Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suasana Masjid Nabawi, Madinah yang dipenuhi oleh Jamaah di tengah musim haji (IDN Times/Umi Kalsum)

Sejarah berdirinya Masjid Nabawi merupakan peristiwa yang amat penting bagi umat Muslim. Lantaran, Masjid Nabawi memiliki banyak keistimewaan daripada masjid lainnya. Dari sini Islam bisa tersebar ke penjuru dunia sekaligus tempat Rasulullah mendidik para sahabat. Gak hanya itu, di masjid ini Rasulullah sering menerima wahyu dari Allah SWT.

Karena itu, sangat penting bagi umat Muslim untuk memberikan perhatian ekstra terhadap Masjid Nabawi. Namun, sebelum itu, ada baiknya kamu memahami terlebih dulu mengenai sejarah hingga keistimewaan Masjid Nabawi. Yuk, simak informasinya!

1. Sejarah berdirinya Masjid Nabawi

ilustrasi Masjid Nabawi di zaman Rasulullah SAW (dok. NU Online)

Dalam bahasa Arab, Masjid Nabawi berarti 'masjid nabi'. Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW setelah Masjid Quba. Pada awal pembangunannya, Masjid Nabawi sangatlah sederhana dan tidak seluas sekarang.

Masjid Nabawi berada di kota Madinah. Dilansir bekalislam, saat itu, Masjid Nabawi dibangun di atas tanah tempat unta milik Rasulullah SAW menderum ketika Rasulullah SAW singgah di rumah-rumah kaum Anshar. Tanah tersebut dulunya adalah tempat pengeringan kurma milik Sahl dan Suhail, dua anak yatim bersaudara dari bani an-Najjar. Kemudian, Rasulullah SAW membelinya meski pada awalnya Sahl dan Suhail ingin menghibahkannya.

Rasulullah SAW turut serta dalam pembangunan awal. Saat itu, Masjid Nabawi dibangun dengan sangat sederhana dan menghadap Baitul Maqdis. Berbentuk bujur sangkar, Masjid Nabawi dibangun dengan luas sekitar 50x50 meter per segi, atapnya terbuat dari dedaunan pohon kurma, sedangkan tiangnya dari batang pohon kurma. Gak hanya itu, Rasulullah SAW juga membuat mihrab sederhana di dalamnya.

Dilansir repository.uinsu.ac.id dalam jurnal An-Nadwah yang ditulis oleh Abdullah, pada pertengahan 624 M/2 H, arah kiblat dipindahkan ke arah Masjidil Haram sehingga bangunan mihrab bagian utara tidak terpakai lagi, yang akhirnya dijadikan tempat sahabat berkumpul. Kemudian, di bagian selatan dibangun bangunan mihrab yang baru. Di bagian timur, dibangun beberapa rumah kecil untuk istri Rasulullah SAW dan ada pintu masuk langsung ke masjid.

2. Masjid Nabawi telah beberapa kali diperluas dan direnovasi

ilustrasi Mimbar Nabi di Masjid Nabawi. (IDN Times/Sunariyah)

Masjid Nabawi sempat beberapa kali mengalami renovasi. Pada 7 H, Rasulullah melakukan perluasan lantaran umat Muslim sudah makin banyak dan masjid jadi penuh. Saat itu, Rasulullah SAW menambahkan masing-masing sekitar 20 hasta untuk panjang dan lebar Masjid Nabawi. Setelah Rasulullah wafat dan estafet kepemimpinan diberikan kepada Abu Bakar, tidak ada renovasi ataupun perluasan wilayah pada masa ini.

Kemudian, pada 17 H, Umar bin Khattab yang saat itu jadi khalifah, melakukan perluasan Masjid Nabawi dengan menambahkan 5 meter di sebelah selatan, 10 meter di barat, dan 15 meter di utara. Pada masa ini juga, Umar merenovasi dengan batu bata dan dahan batang kurma yang sesuai dengan bentuk yang ada pada masa Rasulullah. Sedangkan, tiang utamanya diganti dengan kayu.

Pada tahun 29 H, Utsman bin Affan melakukan perluasan sekaligus merenovasi. Utsman membangun tembok masjid dengan batu yang dipahat dan kapur. Gak hanya itu, tiang-tiang masjid dibangun dengan batu yang diukir serta atapnya dari pohon saaj (pohon besar). Pada masa Umayyah, Masjid Nabawi juga mengalami banyak perenovasian.

Barulah pada masa modern, tepatnya masa kekhalifahan Raja Fahd bin Abdul Aziz (1982-2005), Masjid Nabawi mengalami perubahan besar-besaran dalam sejarah, yakni antara tahun 1406-1414 H. Pada masa itu, luas area Masjid Nabawi berhasil diperluas jadi 165 ribu meter persegi dengan daya tampung mencapai 270 ribu jamaah.

Sedangkan bagian pelataran masjid berhasil diperluas mencapai 235 ribu meter per segi yang dapat mengakomodasi sampai 430 ribu jamaah. Jumlah menara yang semula 4 juga ditambah menjadi 10 menara, sedangkan jumlah pintu Masjid Nabawi ditambah hingga mencapai 95 pintu.

3. Keutamaan dan keistimewaan Masjid Nabawi

Suasana Masjid Nabawi, Madinah yang dipenuhi oleh Jamaah di tengah musim haji (IDN Times/Umi Kalsum)

Gak diragukan lagi kalau Masjid Nabawi jadi salah satu masjid yang istimewa bagi umat Muslim. Pasalnya, akan ada banyak keistimewaan dan keutamaan. Kembali dilansir bekalislam, di antara keutamaan Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun atas dasar takwa. Gak hanya itu, Masjid Nabawi sangat istimewa lantaran belajar di dalamnya seperti jihad di jalan Allah SWT.

Masjid Nabawi merupakan salah satu dari 3 masjid yang dijadikan tujuan safar dalam rangka ibadah, lho. Hal ini sesuai sabda Rasulullah SAW, yakni

إِنَّمَا يُسَافَرُ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْكَعْبَةِ وَمَسْجِدِي وَمَسْجِدِ إِيلِيَاءَ

“Tempat yang layak dijadikan tujuan safar hanyalah tiga masjid. Yaitu; Masjid Ka’bah, Masjidku (masjid Nabawi) dan Masjid Iliya (masjidil Aqsha). (HR. Muslim no. 2476)

Gak hanya itu aja, salat di Masjid Nabawi pahalanya mencapai 1000 kali lipat. Hal ini seperti sabda Rasulullah

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

Artinya: “Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) itu lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya, selain di Masjidil Haram.” (HR. Bukhari no. 1190 dan Muslim no. 1394)

4. Amalan yang bisa dilakukan saat berada di Masjid Nabawi

Suasana Raudah di Masjid Nabawi. (IDN Times/Sunariyah)

Agar sesuai tuntunan sunah Rasulullah SAW, ada baiknya kamu memahami adab yang harus kamu jaga saat berkunjung ke Masjid Nabawi. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

Dilansir Muslim.or.id, ketika kamu berkunjung ke Masjid Nabawi, sebelum dan sesudah menjalankan ibadah haji atau umrah, baiknya kamu meniatkan untuk ziarah (mengunjungi) Masjid Nabawi, bukan makam Rasulullah SAW. Lantaran, tidak boleh meniatkan suatu perjalanan untuk ibadah dalam bentuk ziarah ke makam tertentu, termasuk makam Rasulullah SAW.

Dilansir Panduan Saat Berada di Madinah terbitan Kementerian Haji dan Umrah Kerajaan Arab Saudi, beberapa etika saat ziarah ke Masjid Nabawi, yaitu:

  • Masuk masjid dengan kaki kanan
  • Membaca doa masuk masjid
  • Mendahulukan kaki kiri ketika keluar
  • Membaca doa keluar masjid
  • Mengerjakan salat sunah di Raudhah setelah mendapatkan izin dan menghindari waktu-waktu ramai
  • Memperbanyak doa dan zikir
  • Mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan dua sahabatnya, dengan tetap mengikuti etika Islam
  • Memanfaatkan waktu dengan menjaga salat fardu di Masjid Nabawi

Masya Allah, betapa istimewanya Masjid Nabawi. Bukan hanya karena sempat dibangun langsung oleh Nabi Muhammad, sejarah hingga keistimewaan yang ada di dalamnya juga membuat umat Muslim berdecak kagum. Kamu sudah pernah mengunjungi Masjid Nabawi, belum?

Penulis: Fanny Haristianti

Editorial Team