang baik dimulai dari kemampuan untuk mendengarkan secara utuh.
4. Tunjukkan sikap terbuka dan mau belajar

Sikap terbuka terhadap masukan dan pengalaman dari rekan kerja lintas generasi sangat penting untuk membangun suasana kerja yang sehat. Kita perlu menunjukkan bahwa kita bersedia belajar, tidak hanya dari atasan atau senior, tetapi juga dari rekan kerja. Hal itu mencerminkan profesionalisme dalam bekerja.
Dengan saling berbagi ilmu dan pengalaman, kolaborasi akan menjadi lebih produktif. Kita bisa saling melengkapi dan menemukan cara kerja yang paling efektif bagi tim. Sikap saling belajar akan mempererat hubungan kerja antar generasi.
5. Menjaga bahasa tubuh dan ekspresi wajah

Komunikasi nonverbal seperti bahasa tubuh dan ekspresi wajah memiliki pengaruh besar dalam interaksi sehari-hari. Kita perlu memastikan bahwa sikap tubuh dan ekspresi kita mencerminkan keterbukaan dan rasa hormat terhadap rekan kerja. Hindari menunjukkan ekspresi yang terkesan meremehkan atau tidak tertarik.
Bahasa tubuh yang baik dapat memperkuat pesan yang kita sampaikan secara verbal. Ketika kita ramah dan antusias, lawan bicara akan merasa lebih nyaman. Dengan demikian, kerja sama akan terasa lebih lancar dan menyenangkan bagi semua pihak.
Bekerja lintas generasi memang butuh penyesuaian, namun hal itu juga membuka peluang untuk tumbuh bersama melalui sikap saling menghargai. Dengan menerapkan lima cara di atas, suasana kerja bisa menjadi lebih nyaman, inklusif, dan produktif. Keberagaman generasi pun dapat menjadi kekuatan yang memperkuat kerja tim.