5 Alasan Quiet Quitting Bisa Hancurkan Karier Kamu, Awas!

Jangan terlalu ketat menetapkan batasan dalam bekerja 

Fenomena quiet quitting memang menjadi topik yang paling banyak diperbincangkan di dunia kerja, terutama oleh generasi milenial dan Z. Quiet quitting yang secara harfiah berarti 'berhenti diam-diam' adalah sebuah prinsip seseorang menyadari pentingnya bekerja secukupnya dan betapa berbahayanya bekerja melampaui batas bagi kesehatan fisik dan mental. Bisa dikatakan, prinsip ini adalah antitesis dari budaya gila kerja atau hustle culture.

Namun kamu harus berhati-hati dalam menerapkan prinsip tersebut. Sebab, quiet quitting bisa hancurkan karier kamu! Boleh menerapkannya, namun jangan terlalu ketat hingga menimbulkan penilaian negatif dari rekan kerja maupun perusahaan, ya! 

1. Terlalu sering quiet quitting bisa membuat kariermu jadi stagnan 

5 Alasan Quiet Quitting Bisa Hancurkan Karier Kamu, Awas!Ilustrasi karier stuck (Pexels/Nataliya Vaitkevich)

Harus diakui bahwa dunia kerja itu penuh dengan persaingan karena setiap orang pasti akan berlomba-lomba untuk bisa mencapai posisi tertentu dan tentu saja memerlukan usaha yang ekstra keras.

Terlalu sering melakukan quiet quitting, siap-siap saja perjalanan kariermu akan mandek di satu titik saja. Kelak kamu akan kaget mendapati rekan-rekan kerjamu berhasil mendapatkan jabatan tertentu di kantor sementara kamu masih stuck di posisi yang sama bertahun-tahun.

2. Tanpa sadar kamu sudah bersikap egois terhadap rekan kerja 

5 Alasan Quiet Quitting Bisa Hancurkan Karier Kamu, Awas!Ilustrasi bekerja bersama (Pexels/fauxels)

Beberapa dari kita beranggapan bahwa quiet quitting adalah bekerja sesuai tanggung jawab sehingga merasa tidak perlu lagi turun tangan membantu pekerjaan rekan kerja. Padahal, kebiasaan kerja seperti itu bisa merusak bahkan menghancurkan kariermu sendiri.

Ini dikarenakan, saat melakukan quiet quitting, tanpa disadari kamu sudah bersikap egois dan cuek terhadap beban kerja mereka yang bisa saja lebih berat dan sangat membutuhkan bantuanmu. Inilah yang akhirnya membuat rekan kerjamu jadi tersinggung dan sakit hati padamu.

3. Akibat quiet quitting kamu dinilai buruk oleh rekan kerja bahkan atasan 

5 Alasan Quiet Quitting Bisa Hancurkan Karier Kamu, Awas!Ilustrasi dinilai buruk oleh rekan kerja (Pexels/Yan Krukau)
dm-player

Sering kali kamu menganggap lumrah budaya quiet quitting. Kamu menganggap bahwa hidup ini bukan hanya soal pekerjaan sehingga merasa berhak untuk menolak tugas lembur, slow respon terhadap telepon atau email di luar waktu kerja, atau bekerja di akhir pekan.

Tapi, sadarkah kamu akan konsekuensinya? Kamu bisa saja dinilai buruk oleh rekan kerja bahkan atasanmu. Akibat keseringan quiet quitting, kamu dicap pemalas, tidak bertanggung jawab, dan tidak punya dedikasi sama sekali. Mereka semua meragukan profesionalitasmu.

Baca Juga: 5 Dampak jika Terus Melakukan Quiet Quitting, Jadi Kurang Produktif!

4. Kamu bisa dipecat oleh perusahaan  

5 Alasan Quiet Quitting Bisa Hancurkan Karier Kamu, Awas!Ilustrasi dipecat (Pexels/ANTONI SHKRABA production)

Tentu kamu tidak kehilangan pekerjaan dalam waktu singkat. Terlebih jika pekerjaan itu didapatkan dengan susah payah sehingga harus dipertahankan sebisa mungkin. Tapi itu semua tergantung dari cara kerjamu.

Tahukah kamu bahwa quiet quitting bisa menghancurkan kariermu sendiri? Caramu bekerja yang seperti itu sukses membuat perusahaan jengah dan habis kesabarannya. Kamu pun akhirnya dipecat dari perusahaan karena merasa sudah rugi mempekerjakanmu.

5. Tanpa disadari quiet quitting bisa merusak reputasimu sendiri 

5 Alasan Quiet Quitting Bisa Hancurkan Karier Kamu, Awas!Ilustrasi susah mencari pekerjaan (Pexels/Ron Lach)

Punya skill dan pengalaman kerja segudang tidak menjamin seseorang bisa mendapat pekerjaan dengan mudah. Baik buruknya reputasimu di tempat kerja sebelumnya ternyata juga sangat berpengaruh.

Alasan lainnya mengapa quiet quitting bisa menghancurkan kariermu sendiri adalah bisa merusak reputasimu sendiri tanpa disadari. Akibatnya, kamu akan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru nantinya. 

Hidup memang bukan hanya untuk bekerja siang malam tanpa henti, tetapi kamu juga harus berani melakukan lebih kalau ingin meraih sesuatu yang fantastis dalam bekerja. Jangan sampai kariermu malah hancur berkeping-keping akibat terlalu berlebihan menerapkan quiet quitting, ya. Belajarlah menetapkan batasan kerja yang sewajarnya dan jangan terlalu ketat, OK? 

Baca Juga: Perbedaan Fenomena Quiet Quitting dan Quiet Firing, Apa Saja?

Wimantyo Resi H. Photo Verified Writer Wimantyo Resi H.

Hanya orang biasa yang ingin melihat dunia.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya