Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Orang yang Tidak Sepintar Kamu Justru Diterima Kerja Duluan?

kenapa orang yang tidak sepintar kamu justru diterima duluan?
ilustrasi interview kerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Intinya sih...
  • Perusahaan melihat karakter asli, bukan sekadar prestasi akademik
  • Pengalaman sosial membangun rasa percaya diri saat interview
  • Cara menjawab pertanyaan mencerminkan pola pikir yang matang
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah merasa heran ketika teman yang nilai akademiknya biasa saja justru lebih dulu diterima kerja? Padahal kamu merasa lebih siap, lebih paham, bahkan punya pengalaman yang lebih relevan. Situasi ini sering bikin banyak orang mempertanyakan kemampuan diri sendiri.

Faktanya, proses rekrutmen tidak hanya menilai seberapa pintar seseorang di atas kertas, tetapi juga bagaimana ia bisa menghadirkan diri dalam wawancara kerja. Di sinilah pentingnya memahami tips interview yang tidak sekadar soal menjawab pertanyaan, tapi juga membaca dinamika di baliknya. Berikut beberapa hal yang bisa membuka cara pandang baru soal kenapa hal ini sering terjadi.

1. Perusahaan melihat karakter asli, bukan sekadar prestasi akademik

ilustrasi interview kerja (pexels.com/Edmond Dantès)
ilustrasi interview kerja (pexels.com/Edmond Dantès)

Banyak orang masih mengira bahwa nilai tinggi otomatis jadi tiket emas ke dunia kerja. Padahal, perusahaan sering mencari kandidat yang bisa menunjukkan karakter asli, bukan versi sempurna dari diri sendiri. Dalam sesi interview, HR cenderung memperhatikan bagaimana seseorang menanggapi tekanan, menjawab dengan spontan, dan mengekspresikan nilai-nilai pribadinya.

Orang yang terlihat lebih santai dan jujur sering kali tampak lebih meyakinkan dibanding mereka yang terlalu berhati-hati atau berusaha terlihat ideal. Di sinilah keaslian menjadi kekuatan utama. Seseorang yang tidak sepintar kamu di kampus bisa jadi punya kemampuan membaca situasi dan membangun koneksi emosional yang lebih baik dengan pewawancara.

2. Pengalaman sosial membangun rasa percaya diri saat interview

ilustrasi job interview (unsplash.com/The Jopwell Collection)
ilustrasi job interview (unsplash.com/The Jopwell Collection)

Banyak orang cerdas justru kesulitan menampilkan dirinya saat interview karena terbiasa mengandalkan kemampuan logika, bukan interaksi sosial. Sementara itu, orang yang sering berhadapan dengan berbagai situasi sosial sudah terbiasa mengelola ekspresi, nada bicara, dan gestur tubuh. Semua itu membentuk rasa percaya diri yang natural di depan HR.

Percaya diri bukan berarti sombong. Ini tentang bagaimana seseorang mampu menjelaskan kelebihan dirinya tanpa terlihat memaksa. Jadi, ketika seseorang terlihat lebih berani atau lebih hidup dalam menjawab, hal itu sering kali menjadi penilaian positif. Kepercayaan diri yang tumbuh dari kebiasaan berinteraksi itulah yang sering jadi pembeda.

3. Cara menjawab pertanyaan mencerminkan pola pikir yang matang

ilustrasi job interview (unsplash.com/Resume Genius)
ilustrasi job interview (unsplash.com/Resume Genius)

Dalam dunia kerja, bukan jawaban benar yang dicari, tapi cara berpikir. HR bisa melihat kedewasaan seseorang dari bagaimana ia merespons pertanyaan sulit, terutama ketika tidak tahu jawabannya. Seseorang yang terlihat tenang dan reflektif justru memberi kesan lebih siap menghadapi masalah nyata.

Kadang, orang yang tidak terlalu pintar akademis punya kemampuan berpikir praktis yang tajam. Mereka menjawab dengan pengalaman nyata, bukan teori. Itu yang sering membuat jawaban mereka terasa lebih hidup dan relevan. Pewawancara bisa langsung merasakan, “orang ini tahu apa yang dia bicarakan.”

4. Energi dan bahasa tubuh lebih menarik daripada CV yang penuh prestasi

ilustrasi job interview (unsplash.com/Walls.io)
ilustrasi job interview (unsplash.com/Walls.io)

Interview bukan hanya soal bicara, tapi juga soal energi yang dibawa seseorang. Bahasa tubuh, cara duduk, dan kontak mata bisa memberi kesan kuat bahkan sebelum seseorang menjawab pertanyaan pertama. Banyak HR menyebut, energi positif bisa jadi faktor besar dalam pengambilan keputusan.

Orang yang tampak cerah dan terbuka membuat suasana wawancara terasa lebih nyaman. Bandingkan dengan kandidat yang mungkin lebih pintar tapi terlihat kaku atau gugup hal ini bisa memberi kesan kurang siap secara emosional. Energi yang stabil sering kali memberi keyakinan bahwa orang tersebut akan mudah beradaptasi di lingkungan kerja baru.

5. Kesiapan mental lebih berarti daripada sekadar IQ tinggi

ilustrasi interview kerja (vecteezy.com/NATEE MEEPIAN)
ilustrasi interview kerja (vecteezy.com/NATEE MEEPIAN)

Tidak semua orang bisa menghadapi proses rekrutmen dengan tenang. Ada yang terlalu fokus pada ketakutan gagal, sampai lupa menampilkan diri dengan wajar. Sementara itu, orang yang secara mental sudah terbiasa menerima hasil apa pun akan terlihat lebih rileks dan terbuka. Ketenangan ini membuat mereka bisa berpikir jernih saat interview.

Kesiapan mental juga terlihat dari cara seseorang menerima kritik, mengakui kekurangan, dan tetap tersenyum ketika pertanyaannya sulit. Ini hal-hal kecil yang menunjukkan kematangan emosional. Dunia kerja lebih menghargai orang yang stabil secara mental dibanding yang hanya unggul secara akademik.

Dalam proses mencari pekerjaan, kepintaran bukan satu-satunya ukuran. Dunia kerja menilai cara seseorang beradaptasi, berkomunikasi, dan menghadapi tekanan. Jadi, kalau kamu belum diterima kerja padahal merasa lebih mampu, mungkin waktumu sedang disiapkan untuk tempat yang lebih cocok.

Referensi:

"2 Reasons Smart People Don't Get Hired" Business Insider. Diakses pada Oktober 2025

"Why Smart People Have Trouble Getting Hired" Inc. Diakses pada Oktober 2025

"6 Reasons Why “Dumb” People Are More Successful Than You" Christian Smith. Diakses pada Oktober 2025

"Why Stupid People Get Hired?" Restaurant Owner. Diakses pada Oktober 2025

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Tanda Kamu Sudah Lebih Dewasa dalam Menyikapi Hidup

23 Okt 2025, 17:17 WIBLife