Selain rekan kerja yang tak menyenangkan, bos yang killer bakal membuat suasana di kantor makin nggak nyaman. Bukan hanya kerja jadi makin gak produktif, tapi mood pasti bakal amburadul tiap hari. Alih-alih berangkat kerja dengan senang dan bersemangat, lantaran membayangkan bertemu dengan bos killer tiap hari, yang ada tiap pagi malah merasa pundak penuh beban.
Kalau diselisik, sebenarnya, ada macam-macam tipe bos killer. Apa saja tipe-tipe tersebut dan bagaimana cara menanggulanginya?
Bisa juga disebut sebagai pengganggu atau perisak. Bos semacam ini punya gaya yang superior dan sok berkuasa. Ia meyakini, kekuasaannya bisa mengontrol semua orang, jadi dia akan semena-mena memperlakukan karyawannya, termasuk mem-bully.
Bully di sini berarti dia bisa dengan leluasa memperlakukan seorang karyawan serendah-rendahnya di hadapan karyawan lain. Contohnya dengan membeberkan kesalahan di ruang yang ramai dan membiarkan semua orang melihat si bos sedang memarah-marahi bawahannya. Si karyawan akan terlihat sangat bersalah di hadapan rekan-rekannya. Selain itu, si bos akan memanggil karyawannya dengan cara berteriak-teriak.
Mungkin kita pernah punya bos yang killer, tapi tak tampak nyata. Ia tak pernah hadir di kantor. Namun ia punya mata-mata. Bila ada yang bermasalah dengan kerjaan karyawannya, si bos bakal langsung bertindak, semisal memberi surat peringatan, dengan cepat. Padahal ia tak pernah mengawasi kinerja karyawannya secara langsung. Atau, tahu-tahu, si bos memotong gaji karyawan yang dianggap melakukan kesalahan tanpa ba-bi-bu.
Bos killer yang doyan bentak-bentak memang biasa dan sedikit bisa dimaklumi, tapi kalau sampai mencampuri urusan pribadi, itu yang menyebalkan. Sebab, si bos merasa hidup karyawan sepenuhnya juga menjadi hidupnya. Ia merasa dengan bebas bisa masuk ke kehidupan yang sejatinya tak ada hubungannya dengan pekerjaan.
Ada orang yang tak mengalami proses panjang untuk diangkat menjadi bos. Bisa dibilang proses promosinya berlangsung instan. Jadi ia tak merasakan apa yang dirasakan anak buahnya. Alhasil, ia tak mau tahu dengan keadaan anak-anak buahnya karena tak pernah merasakan sendiri berada di posisi tersebut.
Ada juga bos yang dengan semena-mena suka menyuruh karyawannya lembur untuk menyelesaikan pekerjaan, tapi tak menghitungnya dengan tambahan pendapatan alias uang lembur. Bos yang seperti ini juga doyan memberi proyek tambahan tanpa memberikan intensif.
Alhasil, karyawan yang menghadapi bos seperti ini akan segera resign. Maka, kalau ada perusahaan yang tingkat mobilisasi keluar-masuk karyawannya tinggi, patut dicurigai sistem yang salah muncul dari para atasan.
Nah, untuk menghadapi bos-bos yang galak itu, kamu perlu melakukan beberapa hal agar kariermu tak terancam, contohnya seperti berikut ini.
Kamu harus merekapitulasi hasil pekerjaan serapi mungkin. Bos se-killer apa pun akan luluh dengan berkas-berkas karyawannya yang tertata rapi. Rekapitulasi pekerjaanmu itu juga menunjukkan bahwa kamu adalah pekerja yang rajin, teladan, smart, dan tak bisa diremehkan bila sewaktu-waktu si bos cari-cari alasan untuk memarahi tanpa sebab yang jelas.
Agendakan untuk bertemu langsung dengan atasan. Memang menakutkan. Tapi lama-kelamaan, karena sudah biasa bercakap-cakap, kalian akan akrab. Bukan cari muka, tapi membiasakan diri mengkomunikasikan sesuatu dengan baik. Dengan komunikasi yang lancar, si bos yang killer akan luluh dengan sendirinya.
Jangan takut untuk bersikap tegas. Kalau si bos kelewatan killer dan mulai mengganggu suasana kerja, sampaikan dengan tegas, tapi tetap dengan rasa hormat. Jangan takut dianggap membangkang karena setiap orang berhak mengekspresikan perasaannya. Kalau keadaannya tak berubah juga, siapkan CV dan lamaran untuk pindah ke kantor lain.
Dengan begitu kamu akan menjadi orang yang justru bisa menjadi panutan bagi si bos. Si bos, yang diam-diam memperhatikanmu, bakal melihatmu sebagai orang yang hebat dan bisa menerima keadaan sekeliling, apa pun situasinya.
Jadi jangan buru-buru cabut dari pekerjaan sekarang kalau ternyata bos yang killer malah bisa kamu kendalikan.