Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Pertanyaan 'Menjebak' saat Interview dan Tips Menjawabnya

Ilustrasi interview (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Interview kerja gak cuma soal jawab pertanyaan dengan benar, tapi juga tentang gimana kamu merespons situasi yang kadang bikin gak nyaman. Nah, di sinilah pertanyaan jebakan sering muncul. Tujuannya bukan buat nyusahin kamu, tapi buat melihat karakter kamu lebih dalam, terutama dalam hal cara berpikir, kejujuran, sampai kemampuanmu mengelola stres.

Sayangnya, banyak kandidat yang justru gugup dan akhirnya “menjebak” diri sendiri dengan jawaban yang salah arah. Padahal, kalau tahu triknya, pertanyaan-pertanyaan ini bisa kamu jawab dengan elegan dan bikin kamu makin stand out. Berikut ini empat pertanyaan menjebak yang sering keluar saat interview dan tips biar kamu bisa jawab dengan tenang!

1. "Ceritakan kelemahan terbesar kamu!"

Ilustrasi interview (Pexels.com/Edmond Dantès)

Pertanyaan ini sering banget bikin pelamar bingung. Soalnya, kalau jawab terlalu jujur, takut dinilai gak layak. Tapi kalau jawab kelemahan yang terlalu “aman” kayak perfeksionis, takut kedengaran klise dan gak tulus. Padahal, interviewer justru ingin tahu seberapa sadar kamu sama kekuranganmu dan apakah kamu punya kemauan untuk memperbaikinya.

Kunci jawabannya adalah jujur, tapi tetap kasih konteks perkembangan. Misalnya, “Saya dulu sering terlalu ragu untuk ambil keputusan cepat karena takut salah. Tapi sekarang saya sedang belajar ambil keputusan lebih cepat dengan menganalisis risiko dan bertanya ke mentor lebih dulu sebelum memutuskan.” Dengan jawaban seperti ini, kamu tetap terlihat reflektif dan punya growth mindset.

Ingat, semua orang punya kelemahan. Yang bikin kamu beda adalah cara kamu menyikapi dan mengelolanya. Jadi gak usah takut terlihat gak sempurna, yang penting kamu bisa membuktikan bahwa kamu terus berkembang.

2. "Kenapa kami harus memilih kamu, padahal banyak kandidat lain yang lebih berpengalaman?"

Ilustrasi online meeting (Pexels.com/Anna Shvets)

Pertanyaan ini terkesan mengintimidasi, ya? Tapi sebenarnya ini kesempatan bagus buat kamu menonjolkan kelebihan yang mungkin gak dimiliki kandidat lain. Jangan langsung defensif atau minder. Fokus pada nilai tambah yang kamu punya.

Misalnya, kamu bisa jawab, “Saya mungkin belum punya banyak pengalaman, tapi saya cepat belajar, terbiasa bekerja keras, dan punya semangat yang besar untuk terus berkembang. Saya juga tipe orang yang selalu inisiatif dan suka eksplorasi hal baru.” Di situ, kamu bukan lagi fokus pada apa yang kamu gak punya, tapi justru nunjukin apa yang bisa kamu bawa ke tim.

Recruiter gak cuma nyari orang yang paling hebat di atas kertas, tapi juga yang paling cocok dengan budaya kerja dan punya potensi jangka panjang. Jadi jangan remehkan semangat dan kepribadianmu, ya!

3. "Kenapa kamu resign dari pekerjaan sebelumnya?"

Ilustrasi interview (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Pertanyaan ini bisa jadi bumerang kalau kamu jawab dengan emosi atau menyalahkan atasan lama. Meskipun pengalamanmu di kantor lama memang kurang menyenangkan, usahakan untuk tetap profesional dalam menyampaikan alasan. Karena interviewer juga ingin tahu apakah kamu tipe orang yang bisa move on atau masih menyimpan dendam.

Jawaban yang aman biasanya mengarah ke alasan pengembangan diri. Misalnya, “Saya merasa sudah tidak ada ruang untuk berkembang di posisi sebelumnya, dan saya ingin mencari tantangan baru yang bisa mengasah kemampuan saya lebih jauh.” Atau, “Saya ingin mengeksplor bidang yang lebih sesuai dengan passion saya.”

Dengan menjawab seperti ini, kamu tetap jujur tanpa menjatuhkan tempat kerja sebelumnya. Ingat, cara kamu menjelaskan alasan resign juga menunjukkan sikap dan cara pandang kamu terhadap masalah.

4. "Berapa gaji yang kamu harapkan?"

Ilustrasi interview (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Nah, ini dia yang paling bikin serba salah. Kalau jawab terlalu rendah, kamu bisa dianggap gak menghargai diri sendiri. Tapi kalau jawab terlalu tinggi, takutnya malah bikin mundur. Makanya penting banget buat riset dulu kisaran gaji untuk posisi yang kamu lamar sesuai lokasi dan pengalaman kamu.

Cara aman untuk jawab adalah dengan memberikan rentang gaji yang realistis. Misalnya, “Berdasarkan riset saya untuk posisi ini dan tanggung jawabnya, saya berharap di kisaran 5–6 juta. Tapi tentu saja saya terbuka untuk diskusi lebih lanjut sesuai dengan kebijakan perusahaan dan benefit lainnya.” Jawaban ini fleksibel tapi tetap menunjukkan bahwa kamu menghargai keahlianmu.

Yang jelas, hindari jawaban “Terserah perusahaan saja” karena terkesan kamu gak punya pegangan atau terlalu pasrah. Tunjukkan bahwa kamu punya pertimbangan, tapi tetap profesional dan bisa diajak berdiskusi.

Pertanyaan jebakan saat interview itu bukan untuk menjatuhkan kamu, tapi justru jadi momen penting buat kamu nunjukin kualitas pribadi dan cara berpikir. Kalau kamu bisa jawab dengan tenang, jujur, dan penuh pertimbangan, itu udah jadi nilai tambah tersendiri. Jadi jangan takut sama pertanyaan sulit, hadapi dengan persiapan dan mindset yang tepat. Karena kadang yang bikin kamu diterima bukan jawaban paling sempurna, tapi sikap paling meyakinkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us