5 Alasan Penggunaan Tanda Pisah atau Em Dash Bukan Berarti Tulisan AI

Belakangan muncul diskursus viral di platform X (Twitter), mengenai kecurigaan banyak orang akan tulisan yang menggunakan em dash (“—“) atau tanda pisah merupakan tulisan yang dibuat dari hasil generate AI, khususnya ChatGPT. Kecurigaan ini muncul karena tanda pisah sering dipakai secara tidak wajar dalam tulisan-tulisan yang terkesan kaku dan mekanis. Padahal, tanda pisah sudah lama digunakan dalam penulisan yang baik dan benar, terutama untuk memberi penekanan atau membingkai informasi tambahan.
Mengaitkan satu tanda baca dengan kualitas atau keaslian tulisan sebenarnya terlalu menyederhanakan persoalan yang jauh lebih kompleks. Identifikasi tulisan buatan mesin seharusnya tidak hanya mengandalkan satu indikator saja. Apalagi, em dash bisa jadi justru dipilih karena kebutuhan gaya atau struktur kalimat tertentu. Berikut lima alasan kenapa penggunaan tanda pisah tidak bisa langsung disimpulkan sebagai ciri tulisan AI.
1. Penulis menggunakan tanda pisah untuk memberi penekanan pada kalimat

Penulis (manusia) sering memilih tanda pisah untuk menekankan informasi yang mereka anggap penting. Bukan karena mereka tidak tahu pilihan tanda baca lain, tapi karena ingin memberi nuansa dramatis atau jeda berpikir yang lebih kuat dari tanda baca seperti koma. Tanda pisah menjadi cara untuk menandai bahwa bagian itu perlu diperhatikan lebih dari bagian lainnya.
Penggunaan ini biasanya muncul dalam kalimat yang panjang atau ketika penulis ingin memisahkan ide secara tajam tapi tetap dalam satu struktur kalimat. Jadi, alih-alih dianggap sebagai bentuk ketidakwajaran, pemakaian em dash justru bisa menunjukkan kepekaan penulis dalam membangun tulisannya. Penggunaan em dash yang tepat bisa jadi penanda gaya dan kecermatan penulis, bukan sebaliknya.
2. Gaya menulis penulis (manusia) cenderung beragam

Setiap penulis punya gaya menulis sendiri. Ada yang lebih suka menggunakan koma dan titik dua, ada pula yang nyaman memakai tanda pisah karena merasa lebih fleksibel. Bukan persoalan benar atau salah, tapi penggunaan em dash sebagai sebuah pilihan ekspresi dan kenyamanan dalam menyusun narasi tulisan. Menggunakan tanda pisah bisa jadi bagian dari gaya personal seorang penulis yang sudah terbentuk lama.
Menilai tulisan hanya dari jenis tanda baca akan menafikan variasi gaya yang sah dan alami dalam dunia literasi. Bahkan banyak penulis profesional yang mengandalkan tanda pisah untuk menjaga ritme tulisan dan memperkaya struktur kalimat. Rasanya terlalu dangkal apabila kita dengan mudahnya menilai tulisan sebagai buatan AI hanya karena ada penggunaan em dash yang akhirnya membuat kita keliru menilai orisinalitas karya tersebut.
3. Konteks kalimat sering menentukan pemakaian em dash dalam tulisan

Tanda pisah biasanya dipakai saat kalimat mengandung jeda informasi yang perlu dipisahkan dengan lebih tegas. Dalam banyak kasus, pemakaian koma akan terasa kurang tepat atau bahkan membingungkan pembaca. Maka, tanda pisah jadi pilihan yang logis dan alami bagi penulis yang ingin menyampaikan maksud dengan lebih jelas.
Konteks kalimat sangat berpengaruh dalam pemilihan tanda baca apalagi ketika pembaca merasa alur kalimat lebih mudah dipahami dengan adanya tanda pisah, maka penggunaan itu bukanlah kekeliruan. Justru penggunaan tanda baca em dash menunjukkan bahwa penulis memahami dinamika pembacaan dan kebutuhan jeda dalam narasi. Itu bukan ciri AI, tapi bukti penyesuaian kontekstual yang hanya bisa dilakukan oleh manusia.
4. Tulisan AI justru sering tidak konsisten memakai tanda baca

Salah satu kelemahan tulisan hasil AI ada pada inkonsistensi dalam penggunaan tanda baca. Misalnya, dalam satu paragraf bisa saja muncul kombinasi tanda pisah, koma, dan titik dua tanpa alasan yang jelas. Sementara, penulis manusia umumnya lebih konsisten karena sadar akan pilihan yang dibuat dan punya pola tertentu dalam menyusun struktur kalimat.
Selain itu, tulisan yang dibuat menggunakan AI kadang memakai tanda pisah hanya sebagai selingan, bukan karena memahami fungsinya. Akibatnya, kalimat terasa ganjil atau bahkan terpotong tanpa arah yang jelas. Penulis manusia biasanya lebih hati-hati dan mempertimbangkan ritme baca pembaca. Maka dari itu, kalau kamu menemukan tulisan dengan pemakaian em dash yang konsisten dan tepat sasaran, kemungkinan besar itu hasil tulisan asli manusia bukan hasil generate AI.
5. Asumsi berlebihan justru menyesatkan penilaian tulisan

Menganggap semua tulisan dengan em dash sebagai hasil AI bisa menimbulkan bias dan kesalahpahaman yang rasanya harus diluruskan. Tuduhan semacam ini tidak hanya merugikan penulis asli, tapi juga mempersempit cara kita menilai kualitas sebuah tulisan. Tulisan yang baik seharusnya dinilai dari kejelasan, alur logika, dan kekuatan penyampaian pesan, bukan dari satu jenis tanda baca.
Kita juga perlu sadar bahwa AI tidak hanya meniru gaya tulisan, tapi juga belajar dari kebiasaan penulis (manusia). Maka, cara terbaik untuk mengenali keaslian tulisan bukan dari ciri-ciri tunggal seperti em dash, melainkan dari pemahaman konteks, gaya, dan bagaimana isi tulisan itu dibuat. Mengandalkan satu aspek seperti penggunaan em dash pada tulisan seseorang sebagai patokan bisa membuat penilaian kita tidak akurat dan kurang adil.
Tanda pisah atau em dash bukan jadi indikator satu-satunya apakah tulisan itu dibuat manusia atau hasil generate AI. Justru pemakaian tanda pisah bisa memperkuat struktur kalimat dan memberi warna dalam gaya menulis. Maka, sebelum menghakimi, lebih baik memahami fungsi dan konteks tanda baca terlebih dahulu.