Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips Sukses Menyewakan Kamar Mungil, Peminatnya Masih Banyak

ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Douglas Rafael Fonseca)
ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Douglas Rafael Fonseca)

Di tengah kian banyaknya kos-kosan mewah yang menawarkan kamar berukuran besar lengkap dengan segala fasilitasnya, kamar mungil masih diminati kok. Bahkan kamar berukuran kecil hingga sedang menjadi pilihan yang paling ekonomis baik untuk kebanyakan mahasiswa maupun pekerja. Kalah kamu punya kamar bertipe ini yang kosong, jangan ragu buat menyewakannya.

Pasti ada peminatnya asalkan gencar ditawarkan. Tidak semua perantau atau orangtuanya memiliki banyak uang untuk membayar kamar yang lebih luas. Apalagi dengan pertimbangan jumlah penghuninya cuma satu orang. Menyewa kamar besar terasa kurang efisien.

Namun, agar kamar mungil yang ditawarkan berdaya saing, kamu juga gak boleh sembarangan. Kondisi kamar itu sendiri dan lingkungannya mesti diperhatikan. Dulang cuan berlimpah dari kamar berukuran tak seberapa dengan menerapkan tujuh tips berikut. Yuk, semangat buat dapetin passive income!

1. Tahu siapa yang menjadi targetmu

ilustrasi penyewa kamar (pexels.com/Elle Hughes)
ilustrasi penyewa kamar (pexels.com/Elle Hughes)

Kamar mungil maupun besar ada target pasarnya sendiri-sendiri. Seperti orang yang sudah berpasangan akan lebih memilih kamar yang luas. Atau dia single, tapi pendapatannya tinggi. Sementara itu, kamar mungil lebih cocok ditargetkan buat satu penghuni dengan pendapatan menengah. 

Lihat-lihat di sekitar propertimu. Apakah ada karyawan yang pas untuk coba diberi penawaran? Begitu juga lingkungan kampus yang mahasiswanya berasal dari berbagai kelas ekonomi.

Gak usah capek-capek menawarkannya pada mahasiswa yang gaya hidupnya saja sudah terlihat tinggi. Fokuskan pada mahasiswa sederhana agar kamarmu lebih cepat laku.

2. Harga gak usah mahal-mahal

ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)
ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Kamar dengan ukuran terbatas tidak cocok diberi harga mahal. Bahkan meski lokasinya cukup strategis, jangan sampai harga sewanya hampir menyamai kamar yang lebih besar di lokasi yang lebih jauh. Pasalnya, masyarakat saat ini tidak terlalu terkendala dalam hal transportasi.

Banyak orang sudah mempunyai kendaraan pribadi. Bahkan mahasiswa yang membawa mobil pun gak sedikit. Mereka yang memiliki kemudahan transportasi akan memilih tempat tinggal yang lebih jauh demi kenyamanan kamar yang luas. Ada harga harus ada rupa. Survei dulu harga kamar di sekitarmu biar harga yang kamu tawarkan menarik minat orang.

Misalnya, kamar besar di lokasi yang lebih jauh dipasarkan 2,5 juta rupiah per bulan. Agar kamar mungilmu yang lebih strategis jadi rebutan, sewakan di harga antara 1,5 sampai 1,7 juta rupiah. Selisih harga 800 ribu hingga 1 juta rupiah cukup efektif buat bikin orang merasa sayang hendak mengeluarkannya. Kalau selisihnya lebih kecil dari 500 ribu rupiah, orang belum terlalu merasa kehilangan.

3. Meski gak luas, jangan terkesan sumpek

ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Alexander F Ungerer)
ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Alexander F Ungerer)

Kamar mungil gak selalu sumpek. Tergantung penataan, tinggi atap, dan ventilasi. Apabila kamar yang hendak disewakan berukuran kecil, pastikan jendelanya cukup besar. Jangan malah kamar sempit dan jendela cuma hiasan saking kecilnya serta tidak bisa dibuka. 

Sekalipun kamar sudah dilengkapi AC, orang cenderung merasa gak nyaman berlama-lama di ruangan yang sempit dan tertutup. Mereka lebih mudah stres.

Adanya jendela besar untuk keluar masuknya udara dan cahaya matahari bikin kamar jauh lebih nyaman untuk dihuni. Bila sekarang jendelanya masih kecil sekali, direnovasi saja dulu sebelum ditawarkan.

4. Bila ada beberapa pintu, ciptakan suasana tenang dan bersih

ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Ron Lach)

Dengan luas bangunan yang sama, kamu bisa memilih bikin kamar yang besar-besar atau kecil-kecil. Makin kecil ukuran kamar berarti makin banyak orang yang tinggal di bangunan itu. Meski ukuran kamarnya sendiri tidak masalah bagi penyewa, kegaduhan di sekitarnya yang paling bikin gak betah.

Untuk menciptakan suasana lingkungan yang lebih tenang ada beberapa cara. Pertama, pastikan sekat antarkamar berupa dinding permanen. Ini membuat suara dari kamar sebelah gak terlalu tembus. Kedua, bikin peraturan tegas agar semua penyewa kamar tidak membuat keributan.

Selain suasana yang tenang, kebersihannya juga wajib diperhatikan. Kian banyak orang biasanya bakal membuat lingkungan tampak kumuh. Kamu harus punya tenaga kebersihan yang dapat diandalkan supaya lingkungannya senantiasa bersih dan asri.

5. Ada perabotnya sekalian biar pas dengan ukuran ruangan

ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Curtis Adams)
ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Curtis Adams)

Terkadang pemilik usaha kamar kos berukuran kecil bersikap kejam dengan tidak menyediakan perabot apa pun. Beda dengan kamar besar karena harga sewanya lebih mahal. Tapi sebenarnya perabot tetap perlu disiapkan di kedua tipe kamar ini. Apalagi gak semua orang tahu cara mengatur perabot buat kamar dengan luas terbatas. 

Salah-salah penyewa kamar pasrah cuma tidur di karpet atau kasur lipat karena takut memasukkan perabot yang bakal bikin kamar terasa sesak. Mending pemilik properti langsung melengkapinya dengan perabot yang sesuai dengan ukuran kamar. Selain menyukai harga yang lebih terjangkau, perantau biasanya mencari kepraktisan.

Dengan perabot yang memadai, biaya sewa bertambah 200 sampai 300 ribu rupiah per bulannya dari harga kamar kosong gak dianggap memberatkan penyewa. Bila mereka membeli perabot sendiri, harganya jelas berlipat-lipat. Pun perabotnya akan selamanya menjadi milikmu sehingga dapat terus dipakai walau penyewa berganti-ganti.

6. Kasih cermin besar agar terkesan lebih luas

ilustrasi kamar mungil (pexels.com/LỬNG Studio)
ilustrasi kamar mungil (pexels.com/LỬNG Studio)

Ukuran kamar memang gak berubah. Tapi sensasi yang dirasakan penyewa kamar bisa jauh berbeda hanya dengan adanya cermin besar di dinding. Ia akan merasa kamar itu lebih luas sehingga betah berada di sana. Jangan malah memasang cermin rias seukuran wajah saja.

Itu bakal bikin kamar mungilmu tampak menyedihkan. Pasang cermin besar seolah-olah kamu memamerkan kamar mungil tersebut dengan penuh percaya diri. Bayangan yang ada dalam cermin mempertegas setiap sudut ruangan.

Seperti kamar hotel yang ukurannya sebenarnya gak seberapa. Namun, penggunaan cermin besar membuatnya terlihat lebih megah.

7. Pembayaran di awal

ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Huy Phan)
ilustrasi kamar mungil (pexels.com/Huy Phan)

Kamar sudah dipersiapkan dengan baik dan harga yang bersaing pun telah ditetapkan. Sekarang tinggal cara pembayarannya. Meski kamar yang disewakan kecil dan murah, soal pembayaran harus tetap tertib. Usaha properti yang digadang-gadang memberikan untung besar sering kali merugi karena masalah pembayaran.

Cegah penyewa kamar menunggak pembayaran dengan konsisten meminta bayar di muka. Misalnya, dia hendak menempati kamar tanggal 1 Agustus. Maka pembayaran harus sudah beres sejak kamar dipesan atau maksimal dilunasi pada hari kedatangannya.

Jangan membiarkannya baru akan membayar tanggal 2 dan seterusnya. Penyewa kamar yang menawar tanggal pembayaran begini sudah red flag. Di awal saja dia susah dimintai uang. Ke depan pasti lebih sukar lagi untukmu mendapatkan hakmu sebagai pemilik properti.

Usaha properti bisa dimulai dari menyewakan 1 atau 2 kamar mungil yang tak terpakai di rumah atau apartemenmu. Tidak harus kamu bikin kos-kosan 2 atau 3 lantai yang membutuhkan dana amat besar.

Ide menyewakan kamar mungil yang sudah ada di rumah juga dapat membantu orangtuamu tetap mendapatkan penghasilan setelah mereka pensiun. Jangan takut kalah saing dari usaha serupa yang menawarkan kamar lebih luas serta banyak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us