Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Langkah Bijak Hadapi Atasan yang Emosional, Jangan Memperkeruh!

ilustrasi orang sedang marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi orang sedang marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memiliki atasan yang emosional tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, sikapnya yang tak menentu menjadikan pekerja berada dalam masa-masa yang penuh tekanan.

“Bos yang mudah marah sering menunjukkan perubahan suasana hati yang tidak terduga,” kata Teri Hockett, seorang kepala eksekutif What's For Work?, yakni sebuah situs karier untuk perempuan, dikutip Forbes.

“Satu menit mereka naik dan menit berikutnya mereka turun. Bergantung pada situasi atau hari, mereka tidak mau terlibat dengan orang lain, atau mereka memiliki sikap buruk dan tampak konfrontatif atau tajam terhadap orang lain. Dibandingkan dengan bos yang cenderung selalu dalam suasana hati yang baik, bos yang moody tidak melihat suasana hatinya apa adanya dan dampaknya terhadap orang lain; mereka mengabaikan kesempatan untuk merefleksikan dan mengoreksi perilaku negatif diri sendiri," lanjutnya.

Untuk itu, dibutuhkan beberapa langkah bijak yang sebaiknya dilakukan agar menjaga kinerjamu. Selain itu, menerapkan langkah ini juga akan membuatmu tetap fokus bekerja. Berikut ini 5 langkahnya!

1. Amati pola sikapnya

ilustrasi orang sedang mengamati (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi orang sedang mengamati (pexels.com/Andrea Piacquadio)

“Semakin Anda bisa memahami apa yang menyebabkan perubahan suasana hati atasan Anda, semakin baik,” kata Nathanael Fast, asisten profesor manajemen di Marshall School of Business, di University of Southern California, dilansir Business Harvard Review.

Kalau tak ada api, masakan ada asap merupakan sebuah peribahasa yang paling cocok untuk diterapkan dalam kasus ini. Soalnya, segala sesuatu pasti ada sebabnya. Sama halnya dengan perasaan emosional yang datang dari atasan disebabkan suatu alasan.

Maka dari itu, dengan memahami pola sikapnya adalah kunci dari mengatasi tipe atasan seperti ini. Lihatlah pola perubahaan mood dia yang bisa saja dipengaruhi dari isi perut, waktu-waktu penuh deadline hingga persoalan kebersihan lingkungan kerja. Jika memang sesuai dengan pola-pola tersebut, maka kamu pun akan semakin terbantu dalam mengembangkan strategi untuk menangani amarahnya.

2. Berikan batasan interaksimu dengannya

ilustrasi memberikan batasan diri (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi memberikan batasan diri (pexels.com/Keira Burton)

Memberikan batasan kepada diri merupakan hal terpenting. Begitu juga saat interaksi bersama manusia lainnya dalam kehidupan sehari-harimu, bahkan termasuk atasanmu juga, lho.

Percaya deh, hampir setiap orang yang memiliki perasaan yang lebih emosional gak ingin mendapatkan gangguan dari orang lain. Untuk itu, ketika kamu menemukan atasan berada dalam perasaan yang tidak baik-baik saja, batasi waktumu dengannya. Hal ini agar kamu terhindar dari memperkeruh situasinya.

3. Yakinkan bahwa sikapnya seperti itu bukan karenamu

ilustrasi bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Atasan dengan sikapnya yang tak menentu akibat perasaan emosional memang memberikan tantangan tersendiri. Meski demikian, bukan berarti kamu harus memusatkan perhatianmu atas sikapnya, lho.

Jangan berikan tekanan pada dirimu dengan menganggap sikap emosionalnya karenamu. Sebab, sebagai atasan, mereka memang akan menanggung beban yang cukup banyak. Belum lagi masalah pribadi seperti romansa, pertemanan hingga keluarga yang datang silih berganti.

Jadi, ketika kamu sedang mendapati perubahan sikapnya, entah itu nada bicara yang agak tinggi atau sikapnya yang judes, tetaplah kalem. Kembali duduk di kursi lalu selesaikan pekerjaanmu dengan tenang. Usahakan jangan terpancing atas apa pun yang terjadi.

4. Cari momen tepat untuk berbicara dengannya

ilustrasi berbicara dengan atasan (pexels.com/Christina Morillo)
ilustrasi berbicara dengan atasan (pexels.com/Christina Morillo)

Saat emosinya benar-benar telah meluap namun kamu harus berbicara dengannya mengenai pekerjaan, maka putuskan untuk tidak melakukannya dengan tergesa-gesa. Kamu dapat membiarkannya terlebih dahulu sekitar 30 menit hingga 1 jam. Kemungkinan dalam waktu ini, emosinya sudah kembali normal.

Di waktu yang bersamaan, pikirkan juga strategi yang tepat untuk menemuinya. Pasang sikapmu yang sebiasa mungkin, tidak gugup namun tetap berperilaku sopan kepadanya.

“Berkomunikasi bahwa kamu ada di sana untuk membantu membuat pemimpinmu merasa didukung dan memberi sinyal bahwa kamu ada di sana untuk membantu tim,” ujar Fast.

5. Jika tidak bisa berbuat sesuatu, diam adalah kunci

ilustrasi diam (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi diam (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Di dunia ini, setiap manusia tidak dituntut untuk harus bisa melakukan semuanya. Ingat, tiap manusia punya batasan dalam mengerjakan sesuatu.

Untuk itu, ketika atasan memiliki emosi yang sulit dikendalikan, maka hal yang paling dipertimbangkan untuk kamu lakukan ialah diam. Diam memang emas, karena dengan diam kamu sudah membantu dirimu untuk tidak mencampuri urusan atasan. Sebab jangan sampai, ketika kamu bertindak, itu justru memperparah masalah yang ada.

Memiliki atasan dengan sifat yang emosional memang membutuhkan strategi khusus, ya. Juga sebagai karyawan, kita dituntut untuk dapat memahami apa pun yang terjadi. Lima langkah bijak di atas pun dapat menjadi referensimu. Semangat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us