Inklusivitas di Dunia Kerja, Pentingnya Nilai Kebhinnekaan dalam Proses Rekrutmen

Dalam rangka peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2025, industri ketenagakerjaan Indonesia mulai melangkah ke fase baru dalam menciptakan sistem rekrutmen yang lebih adil, inklusif, dan mencerminkan nilai-nilai kebhinnekaan. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerajaan, belum lama ini mengumumkan rencana terkait kebijakan strategis rekrutmen, yaitu larangan praktik diskriminasi usia oleh perusahaan.
Berdasarkan laporan terbaru Jobstreet by SEEK yang berjudul Hiring, Compensation & Benefits (HCB) 2025, ditemukan bahwa beberapa perusahaan di Indonesia sudah mulai menerapkan sistem fair hiring (perekrutan secara adil). Selain itu, laporan dari Jobstreet juga mencatat, sebanyak 43 persen perusahaan telah melibatkan panel rekrutmen yang beragam dari berbagai latar belakang demi memastikan pilihan yang objektif dan inklusif.
Di sisi lain, sebesar 41 persen perusahaan mulai menetapkan metrik Diversity, Equity, dan Inclution (DEI) sebagai alat ukur keberagaman dalam proses perekrutan mereka. Yuk, kita simak lebih jauh tentang pentingnya nilai kebhinnekaan dalam proses rekrutmen!
1. Prinsip fair hiring mulai diadopsi, meski belum merata di semua tempat

Prinsip fair hiring (sistem perekrutan secara adil) yang merupakan bagian dari nilai kebhinnekaan, menunjukkan tren positif bagi masyarakat. Meskipun begitu, dalam praktiknya, fair hiring masih kerap menghadapi berbagai tantangan yang cukup besar.
Sebagai contoh, sebanyak 34 persen perusahaan rutin melatih karyawannya tentang unconscious bias dan hanya 27 persen perusahaan yang memberikan pelatihan khusus kepada tim rekrutmen mereka. Penggunaan teknologi AI sebagai upaya mengurangi bias dalam seleksi kandidat pun tergolong minim, yaitu hmencapai 16 persen saja.
Demi gerakan lingkungan kerja yang lebih setara, laporan dari Jobstreet menunjukkan bahwa 73 persen perusahaan melakukan peninjauan ulang secara rutin terhadap deskripsi lowongan kerja agar bebas dari unsur bias. Namun, faktanya hanya 41 persen yang konsisten menerapkan panel wawancara yang beragam dan 34 persen perusahaan lain benar-benar menyediakan pelatihan anti-bias secara menyeluruh.
2. Beberapa tips yang perlu dilakukan oleh perusahaan untuk menerapkan rekrutmen tanpa bias

Penerapan sistem rekrutmen tanpa bias sangat penting demi memastikan setiap kandidat mendapatkan kesempatan yang sama, tanpa terpengaruh oleh faktor usia, gender, etnis, dan kondisi fisik. Maka dari itu, Jobstreet by SEEK, platform ketenagakerjaan terkemuka di Asia Tenggara untuk membentuk masa depan ketenagakerajaan yang lebih adil dan adaptif, memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan perusahaan agar mampu menerapkan sistem rekrutmen tanpa bias, antara lain:
1. Mengintegrasikan indikator DEI dalam proses rekrutmen
Indikator DEI, seperti representasi gender, latar belakang, dan disabilitas dapat dijadikan sebagai bagian dari Key Performance Indicators (KPI) dalam proses rekrutmen dan evaluasi SDM. Hal ini bertujuan guna memastikan keberagaman bukan sekadar inisiatif tambahan, melainkan juga sebagai bagian dari tujuan bisnis.
2. Memberikan pelatihan Unconscious Bias secara konsisten
Perusahaan dapat membekali tim HR dan perekrut dengan mengadakan pelatihan rutin terkait bias tidak sadar (unconscious bias), supaya mereka dapat mengambil keputusan yang adil dan objektif dalam proses seleksi kandidat.
3. Meninjau dan menyempurnakan deskripsi lowongan kerja
Melakukan peninjauan dan penyempurnaan terhadap deskripsi lowongan kerja juga gak kalah penting demi memastikan tidak adanya istilah atau frasa yang dapat menimbulkan diskriminatif terhadap kelompok tertentu. Oleh sebab itu, alangkah lebih baik bila perusahaan menggunakan bahasa yang netral, jelas, inklusif, dan berorientasi pada kompetensi.
4. Membangun budaya kerja yang inklusif dan transparan
Budaya kerja yang inklusif dan transparan berperan penting dalam mewujudkan sistem perekrutan yang anti bias. Setiap pekerja tentu meninginkan lingkungan kerja yang positif serta membantu mereka untuk bertumbuh dan berkembang.
Melalui pendekatan holistik kepada rekrutmen, komunikasi netral, dan pengembangan karier, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang adil sekaligus mendukung bagi seluruh karyawan.
3. Pentingnya penerapan fair hiring agar proses seleksi lebih objektif serta menitikberatkan pada kemampuan dan pengalaman kandidat

Pada kenyataannya, praktik fair hiring sangat penting untuk membangun proses seleksi yang berfokus pada kemampuan serta pengalaman kandidat. Dalam rangka perayaan Hari Lahir Pancasila, Jobstreet by SEEK bukan cuma mengajak untuk mengenang nilai-nilai dasar bangsa, tetapi juga mewujudkan tindakan positif dalam dunia profesional. Dengan mendorong praktik rekrutmen yang adil, inklusif, dan bebas diskriminasi, Indonesia mengambil langkah maju menuju lingkungan kerja yang lebih inklusif.
“Perusahaan tidak hanya menciptakan budaya kerja yang inklusif, membangun loyalitas dan kepercayaan, serta merangkul keragaman, tetapi juga membuka potensi positif dari keberagaman latar belakang pegawai yang akhirnya memberikan manfaat daya saing bagi perusahaan,” jelas Sawitri Soedarno, Country Head Marketing Indonesia, Jobstreet by SEEK, dalam keterangan rilis yang diterima IDN Times. “Tentu, kami mendorong perusahaan untuk melihat praktik fair hiring ini bukan sekadar kewajiban regulasi, melainkan juga strategi jangka panjang perusahaan,” pungkasnya.