5 Perbedaan Pekerjaan UX Writer dan UX Designer, Sudah Tahu?

- UX Writer fokus pada microcopy, sementara UX Designer fokus pada desain antarmuka dan interaksi.
- UX Writer butuh keterampilan menulis dan empati, sementara UX Designer butuh skill desain visual dan prototyping.
- Tugas harian UX Writer adalah menulis microcopy dan melakukan A/B testing, sedangkan UX Designer membuat user flow dan wireframe.
Kita pasti tak pernah lepas dari dunia digital dalam keseharian. Nah, pengalaman pengguna digital jadi salah satu kunci sukses sebuah produk yang diluncurkan. Mulai dari aplikasi mobile, website, sampai software, semua berlomba-lomba menciptakan tampilan dan alur interaksi yang nyaman untuk penggunanya.
Sering kali banyak orang masih bingung, apa bedanya UX Writer dan UX Designer. Kedengarannya mirip, tapi sebenarnya punya fokus yang berbeda dan saling melengkapi. Keduanya sama-sama punya tujuan membuat pengalaman pengguna terasa mudah, dan menyenangkan. Berikut lima perbedaan utama antara keduanya!
1. Fokus pekerjaan

Seorang UX Writer fokus menciptakan microcopy, yaitu teks kecil yang muncul di aplikasi atau website, seperti tombol, notifikasi, hingga pesan error. Kata-kata ini mungkin terlihat sederhana, tapi bikin pengguna merasa dipandu dengan jelas.
Sementara, UX Designer berfokus pada desain antarmuka (interface) dan desain interaksi (interaction design). Mereka merancang tata letak, flow pengguna, serta elemen visual supaya produk bisa digunakan dengan mudah.
2. Skill yang dibutuhkan

UX Writer butuh keterampilan menulis yang ringkas, jelas, dan penuh empati. Mereka harus bisa memahami cara berpikir pengguna agar setiap kata bisa membantu navigasi dengan mudah. Skill lain yang penting adalah storytelling, tone of voice, dan user research.
Di sisi lain, UX Designer butuh skill desain visual, prototyping, hingga pengetahuan tentang desain yang ramah digunakan. Mereka biasanya menggunakan tools seperti Figma, Sketch, atau Adobe XD untuk membuat wireframe dan prototype.
3. Tanggung jawab harian

Tugas harian UX Writer utamanya adalah menulis microcopy, melakukan A/B testing untuk teks, bekerja sama dengan desainer dan developer. Selain itu juga memastikan konsistensi bahasa di seluruh produk. Mereka juga sering melakukan riset bagaimana kata-kata bisa memengaruhi tindakan pengguna.
Sedangkan UX Designer lebih banyak menghabiskan waktu untuk membuat user flow, wireframe, melakukan usability testing, hingga memperbaiki desain berdasarkan feedback pengguna. Mereka juga jadi penghubung antara kebutuhan bisnis dan kenyamanan pengguna, lho!
4. Tujuan akhir

Meskipun jalur kerjanya berbeda, tujuan akhir keduanya sama, yakni meningkatkan pengalaman pengguna. UX Writer ingin memastikan pengguna merasa dipandu dengan kata-kata yang sederhana, gak membingungkan, dan sesuai konteks.
UX Designer ingin menciptakan interaksi visual yang intuitif, nyaman, dan menyenangkan. Ketika keduanya bekerja sama, hasilnya adalah produk yang tak hanya indah secara tampilan, tapi juga jelas dalam instruksi. Contohnya, desain tombol yang bagus dari UX Designer akan makin efektif kalau diisi teks yang tepat dari UX Writer.
5. Prospek karier

Baik UX Writer maupun UX Designer punya prospek karier yang cerah. Permintaan akan profesional UX bisa terus meningkat seiring makin banyaknya perusahaan yang berfokus pada digital experience. Gaji rata-rata UX Designer di Indonesia bisa mencapai Rp10–20 juta per bulan.
Sementara UX Writer juga mulai banyak dicari dengan kisaran gaji Rp8–15 juta, tergantung pengalaman. Karena masih relatif baru, profesi UX Writer sering kali membuat penasaran perusahaan yang ingin produknya lebih user-friendly. Di sisi lain, UX Designer sudah jadi salah satu peran wajib di perusahaan teknologi.
Perbedaan UX Writer dan UX Designer ada pada fokus kerja dan skill yang dibutuhkan, tapi saling melengkapi. Kedua profesi ini sama-sama punya peluang karier besar. Jadi, tergantung passion dan skill yang kamu miliki, ya!