Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Pebisnis Punya Hidup Seimbang ala Teori Struktural Fungsional

ilustrasi berbahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi berbahagia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gak bisa dimungkiri, membangun bisnis dengan bekerja sebagai karyawan itu punya pernanan yang jauh berbeda. Menjadi pebisnis dengan tanggung jawab yang jauh lebih besar gak hanya menguras finansial, tetapi juga akan banyak menguras tenaga, pikiran, hingga waktu.

Nah, untuk meminimalkan terjadinya ketidakseimbangan hidup, kamu bisa menerapkan konsep dari teori struktural fungsional. Teori yang dikemukakan oleh seorang sosiolog bernama Emile Durkheim ini mengajarkan untuk bisa memiliki dimensi kehidupan yang saling fungsional satu sama lainnya. Berikut ulasan selengkapnya.

1. Punya kehidupan pribadi yang fungsional

ilustrasi berbahagia (pixabay.com/fabiennefrancis)
ilustrasi berbahagia (pixabay.com/fabiennefrancis)

Tentunya, untuk bisa punya kehidupan pribadi yang fungsional harus dimulai dari punya waktu terlebih dahulu. Gak ada yang sulit jika kamu punya manajeman waktu yang baik, punya jadwal seimbang dengan batasan yang jelas dan tegas.

Kalau pun mentok gak punya banyak waktu, sibuk produkif bangun bisnis. Maka, ubah fokusnya pada sisi fungsional secara kualitas. Gak apa untuk minim kuantitas secara waktu, tapi hiduplah sehidup-hidupnya dengan waktumu yang terbatas itu.

Hargai setiap detik momen kebersamaan dengan pasangan, keluarga, sahabat, pun sekadar me time dengan dirimu sendiri. Dengan begitu, jiwamu akan berbahagia, energimu akan terisi, dan penatmu akan pulih. Jadi, mau punya banyak atau sedikit waktu, buatlah kehidupan pribadimu itu sefungsional mungkin, ya.

2. Punya kehidupan pekerjaan yang fungsional

ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Nah, secara berkelanjutan, saat jiwa dan ragamu fresh, ya setelah punya kehidupan pribadi yang fungsional. Di sinilah kamu punya modal besar untuk kembali fungsional dari sisi bekerja. Ya, kamu bisa bekerja dengan maksimal, penuh kefokusan, yang pastinya berujung pada produktivitas.

Terlebih, kamu harus bekerja cerdas, menaruh peranmu sesuai fungsinya. Stop melakukan hal yang diluar kemampuanmu, selain buang waktu juga gak maksimal hasilnya. Fokus pada pengembangan fungsionalitas tanggung jawabmu dengan semaksimal mungkin, ya.

3. Andalkan fungsionalitas karyawan

ilustrasi bekerja (pexels.com/fauxels)
ilustrasi bekerja (pexels.com/fauxels)

Apakah kamu tipe pebisnis yang harus selalu ikut campur tanpa memberi kesempatan hingga kepercayaan karyawan untuk melakukan tugasnya? Gak ada yang salah dengan memantau, tapi perlu ada batasan. Di satu sisi, kamu punya keterbatasan waktu hingga kemampuan.

Di sisi lain, karyawanmu memang dibayar untuk memberikan tenaga hingga pikirannya dalam perannya masing-masing. Jadi, beri kesempatan untuk karyawanmu bisa memberikan fungsi semaksimal mungkin pada bisnismu. Tentunya, ini juga berikan bikin kamu lebih punya waktu untuk hal produktif lain, baik urusan personal maupun pekerjaan.

Jangan justru bikin karyawan jadi disfungsional karena banyak tekanan darimu, jadi takut mengeluarkan ide. Bahkan, parahnya dengan penuh hanya terbiasa mengandalkan kamu, ia hanya mengikuti perintah dari A hingga Z tanpa adanya inisiatif apa pun.

4. Pastikan semua dimensi bisnis berjalan fungsional dan berkesinambungan

ilustrasi bekerja
ilustrasi bekerja (pixabay.com/Tumisu)

Di sini, semua dimensi bisnis harus berjalan sesuai dengan fungsinya. Gak hanya dimensi internal yang berkaitan secara langsung dengan perkembangan bisnis. Tetapi juga dimensi eksternal yang jika diremehkan juga perlahan bisa mengikis pergerakan bisnismu, lho.

Jadi, jangan hanya memastikan fasilitas kantor yang sudah maksimal fungsinya. Tapi juga pastikan bagaimana berbagai faktor penunjang di belakangnya. Faktor yang gak tampak, tapi punya imbas cukup besar.

Seperti kesejahteraan karyawan, karyawan yang tercukupi akan dengan senang hati menberikan pikiran dan tenaga kerjanya semaksimal mungkin. Sebaliknya, saat karyawanmu punya masalah pribadi. Ya, memang secara kasat mata setiap karyawan harus bekerja profesional dengan meletakkan terlebih dahulu kehidupan personalnya.

Tapi, jika dilihat dari sisi empati dan simpati, apakah kamu bisa bekerja dengan susana hari yang buruk, terpuruk, bahkan tertekan? Coba renungkan. Jadi, jangan ragu untuk mengulurkan tangan memberi bantuan yang solutif. Dengan semua bagian bisnis yang bisa berjalan sesuai fungsinya. Maka, kamu dan karyawan gak perlu kerja ekstra, memperbaiki ini dan itu, selayaknya lembur yang bikin hidup jadi gak seimbang.

5. Pahami antar bagian kehidupan personal dan pekerjaan itu saling bergantung

ilustrasi pebisnis bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi pebisnis bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Puncaknya, bukan hanya antar bagian bisnis yang harus fungsional karena saling berkesinambungan dan bergantung. Tetapi juga antara kehidupa binsis dengan personalmu, lho. Logika sederhananya, kamu gak akan punya waktu buat kehidupan personalmu kalau ada satu bagian bisnis yang terganggu. 

Pun gak akan tenang untuk jalan-jalan liburan bareng orang terkasih dalam keadaan bisnis yang lagi berantakan. Sebaliknya, kamu juga akan penat, gampang  lelah secara fisik hingga mental jika gak punya kehidupan personal yang fungsional sebagai momen healing.

Pada akhirnya, jangan ada salah satu bagian hidup yang diremehkan fungsinya. Hal tersebut lantaran satu disfungsional akan menganggu dimensi satunya. Jadi, hiduplah seimbang untuk dan atas dirimu sendiri, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us