ilustrasi Mimbar Nabi di Masjid Nabawi. (IDN Times/Sunariyah)
Masjid Nabawi sempat beberapa kali mengalami renovasi. Pada 7 H, Rasulullah melakukan perluasan lantaran umat Muslim sudah makin banyak dan masjid jadi penuh. Saat itu, Rasulullah SAW menambahkan masing-masing sekitar 20 hasta untuk panjang dan lebar Masjid Nabawi. Setelah Rasulullah wafat dan estafet kepemimpinan diberikan kepada Abu Bakar, tidak ada renovasi ataupun perluasan wilayah pada masa ini.
Kemudian, pada 17 H, Umar bin Khattab yang saat itu jadi khalifah, melakukan perluasan Masjid Nabawi dengan menambahkan 5 meter di sebelah selatan, 10 meter di barat, dan 15 meter di utara. Pada masa ini juga, Umar merenovasi dengan batu bata dan dahan batang kurma yang sesuai dengan bentuk yang ada pada masa Rasulullah. Sedangkan, tiang utamanya diganti dengan kayu.
Pada tahun 29 H, Utsman bin Affan melakukan perluasan sekaligus merenovasi. Utsman membangun tembok masjid dengan batu yang dipahat dan kapur. Gak hanya itu, tiang-tiang masjid dibangun dengan batu yang diukir serta atapnya dari pohon saaj (pohon besar). Pada masa Umayyah, Masjid Nabawi juga mengalami banyak perenovasian.
Barulah pada masa modern, tepatnya masa kekhalifahan Raja Fahd bin Abdul Aziz (1982-2005), Masjid Nabawi mengalami perubahan besar-besaran dalam sejarah, yakni antara tahun 1406-1414 H. Pada masa itu, luas area Masjid Nabawi berhasil diperluas jadi 165 ribu meter persegi dengan daya tampung mencapai 270 ribu jamaah.
Sedangkan bagian pelataran masjid berhasil diperluas mencapai 235 ribu meter per segi yang dapat mengakomodasi sampai 430 ribu jamaah. Jumlah menara yang semula 4 juga ditambah menjadi 10 menara, sedangkan jumlah pintu Masjid Nabawi ditambah hingga mencapai 95 pintu.