Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Kamu Perlu Evaluasi Ulang Tujuan Karier, Bukan Sekadar Cari Kerja

ilustrasi seorang perempuan bekerja
ilustrasi seorang perempuan bekerja (pexels.com/Mike Jones)
Intinya sih...
  • Kamu melamar banyak pekerjaan, tapi gak pernah benar-benar antusias. Antusiasme biasanya muncul saat terhubung dengan apa yang dikerjakan.
  • Kamu lebih fokus pada gaji daripada proses dan perkembangan. Fokus berlebihan pada gaji bisa menghambat pertumbuhan jangka panjang.
  • Kamu sering merasa salah tempat di setiap pilihan karier. Perasaan "salah tempat" menandakan keputusan karier dibuat berdasarkan faktor eksternal.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di fase tertentu dalam hidup, mencari kerja sering terasa seperti perlombaan tanpa garis akhir. Kamu sibuk mengirim CV, ikut tes, dan menghadiri interview, tapi di balik semua usaha itu, ada perasaan hampa yang sulit dijelaskan. Seolah-olah bekerja hanya jadi kewajiban, bukan sesuatu yang benar-benar kamu pahami tujuannya. Banyak orang terjebak di fase ini, bukan karena mereka tidak mau berusaha, tetapi karena belum sempat berhenti untuk bertanya: sebenarnya aku sedang menuju ke mana?

Mencari kerja memang penting, terutama untuk bertahan hidup. Namun, tanpa tujuan karier yang jelas, pekerjaan bisa berubah menjadi rutinitas yang menguras energi mental. Tujuan karier bukan soal jabatan tinggi atau gaji besar semata, melainkan tentang arah, nilai, dan versi hidup seperti apa yang ingin kamu bangun. Jika kamu merasa ada yang "tidak klik" dengan perjalanan kariermu sejauh ini, bisa jadi ini saatnya evaluasi ulang. Yuk, simak tanda-tandanya di bawah ini!

1. Kamu melamar banyak pekerjaan, tapi gak pernah benar-benar antusias

ilustrasi burnout saat bekerja
ilustrasi burnout saat bekerja (pexels.com/Karola G)

Kamu rajin melamar kerja, membuka berbagai lowongan setiap hari, dan menyesuaikan CV sesuai kebutuhan perusahaan. Dari luar, kamu terlihat produktif dan gigih. Namun, di dalam diri sendiri, tidak ada rasa antusias yang muncul. Setiap panggilan interview terasa biasa saja, bahkan diterima kerja pun tidak membuatmu benar-benar senang. Kamu menjalani semuanya dengan mode "yang penting jalan dulu", tanpa harapan atau ekspektasi personal.

Kondisi ini sering terjadi ketika fokus utama hanya pada punya pekerjaan, bukan punya arah. Antusiasme biasanya muncul saat kita merasa terhubung dengan apa yang dikerjakan, entah karena nilainya, tantangannya, atau dampaknya. Ketika semua lowongan terasa sama dan tidak ada yang membuatmu ingin berjuang lebih, itu sinyal bahwa kamu belum menemukan tujuan karier yang relevan dengan dirimu saat ini. Evaluasi ulang diperlukan agar kamu tidak terus bergerak, tapi sebenarnya diam di tempat yang sama secara emosional.

2. Kamu lebih fokus pada gaji daripada proses dan perkembangan

ilustrasi burnout saat bekerja
ilustrasi burnout saat bekerja (pexels.com/Karola G)

Tidak ada yang salah dengan menginginkan gaji layak, apalagi di tengah tuntutan hidup yang semakin mahal. Namun, ketika angka gaji menjadi satu-satunya pertimbangan dalam memilih pekerjaan, ada risiko besar yang sering tidak disadari. Kamu mungkin menerima pekerjaan yang secara finansial menguntungkan, tapi secara mental melelahkan karena tidak memberi ruang belajar atau pertumbuhan jangka panjang.

Fokus berlebihan pada gaji sering kali bukan tanda ambisi, melainkan tanda kelelahan dan rasa tidak aman. Kamu ingin cepat stabil, ingin merasa aman, tapi lupa mempertanyakan apakah pekerjaan tersebut mendukung perkembangan dirimu dalam beberapa tahun ke depan. Evaluasi tujuan karier membantumu melihat gambaran yang lebih luas: bukan hanya berapa yang kamu dapat sekarang, tapi siapa yang sedang kamu bentuk melalui pekerjaan itu.

3. Kamu sering merasa salah tempat di setiap pilihan karier

ilustrasi burnout saat bekerja
ilustrasi burnout saat bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kamu mencoba berbagai peran—magang, kerja kontrak, freelance, atau proyek—tapi perasaan yang muncul selalu sama: tidak betah, tidak klop, dan seperti sedang memaksakan diri. Bukan karena kamu tidak mampu, tapi karena ada jarak emosional antara dirimu dan pekerjaan tersebut. Kamu bisa menyelesaikan tugas, tapi sulit merasa memiliki.

Perasaan "salah tempat" yang terus berulang biasanya menandakan bahwa keputusan karier dibuat berdasarkan faktor eksternal: tekanan keluarga, tren industri, atau standar sukses orang lain. Tanpa pemahaman tentang nilai, gaya kerja, dan kebutuhan pribadi, kamu akan terus berpindah tanpa benar-benar merasa pulang. Evaluasi ulang tujuan karier membantu kamu mengenali lingkungan seperti apa yang membuatmu bisa tumbuh, bukan sekadar bertahan.

4. Kamu mudah lelah secara mental meski beban kerja tidak berat

ilustrasi burnout saat bekerja
ilustrasi burnout saat bekerja (pexels.com/Anna Tarazevich)

Secara teknis, pekerjaanmu tidak terlalu berat. Jam kerja masih wajar, tugas bisa diselesaikan, dan tekanan tidak berlebihan. Namun, kamu sering merasa lelah, kehilangan motivasi, bahkan merasa kosong. Libur singkat tidak banyak membantu, karena rasa lelah itu kembali muncul begitu rutinitas dimulai lagi.

Kelelahan mental seperti ini sering muncul ketika pekerjaan tidak punya makna personal. Kamu bekerja, tapi tidak tahu untuk apa semua ini dijalani. Tanpa tujuan karier yang jelas, energi terkuras karena tidak ada alasan emosional untuk bertahan. Evaluasi ulang bukan tentang mencari pekerjaan yang lebih santai, melainkan menemukan arah yang membuat lelahmu terasa "bernilai", bukan sia-sia.

5. Kamu sulit menjelaskan ingin jadi apa dalam 2-3 tahun ke depan

ilustrasi mengalami stres
ilustrasi mengalami stres (pexels.com/Marcus Aurelius)

Saat ditanya tentang rencana karier, kamu menjawab dengan kalimat aman seperti "yang penting kerja dulu" atau "lihat nanti ke depannya." Jawaban ini wajar, terutama di fase awal karier. Namun, jika berlangsung terlalu lama, kamu bisa kehilangan kendali atas arah hidupmu sendiri. Kamu mudah menerima apa pun karena tidak tahu harus menolak apa.

Tujuan karier bukan peta yang kaku, melainkan kompas. Kamu tidak harus tahu detailnya, tapi setidaknya tahu ke arah mana ingin bergerak. Ketika kamu tidak bisa membayangkan dirimu sendiri beberapa tahun ke depan, itu tanda bahwa kamu belum benar-benar berhenti untuk mendefinisikan versi suksesmu sendiri. Evaluasi ulang tujuan karier membantumu kembali memegang kendali atas pilihan, bukan sekadar mengikuti arus.

Mencari kerja memang penting, tetapi tanpa tujuan karier, pekerjaan mudah berubah menjadi rutinitas yang menguras jiwa. Lima tanda di atas bukan sinyal kegagalan, melainkan undangan untuk berhenti sejenak dan mendengarkan diri sendiri. Dengan mengevaluasi ulang tujuan karier, kamu memberi ruang untuk membangun arah yang lebih sadar bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi untuk bertumbuh dan merasa utuh dalam perjalanan profesionalmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Tips Memilih Tanaman Palsu Biar Terlihat Natural dan Gak Murahan

17 Des 2025, 23:42 WIBLife